Monday, January 31, 2005

InsyaAllah, Aku mempercayaimu.

Sahabat, tahukah kamu?
Aku tengah dilanda dilema.
Aku harus mempercayaimu, padahal kita belum pernah mengenal secara baik.
Aku harus mempercayaimu, hanya karena seseorang yang aku percayai, merekomendasikan untuk mempercayaimu.

Tahukah kamu? Itu bukanlah hal yang mudah!!
Setiap hari aku harus menepis beribu dugaan karena ketiadaan kita bersua.
Setiap saat aku harus menghalau rasa was-was
yang ditiupkan syetan-syetan dari golongan jin dan manusia.
Terkadang aku ingin berhenti mempercayaimu
dan (hanya) mempercayai apa yang dapat aku sadari keberadaannya.
Tapi aku kalah!!
Rasa sayangku kepadamu, walau kita (mungkin) belum bertemu
Telah membuatku tak sanggup membuang rasa percaya itu.

Bukan hal yang mudah, sahabat!!
Tapi, insya Allah aku akan tetap mempercayaimu.
Hingga Allah akan membukakan di depan mataku kebenaran itu,
Jika memang kamu bukanlah seseorang yang layak aku percayai.
Tapi aku akan senantiasa berdoa, semoga kamu memang pantas untuk aku beri porsi kepercayaan itu.
Hingga saatnya (mungkin) akan tiba ketika kita bersua, Allah akan semakin mencintai kita.
Karena kita saling bertemu karena-Nya.
Tapi tolong aku sahabat, tolong aku dengan menjaga kepercayaan itu...
Jangan kau sia-siakan kepercayaan yang telah kusiapkan untukmu,
dan juga kepercayaan yang telah direkomendasikan oleh orang kepercayaanku itu.
Aku tidak meminta kamu untuk (juga) mempercayaiku, aku hanya ingin tetap mempercayaimu.
Sekarang.. esok.. dan (semoga) selamanya...
---
Jazakumullah khairan katsira untuk sahabat yang mengirim pesan singkat di handphone-ku tadi pagi:

I live by faith
And not by sight
So whether I see
You or not, I know
You’re still the same..
..A dearest friend

Worth to be kept
Until the end.

Specially written untuk semua sahabatku yang terpisah jarak dan waktu.
Uhibbukum fillah, akhi.. ukhti... Aku akan selalu menanti perjumpaan kita.
Keep the faith!!!

»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, January 26, 2005

Gundah

Ada keraguan dalam yakinku.
Untuk segunung harapan yang kutimbun,
masih juga kutemukan lapis putus asa itu.
Ketika kemurnian nurani berkata tegas,
nyata segumpal nafsu menggoyahkan.
Lembah ketakutan yang coba kugali dalam,
tertutup oleh bongkah keangkuhan yang meraja diri.

Lalu datang setitik cahaya
Tapi gua ini begitu gelap
Jika berlari adalah pilihan,
ia pasti akan membawa cepat kepada cahaya.
Tapi bukan tidak mungkin akan juga menjatuhkan,
karena duri yang berserakan terhalang kelam.

Lalu setapak menjadi pilihan
Satu demi satu, langkah demi langkah
Hingga ketika cahaya itu teraih,
kita telah paham makna perjuangan.
Istiqomah dalam perbaikan.


-- ditengah gundah tak bertepi

»»  Baca Selanjutnya...

Khasiat Kucing

Terkadang sempat juga terlintas kekesalan pada sopir angkot atau bis yang aku naiki. Apalagi untuk angkot jurusan ke rumahku, sangat jarang. Sehingga ketika ada dua mobil berdekatan, yang ada mereka akan adu balap, tanpa memikirkan lagi perasaan penumpang. Enak juga sih, jadi lebih cepat sampe. Tapi, kayaknya jantung berdegup secepat-cepatnya, rasa mau keluar dari dalam dada. Aduh abang sopir, apa sih yang mau dikejar?? Rezeki itu udah ada bagiannya masing-masing kok!! Heran aku, emangnya para sopir ini tidak sadar ya, mereka bertanggung jawab penuh atas keselamatan para penumpang. Walaupun mungkin tidak secara materi, tapi jelas Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kepemimpinan beliau terhadap kendaraan itu.

Ckitttt.... Tiba-tiba angkot yang kemarin aku naiki di rem mendadak oleh sang sopir. Setelah sempat misuh-misuh sebentar, para penumpang bertanya-tanya. Ada apa gerangan yang membuat kaki pak sopir berhenti menginjak gas untuk beberapa menit. Malahan dia membuka pintu mobil dan turun. Ternyata, saudara-saudara... sang sopir menyingkirkan seekor anak kucing berwarna hitam dari tengah jalan, takut kelindes katanya. Subhanallah.. aku berfikir, mulia juga ini sopir angkot. Sampe anak kucing pun takut untuk disakiti. Degh! Lalu aku sadar, astaghfirullah.. jangan-jangan karena beliau percaya 'Katanya' nih.. Katanya, kalo nabrak kucing maka dalam waktu dekat akan ditimpa musibah. Mana kucingnya warnanya item lagi. Hiiih.. Kan katanya kucing hitam itu pembawa sial!! Astaghfirullah.. Yen, kok jadi su'udzon gitu? Ya Allah.. semoga prasangkaku tidak benar. Astaghfirullah.. Astaghfirullah..
»»  Baca Selanjutnya...

Saturday, January 22, 2005

Do'aku Malam Ini

Bismillaahi 'alaa nafsii wa maalii wa diinii. Allaahumma radhdhinii biqadhaa'ika wa baarik lii fiimaa quddiralii hattaa laa uhibba ta'jiila maa akhkharta wa ta'khiira maa 'ajjalta.

Dengan nama Allah atas diriku, hartaku dan agamaku. Ya Allah, berilah aku rasa ridha terhadap putusan-Mu dan berkatilah segala apa yang Engkau berikan kepadaku sehingga aku tiada suka mempercepat apa yang Engkau lambatkan dan memperlambat apa yang Engkau cepatkan. (Dikatakan Ibn Sani).

»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, January 20, 2005

Wajar, Kan?!?!

Entah mengapa akhir-akhir ini kalimat diatas bergaung-gaung dalam kepala saya. Beberapa kali sempat terlontar dalam rangka menyemangati sahabat-sahabat saya, dan kali yang lain untuk menyemangati diri sendiri. Ya.. daripada ngomong terus nyampe berbusa, mending ditaro blog aja deh. Biar dunia membaca!! Silahkan.. silahkan...
-----

Wajar!! Iya... wajar kan? Ketika kita meminta sesuatu kepada seseorang, maka ada kemungkinan permintaan itu diluluskan dan ada kemungkinan tidak. Kalau permintaan itu diterima, ga ada masalah dong? Kita tinggal berucap terima kasih, dan mengambil apa yang kita minta, atau melanjutkan proses bila memang permintaan itu belum final (tentunya dengan cara yang baik loh!). Nah, tulisan ini ingin membahas tentang jawaban yang kedua. Bagaimana seharusnya kita memposisikan diri bila kita bertemu dengan kondisi 'penolakan' itu.

Banyak faktor yang menyebabkan permintaan seseorang tidak diterima, tapi biasanya alasan tersebut didominasi oleh dua faktor, yaitu 'ketidakmampuan' dan 'ketidakmauan'. 'Not able to' atau 'Not willing to'.

Faktor 'ketidakmampuan' berkaitan erat dengan fakta dan realita, sesuatu yang bisa kita usahakan tapi mau tidak mau harus kita terima. Bisa jadi 'ketidakmampuan' itu adalah karena beliau tidak memiliki apa yang kita minta, atau tidak mempunyai kecakapan untuk meluluskan permintaan kita. Faktor lingkungan dan sosial pun biasanya berperan disini. Dalam banyak kasus, penolakan dengan alasan ini akan menjadikan lebih mudah bagi kita untuk menyikapinya.
Sedangkan 'ketidakmauan' lebih bersifat preferensi pribadi, ada kalanya seseorang terlalu menyayangi sesuatu hingga sulit untuk memberikannya ketika diminta. Di lain waktu, mungkin orang yang diminta tersebut mempunyai penilaian negatif terhadap sang peminta, sehingga beliau tidak bisa mempercayai kita untuk menjaga amanah terhadap apa yang kita minta. Penolakan dengan alasan ini, bisa jadi sulit untuk disikapi, apalagi jika bersinggungan dengan harga diri seseorang!!

Sebagian orang mungkin akan menjelaskan alasan penolakannya, tapi jika tidak - menurut saya - kita tidak punya hak sedikit pun untuk memaksanya menjelaskan. Kalau kita meminta penjelasan dan beliau memberikan, ya alhamdulillah. Tapi kalau beliau hanya menjawab 'tidak', tanpa penjelasan apapun, sekali lagi, kita tetap tidak bisa memaksa. Toh, ketika kita meminta sesuatu, resiko itu harus sudah jelas terpatri di otak kita. Kemungkinannya adalah 1 berbanding 2. Apapun alasannya, disinilah kelapangan hati dan kebesaran jiwa kita diuji. Apakah kita akan tetap menjadi seorang bocah yang merengek minta mainan sambil menangis bergulingan di tanah, ataukah kita cukup menghela nafas panjang, mengambil jarak, dan mulai menjalani hidup seperti sebelumnya? Bukankah masih banyak orang tempat kita akan meminta nantinya? Kenapa harus terpaku...

Kecewa!! Itu pasti.. Tapi itu konsekuensi, dan berjuta pelajaran mengekor di belakangnya. Pelajaran yang bila kita cukup cerdas mengolahnya, maka akan menjadikan kita pribadi yang tangguh, dan bukan tidak mungkin di masa depan penolakan-penolakan itu akan jarang menghampiri kita. Bukan! Penolakan bukanlah suatu kegagalan! Bukankah sesungguhnya kegagalan mutlak itu adalah ketika seseorang tidak berani untuk mencoba?! Nikmati saja, Teman. Ambillah jarak itu. Jarak waktu dan tempat akan perlahan mengubah kekecewaan kita menjadi energi positif yang mencerahkan. Hingga waktunya tiba, kita akan berkata lantang pada dunia: "Terlalu banyak urusanku untuk hanya dikecewakan karena hal sekecil ini. Satu hal yang pasti, selama iman ini masih terpatri kokoh di hati, selama aku yakin bahwa Allah bersamaku, tidak ada kata putus asa bagiku!! Dari sekian milyar jiwa manusia yang hidup di dunia ini, pasti akan ada satu orang yang mampu dan mau meluluskan permintaanku..."

----
[Lift up your head, Friends!! It's not the end of the world...]
»»  Baca Selanjutnya...

New Comer

Hihihi.. ada makhluk baru di meja kerjaku. Little Tiger yang bisa bersuara "Be My Friend!! Be My Friend!!". Duh, lutuna'... Tadi pagi beli sama Kiky karena sempet agak-agak bete (agak doang loh, dan alhamdulillah hikmahnya sudah bisa diambil ^_^ ). Setelah aku perhatiin lagi, ternyata si Tiggy ini (namanya lucu khan??) badannya ga simetris!! Wah, kok bisa ya.. mulai dari mata, trus posisi tangan, kuping, nyampe loreng-loreng yang ada di badannya juga ga nyambung.. Aneh!! Tapi mungkin emang sengaja diproduksi seperti itu ya, dan tidak mengurangi kelucuannya kok. Hue he he... Ets, tapi dia tetap punya fungsi penting loh! Setidaknya dia bisa membuat kita mensyukuri kesempurnaan penciptaan manusia...

"Apakah kamu ingkar kepada (Tuhan) Yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?" (QS. Al-Kahfi, 18 : 37)
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At Tiin, 95 : 4)
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, January 19, 2005

THINK OVER

It's not just about 'Yes' or 'No'
It's about your life ahead.
It's about being mature.
It's about your point of view.
It's about your dream.
It's about your responsibility to the world.

Moreover.. It's about faith!!
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, January 17, 2005

Dimensi Lain dari Cinta [2]

Pembahasan pun dimulai. "Assalamu'alaikum ikhwan wal akhwat fillah... Sehubungan dengan bla-bla-bla, maka struktur organisasi di atas kita memutuskan untuk mengganti ketua yang dulu dengan yang baru. Untuk itu, kehadiran kita kali ini salah satunya adalah untuk bermusyawarah memilih mas'ul kita yang baru. Ana akan tawarkan cara pembahasan kita. Bla-bla-bla"

Setelah menghabiskan waktu cukup panjang membahas kriteria, visi misi, aktivitas masing-masing calon, dst, akhirnya kami menetapkan ketua baru. Aku pribadi merasa berat sekali harus memilih beliau. Aku dan sahabat-sahabatku tahu sendiri kesibukan beliau di kantornya, tidak hanya pekerjaan tapi juga amanah dakwah disana. Setiap hari sabtu dan minggu, hampir seluruh waktu beliau lebih sering dihabiskan di luar rumah (ini cerita dari istri beliau). Apalagi kalau mengingat usia kandungan istrinya yang memasuki bulan ke-8, rasanya tidak tega untuk menambah amanah lagi di pundak beliau. Jadi lucu loh, kita masing-masing sibuk meyakinkan diri sendiri untuk membuang rasa kasihan dan berfikir realitas kebutuhan dakwah. Padahal Imam Hasan Al-Bana sendiri telah mengatakan bahwa amanah dakwah ini hanya bisa dipikul oleh orang-orang yang sibuk!!

Berikut kutipan pembicaraan kami dengan istri beliau (sebelum keputusan diambil):
+ Mba, gimana kalo tidak ada alternatif lain, dan harus suami Mba yang terpilih?
- Sebenernya saya sudah membicarakan hal ini dengan suami, dan memikirkan realitas yang ada, sepertinya memang amanah ini tidak bisa terhindarkan. Tapi kami hanya berikhtiar, ingin menawarkan kepada yang lain, untuk pendewasaan mereka juga kan?
+ Mba sendiri gimana? Bukankah sekarang juga beliau sudah sangat sibuk?
- Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun. Allahu Akbar!! Tentu saja kami akan berusaha untuk menjalankan sebaik-baiknya. Kami bersyukur bahwa Allah masih berkenan memberi kami peran untuk berkontribusi dalam dakwah ini. Sibuk sih pasti... Tapi saya yakin amanah ini tidak akan kami pikul sendirian, saya harap kalian akan membantu.
+ Iya lah, Mba. Pasti kami bantu, insyaAllah...

Ah, cinta! Cintalah yang telah membuat mereka saling menguatkan. Padahal untuk sebagian yang lain, alasan yang sama justru membuat mereka mengambil sikap yang bertolak belakang. Alasan cinta sering mereka jadikan tameng bagi kepentingan pribadi, yang berarti memangkas potensi dan tak jarang menyurutkan langkah. Padahal, Allah telah berfirman:

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
(QS. At-Taubah, 9: 24)

Ya, Allah.. Aku iri dengan mereka. Bisakah aku seperti Mba' ku ini? Untuk dia yang nantinya akan memimpinku mengarungi samudera, ingin kupersembahkan cinta yang menguatkan azzam perbaikan diri, cinta yang mengokohkan langkah perjuangan, cinta yang mengingatkan kekhilafan, meluruskan pergeseran, cinta yang memberi kesejukan di tengah kepenatan dunia... Mampukah aku? Phff... jalan itu masih panjang!!
»»  Baca Selanjutnya...

Dimensi Lain dari Cinta [1]

Aktivis dakwah adalah orang-orang yang penuh cinta! Mereka ada karena cinta, hidup dengan cinta, untuk mempersembahkan cinta, dan kecintaan adalah tujuan akhir mereka...

Pagi dua hari yang lalu, kutemukan lagi dimensi cinta dari orang-orang itu.
-----

Kulirik jam yang melingkar di tanganku. Lima menit lewat dari jam 06.00, waktu yang telah kami sepakati untuk bertemu. Astaghfirullah.. langsung aku hubungi salah seorang temanku, janji untuk segera pergi. 10 menit kemudian kami tiba, ternyata acara sudah dimulai. Afwan akhi, ukhti...

Rapat kali ini pun dilandaskan oleh cinta. Cinta akan amanah yang diberikan oleh Allah, cinta akan jalan perjuangan, dan didominasi oleh rasa cinta kepada ummat yang masih jahil, karena cintalah yang membuat kita tidak rela membiarkan mereka begitu saja terjerumus ke jurang kemaksiatan. Na'udzubillahi min dzalik.

Bukankah cinta yang telah membuat sahabat-sahabatku ini rela menyediakan waktu di pagi hari untuk membahas permasalahan yang mungkin secara kasat mata tidak ada manfaatnya bagi mereka? Bukankah cinta pula yang membuat mereka berlomba-lomba untuk menerima amanah ketika tawaran itu datang? Rasa cinta jugalah yang telah membuat status ke-mas'ul-an seseorang harus hilang ketika beliau tidak memegang amanahnya dengan baik. Karena persembahan cinta kita untuk ummat, pasti berkaitan erat dengan menjaga kepercayaan yang telah mereka berikan kepada kita..

Ada saat-saat dimana aku menyesal telah memilih jalan menjadi karyawati, dan disini penyesalan itu aku temukan lagi. Ketika forum akhwat membahas tentang program kerja, rasanya banyak sekali yang akan bisa aku bantu ketika jam kerja ini tidak membelenggu!! Sedih... sekali. Aku sangat ingin berperan, tapi lagi-lagi keterbatasan waktu yang menjadi masalah. Memang sih, ada cara kontribusi yang lain, tapi aku ingin... [ya ampyun, Yen? Sadar dong!! Seorang pahlawan tidak akan pernah bisa menjadi pahlawan di semua sisi kehidupan. Do only what you can!]

Aku lihat lagi perjalanan dakwahku yang baru seumur jagung ini. Ahh, aku malu, rasanya aku belum berbuat apa-apa!!


-- Terinspirasi oleh majalah Al-Izzah edisi "Ketika Ikhwah Jatuh Cinta"
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, January 12, 2005

Kerikil...

Walau ia hanya kerikil
Tapi ia tajam
Jika kau biarkan ia
Ketajamannya bisa merobek tapak kakimu,
Dan menghentikan langkahmu

Yaitu saat cahaya yang kau pergunakan untuk berjalan
Mulai memudar
Atau kau yang sengaja membiarkannya terpendar
Yaitu saat tali yang kau pegang mulai kendur
Atau kau yang sengaja melepaskannya

Cepat!!
Singkirkan kerikil-kerikil itu
Mumpung cahaya itu masih terang
Mumpung tali itu masih tergenggam erat
...
Astaghfirullah...



- mencoba menyingkirkan kerikil-kerikil dari perjalanan jiwa
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, January 10, 2005

Dek, Where R U??

Aku sungguh ingin pergi. Walaupun mungkin tidak banyak yang bisa aku lakukan, setidaknya aku bisa hadir di samping mereka. Menyeka airmata, peluh dan darahnya. Menopang bahu dan menjadi tempat bersandar bagi sebagian mereka. Bercerita dengan adik-adikku disana tentang hikmah yang ada di balik semua kejadian ini...
Bukankah (hanya) dengan berbagi (pun), duka itu bisa terkurangi?

Sedikit terobati hati ini ketika adikku diminta untuk kesana. Aceh, Meulaboh. Tempat berjuta duka itu sedang terjadi, tempat seluruh perhatian negeri sedang terkonsentrasi. Persiapan pun dilakukan dengan sangat singkat. Subhanallah... Saat-saat seperti inilah memang fungsi keluarga sangat terasa, apalagi seorang Ibu... Aku hanya membantu sekedarnya, menyelipkan beberapa lembar rupiah untuk bekalnya disana, memintanya untuk tetap dekat pada Sang Pencipta, pemilik segala jiwa, mendoakannya...

Ya Malik, lindungilah beliau dalam setiap langkahnya. Jadikanlah perjalanan ini sebagai tausiyah baginya, bimbinglah beliau menuju cahaya-Mu... agar semakin dekat beliau dengan-Mu.

Hari ini, tepat 11 hari Dedek pergi. Kok ga ada kabar ya? Khawatir... Walaupun kami yakin bahwa Allah akan menjaga hamba-hamba-Nya yang berniat mulia, walaupun kami tahu bahwa ada orang-orang yang bisa kami mintai pertanggungjawabannya atas apapun yang mungkin menimpa beliau. Tapi kami tetap khawatir... Kali terakhir komunikasi, beliau sudah melewati Bengkulu. Terakhir terima kabar dari lembaga disana, rombongannya sudah tiba hari Kamis dini hari dan harus melintasi jalur hutan karena jalur lain tertutup, namun sejak saat itu pula komunikasi terputus. Dek, Where are you?

Khawatir... Gimana makannya disana? Kebersihan, kesehatannya apakah cukup terjamin? Berita menyiarkan bahwa air bersih sangat langka disana. Cukupkah perlengkapan, obat, makanan yang beliau bawa? Milis-milis ramai memberitakan tentang relawan yang mulai terkena penyakit karena peralatan yang kurang memadai. Tidak tega membahasnya dengan Mama, pasti beliau akan menjadi lebih khawatir lagi. Setiap hari berusaha mencari kabar, tapi belum ada kepastian apapun. Apalagi untuk menjawab pertanyaan: Kapan Dedek pulang?

Lihat bukan?! Betapa lemahnya manusia. Keinginan yang sangat besar untuk melindungi orang-orang yang disayangi, selalu harus berbenturan dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki.

Masya Allah.. gimana rasanya menjadi pendamping ataupun ibunda para mujahid ya??
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, January 06, 2005

Episode Kemarahan

Seakan seperti jawaban atas kegundahanku. Iseng aku buka-buka lagi folder save items di HP-ku. Pesan singkat itu aku terima saat Idul Fitri tahun ini. Bukan sebuah puisi romantis atau rangkaian kata-kata mutiara. Hanya sebuah nasihat, dari sebaik-baik pemberi nasihat, pedoman hidup seluruh umat manusia, Al-Qur'an...


".. dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan."
(QS. Ali Imran, 3:134)



------
Kemarin malam aku mengalami suatu hal yang membuatku kesal tiada kepalang. Rasanya emosi memuncak hingga kepala terasa mendidih, rasa di dada membuncah seakan minta pelampiasan. Tangan terkepal, ingin menangis, menjerit!!! Astaghfirullah... Berulang kali diminta, berulang kali dinasihati, berulang kali dijelaskan. Kok ya nda berubah, kok ya malah tambah bikin pusing.. Sabar dong, ukhti... Hiks...

Lalu, ayat itu seakan mengembalikan kesadaranku, menamparku dengan sangat keras! Aku terdiam. Penasaran, aku cari lanjutannya. Ternyata itu adalah rangkaian dari ayat tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa. Diawali dengan seruan untuk bersegera menuju ampunan Allah, dan ditutup dengan balasan bagi orang-orang yang bertaqwa... Tapi, menahan amarah saja ga cukup! Karena bisa jadi akan berubah menjadi dendam yang, seperti orang bilang, ibarat api dalam sekam. Menahan amarah hanya awalan, harus diakhiri dengan memaafkan, mengikhlaskan kesalahan seseorang dan menyerahkan urusannya hanya kepada Allah... Hua... Yen, which one do you choose? Tetap berada dalam kemarahan yang menguras energi jiwa, atau meraih kecintaan Allah dan menjadi bagian dari orang-orang yang bertaqwa?
Lalu satu sisi hati berkata "Sulit!!!" dan sisi yang lain menjawab "Sulit, bukan berarti tidak bisa!! Bukankah Allah tidak akan menimpakan ujian di luar kemampuan hamba-Nya?!?"

Padahal Rasulullah telah menasihati: "Jangan marah!!" Bahkan diulang hingga 3 kali. Meminta kita untuk duduk pada saat kita marah dalam keadaan berdiri, meminta kita untuk berbaring jika kita marah dalam keadaan duduk. Menyuruh kita mengambil air wudhu dan shalat. Sesungguhnya kemarahan itu berasal dari syetan dan syetan itu berasal dari api. Ahh segarnya..

Perenunganku tentang ayat di atas membawa ingatanku pada suatu diskusi dengan salah seorang sahabat, juga salah satu artikel yang pernah kubaca. Tentang memaafkan dan melupakan. Diskusinya lumayan panjang, jadi ditulis ringkasannya aja ya...
Hmm... sebagian orang bilang kalo melupakan itu adalah satu ciri-ciri proses memaafkan sudah dilakukan. Well, memaafkan itu memang penting. Tapi ada beberapa kondisi dimana kesalahan yang pernah dilakukan oleh seseorang, tidak harus kita lupakan. Karena bagaimanapun, kesalahan itu pernah dilakukan!! Bahkan Allah menyuruh kita untuk mempelajari sejarah, memerintahkan kita untuk memperhatikan kesudahan kaum-kaum yang mendustakan-Nya, dan mempelajari kisah orang-orang yang ditinggikan derajatnya di sisi Allah. Jangan, jangan dilupakan!! Agar kita tidak lagi melakukan kesalahan itu dan kita tidak terjebak dalam kesalahan orang lain (kaum terdahulu). Life's too short to make all kind of mistakes. Learn from others!!

Kentang dan Benci

Teringat kisah 'pelajaran' di sebuah kelas pra-sekolah. Sang guru berinisiatif untuk mengajarkan mereka tentang kebencian. Mereka diharuskan membawa sebuah kantong plastik berisi kentang yang ditulisi nama orang yang mereka benci di dalam kelas itu. Tentu saja, kentang yang harus dibawa adalah sebanyak jumlah orang yang mereka benci. 'Pelajaran' pun dimulai. Sang guru meminta para murid untuk membawa kentang itu kemanapun mereka pergi (bahkan ke kamar kecil) selama 1 minggu. Lalu meminta mereka menceritakan perasaan mereka setelah minggu itu berlalu.

Bisa ditebak bukan? Semakin banyak kentang yang mereka bawa, semakin berat pula bebannya. Dan semakin lama mereka membawa kentang itu, maka perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan karena membusuknya kentang tersebut, akan semakin membekas dalam. Hal ini membuat semua murid melalui minggu yang sangat berat, dan merasakan kelegaan yang luar biasa ketika 'pelajaran' itu berakhir.

Bayangkan!! Bagaimana jika kita membawa 'kentang' dendam dan kebencian itu di hati kita? Semakin lama kita memeliharanya, maka kebusukan 'kentang' itu akan mengotori hati kita yang pada akhirnya membentuk kerak yang sulit untuk dibersihkan, bahkan bisa jadi meninggalkan bekas yang dalam. Apalagi jika kita memupuk kebencian itu untuk banyak orang, bukankah akan semakin luas kerak yang menempel di hati kita. Jika itu terjadi, akankah kita masih bisa merasakan cinta? Akankah kepekaan kita terhadap kebaikan orang lain menghilang begitu saja?

Akhirnya...

Menahan marah dan memaafkan adalah dua hal yang berbeda. Masing-masing bisa dilakukan dan berdiri sendiri. Bisa jadi seseorang tidak menampakkan kemarahannya, tapi dia menyimpan dendam dan kebencian yang akan mengkristal dalam dada, hingga suatu saat akan meletus keluar laksana gunung merapi. Di sisi lain, bisa jadi ada orang yang meluap-luap emosinya dan menampakkan kemarahannya sedemikian rupa, tapi berikutnya dia melupakan kejadian itu dan memaafkan penyebab kemarahannya. Mana yang lebih baik? Semoga ayat di muka tulisan ini bisa menjawabnya. Mungkin disana-sini ada hikmah yang tercecer, silahkan diambil jika menemukannya. Wallahu a'lam bis showab..

"..dan apabila mereka marah mereka memberi
maaf." (QS. Asy-Syura, 42:37)


- terima kasihku untuk seseorang yang telah membuatku menemukan rahasia ini
»»  Baca Selanjutnya...

Tahun berganti?

Subhanallah... begitu cepat waktu berlalu. Hei, it's already a new year!! Happy New Year...
Semoga tahun ini dapat kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat, lebih baik dan lebih baik lagi dari hari-hari kemarin, agar kita tidak menjadi orang-orang yang merugi. Na'udzubillahi min dzalik...
»»  Baca Selanjutnya...