Saturday, December 24, 2005

Haru

Entah rasa apa yang ada di dalam hatiku, aku sendiri tidak bisa mendefinisikannya. Marah, kesal, benci, kecewa, cinta, sayang, sedih... Entahlah, semua sudah berbaur menjadi satu. Yang aku tahu, hanya tetes air mata yang tiba-tiba saja mengalir. Tidak ada teriakan, bentakan, atau apapun.. mungkin hanya diri ini yang sedang merasa sensitif luar biasa.

Lalu, tiba-tiba laki-laki itu ikut meneteskan air mata. Dia menangis? Saat kutanya mengapa, ia sendiri tidak tahu. Melihatmu menangis, aku ikut sedih. Itu jawabnya. Aku terharu... Bukannya berhenti, sedu sedan tangisku makin kencang. Tapi aku tahu sebabnya kini. Haru..
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, December 22, 2005

When Love and Hate Collide [2]

Aseli loh, cerita ini nyata! Nyang nulis neeh yang ngalamin sendiri. Tapi sekarang sudah bisa menerima fakta bahwa murid-muridku memang istimewa :D Thank you atas komentar2 kalian yang lucu-lucu ^_^ Subhanallah.. Menjadi guru memang bukan hal yang mudah kan? Tolong doakan aku ya, sahabat-sahabat..
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, December 15, 2005

My oh My..

Hari ini buka e-mail. Oh, My God!! Astaghfirullah... 1369 new messages. Last week... 1102 new messages. Diapusin banyak2.. sisa masih sekitar 720-an. Itu yang udah kebaca cuma sekitar 50-60 mail. Trus yang sekarang mo digimanain lagi ya? Diapus, takut ada yang penting. Dibaca semua?? O-o, jelas enggak mungkin sekali donks. So, ada saran gimana cara bacanya????


~ Maafkan untuk teman2 yang mengirim mail ke yentri. Amat sangat tidak bermaksud untuk sombong dengan tidak membalas email kalian... tapi apa dayaku.. huhuhu...
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, December 07, 2005

When Love and Hate Collide..

Walaupun aku yakin warna mukaku tidak berubah merah, tapi tak dapat kupungkiri, kurasakan seluruh ototnya menegang. Dengan menekan jutaan perih yang menyergap dadaku, kuambil satu demi satu bagian kertas ujian yang baru saja dirobek-robek oleh salah seorang muridku.

“Kasih aja saya nilai nol, Bu. Gampang kan?! Ibu enggak perlu repot-repot nyuruh saya ngerjain latihan dan ujian”, tidak sedikitpun rasa bersalah kutangkap dari ucapannya. Justru kurasakan dia mengajukan surat tantangan kepadaku. Mungkin, dia sangat yakin kalau aku tidak akan berani menahan nilainya untuk keluar di pembagian rapor akhir semester ini. Aku terhenyak. Pernyataannya membuatku merasa gagal menjadi seorang pendidik, bukan sekedar pengajar.

Kusadari, aku mungkin bukan guru yang baik, walaupun aku tetap berusaha untuk itu. Lulusan IKIP atau bukan, menurutku tidak akan menentukan kualitas pengajaran yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya. Tapi yang aku tahu jelas, aku memang belum pernah mengajar. Beberapa kali memberi tambahan pelajaran kepada anak-anak SMP dan SMA rasanya tidak akan bisa disamakan dengan menjadi seorang guru di sekolah. Jelas, aku memang belum berpengalaman, apalagi dalam hal mendidik anak-anak ‘istimewa’, seperti mereka yang dengan suka hati melempar batu bata ke teman-teman yang mencandainya, atau mereka yang tiba-tiba saja terdiam di pojok kelas dan menangis tersedu, atau mereka yang dengan sengaja merobek kertas ujian di depan guru yang memberikannya!

“Ibu sih, kelewat sabar dan baik. Orang kayak dia sih dihukum aja, Bu. Suruh lari keliling lapangan sekolah kek, ato suruh ngebantuin ngeberesin sampah organik selama seminggu”, kata anak muridku yang lain, mencoba memberi saran.

“Iya, Bu. Suruh aja dia kerjain lagi ujian itu, trus bikin laporannya diketik lengkap pake komputer, beserta uraiannya. Biar kapok tuh!” usul yang lain. Aku hanya tersenyum.

“Tau enggak sih, saya tuh enggak butuh nilai kalian. Kalo kalian mau, bisa aja saya kasih semuanya nilai 8 di rapor. Tapi, apa kalian bisa tahan dengan kebohongan seperti itu? Yang saya inginkan, kalian paham dan bisa menggunakan apa yang kalian pelajari dalam kehidupan kalian, saat ini atau mungkin nanti. Tanpa kalian sadari, nilai itu bisa membuat kalian memberikan citra kepada diri kalian sendiri, dan terkadang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Ingat kan, You are what you think you are!” jawabku panjang lebar.

Aku memang tidak terlalu ingin menilai pemahaman seseorang dengan skala angka, walaupun terkadang memang hal itu tidak bisa dihindari. Justru menurutku, angka tertinggi adalah ketika ilmu yang dipelajarinya itu dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. Nak, saya tidak butuh nilaimu!!

Tapi dalam hati, kuakui juga bahwa usulan mereka ada benarnya. Jika didiamkan, pasti dia akan mengulangi kembali melakukannya. Bimbang... Tiba-tiba saja rekaman pembicaraan dengan ibunya di awal semester lalu terulang kembali di kepalaku.

“Saya minta maaf Bu, tapi anak saya ini memang emosinya sangat labil. Sedikit saja pemicu yang membuatnya tidak nyaman, dia bisa menangis meraung-raung, menjerit atau melempar barang-barang. Dia pernah mengalami satu kejadian yang membuatnya depresi berat” cerita ibunya dengan wajah sendu waktu itu. Aku yakin pasti sedih, mendapati anak kebanggaannya agak sulit untuk diterima dalam lingkungannya, termasuk lingkungan pendidikan. Setidaknya, kepindahan sekolah yang lebih dari dua kali, sudah memaksanya menerima keadaan sang anak, siap ataupun tidak. Yang aku tidak habis pikir, kenapa orang tuanya tidak berinisiatif menemui psikolog untuk mengobatinya? Ah sudahlah, aku tidak ingin tahu rahasia dapur orang lain. Mereka pasti telah memikirkan yang terbaik untuk anak mereka.

Sebenarnya aku dan guru-guru yang lain pun merasa berat untuk menerima kenyataan ada anak-anak ‘istimewa’ di antara murid-murid kami. Sekolah kami memang agak berbeda dari yang lain, tapi tetap saja belum sepenuhnya bisa menerima kekhususan yang terlampau khusus.

Jujur saja, aku tidak pernah keberatan untuk bercanda dengan anak-anak, malahan aku menikmatinya. Bahkan terkadang, akupun ikut bermain sepakbola dengan mereka di halaman sekolah. Walau sudah bisa dipastikan aku hanya menjadi penyemangat dan pengawas garis. Anak-anak nakal, itu hal yang wajar. Mereka memang masih dalam perjalanan untuk menjadi diri mereka yang seutuhnya! Character building masih berproses dan tarik-menarik antara norma positif dan negatif masih sangat mendominasi. I’ve been there before. Aku tahu bagaimana besarnya keinginan mereka untuk dihargai dan dipandang sebagai “AKU”.

Hanya saja, aku masih menduga-duga hingga hari ini, kenapa anak itu berulah hanya di kelasku? Tepatnya, lebih sering di saat aku mengajar. Mungkinkah…

Kutepis segala kemungkinan yang bermain di kepalaku. Aku tidak ingin memelihara prasangka terhadap anak didikku sendiri. Kubereskan kertas-kertas kerja yang sudah menunggu untuk aku selesaikan. Saatnya shalat Ashar, aku harus mencari pencerahan hari ini…



--------
* Ini fiksi ato bukan, hayoooo ...??!! Guess..
Yang jawabannya bener, nanti aku kasih hadiah... Ucapan SELAMAT dan TERIMA KASIH!! ^_^
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, November 07, 2005

Ketakbiasaan yang Menjadi Biasa

Sore itu aku dikagetkan oleh seekor makhluk yang melintas tiba-tiba di depan jalan masuk menuju rumahku. Makhluk itu bernama kucing, dan anehnya (loh, ANEH??) kucing itu menggigit seekor tikus yang tidak berdaya... Aneh? Ya, mungkin karena aku sudah mulai terbiasa melihat seekor kucing yang makan dari piring, dengan menu yang sama dengan manusia: Nasi+Lauk+Sayur!! Hmm.. jaman memang sudah jaaaaaauuuuh berubah sejak Tom & Jerry diciptakan ^_^

Lalu aku termenung, apakah gerakan Tarbiyah pun mulai menggejala: Ketakbiasaan yang menjadi biasa? Lalu.. sesuatu yang biasa itu pun kehilangan ruh-nya, karena kebiasaan itu bertransformasi menjadi suatu trend, tidak terjiwai! Dan kebiasaan itu berubah menjadi suatu keharusan, bukan motivasi pribadi!

Tapi, pada awalnya.. bukankah kita masing-masing harus dipaksa untuk beramal? Selanjutnya.. terserah anda!

Innamal a'maluu binniyat. Wa innama likullimriim maa nawaa'
Semua amal itu bergantung dengan niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. (HR. Bukhari)
»»  Baca Selanjutnya...

Sunday, November 06, 2005

Idul Fitri

Assalamu’alaikum...

Selamat datang Syawal, selamat tinggal Ramadhan...
Ya Allah, perkenankan kami berjumpa dengan Ramadhan-Mu tahun depan


Menyambut semburat fajar Syawal di cakrawala, Kami mengucapkan:
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.
Semoga Allah SWT berkenan menerima semua amal ibadah dan shaum kita, amiinn.
Dari lubuk hati yang paling dalam, kami mohon dimaafkan segala kekhilafan.

Selamat Idul Fitri 1426 H


Wassalamu’alaikum...

Yentri&Basit sekeluarga
»»  Baca Selanjutnya...

Sunday, October 09, 2005

Katanya!

Katanya.. pernikahan yang barokah bisa terlihat dari tersambungnya tali silaturahim antara kedua keluarga
Katanya.. pernikahan yang barokah bisa tampak dari semakin membaiknya kualitas dan kuantitas ibadah manusia-manusia yang dinaungi pernikahan tersebut
Katanya.. pernikahan yang barokah tercermin dari tingkah laku anak-anak yang akan dilahirkan
Katanya.. pernikahan itu adalah kenikmatan sekaligus keluarga juga merupakan ujian bagi ketaqwaan kita
Katanya juga.. pernikahan itu tidak melulu kesenangan, tapi pasti ada karang terjal dan gelombang yang dapat menghempaskan sampan kecil kita ke pulau tak bertuan
Katanya... dan berjuta katanya yang pernah saya dengar, baca atau saksikan (?), dan baru akan coba saya rasakan dan buktikan kebenaran/ketidakbenarannya.

Berjalan tiga bulan sudah usia pernikahan kami. Belum banyak yang bisa saya ceritakan disini. Toh, saya pun baru mulai menyelami persamaan dan perbedaan yang ada di antara kami.

Cinta?? Seorang sahabat berkata: Cinta itu bisa ditumbuhkan!! Dan hal itu juga yang saya percayai. Seorang laki-laki yang bahkan belum pernah saya dengar namanya, apalagi melihat wajahnya.. tiba-tiba saja disodorkan tawaran untuk menjadi belahan jiwanya, menyempurnakan sebagian agamanya. Subhanallah, antara bingung, rasa tidak percaya, senang dan takut bercampur aduk di dalam hati dan pikiran. Bismillah.. saya beranikan untuk mengambil pilihan ini, saya hanya ingin menjaga kesucian diri dan agama, menghindari fitnah yang bisa ditimbulkan karenanya.

Cinta?? Ya, mungkin perasaan itu mulai tumbuh perlahan. Perasaan tidak ingin menyakiti hatinya, ingin selalu membahagiakannya, ingin mendukung setiap perbaikan dirinya, perasaan sedih saat beliau bersedih, perasaan senang saat dirinya mengalami kebahagiaan, dan satu perasaan penting yang beberapa saat lalu saya rasakan: Kekecewaan ketika membuat orang yang kita sayangi kecewa.


..to be continue..
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, September 14, 2005

Tumbuhlah..

Benih yang setiap hari disiram, belum tentu akan tumbuh dengan baik.
Ia butuh disinari oleh cahaya sang Mentari,
untuk membuatnya bernafas dengan sempurna.
Ia pun butuh dinginnya malam dan kuatnya terpaan angin,
agar semakin kokoh dahan dan rantingnya.
Kemudian suplemen pupuk yang diberikan dengan porsi yang tepat,
akan menjadikannya sehat dan menjaga vitalitas kehidupannya.
Ia juga butuh kasih sayang, karena ia memiliki 'jiwa'.

Lalu, suatu hari...
Tak hanya buahnya yang manis dan mengenyangkan,
tapi juga setiap bagian dari tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh makhluk lain.

Bukankah itu salah satu cita kita? nafii'un li ghoirihi.. bermanfaat bagi lingkungannya. Hingga tanpa terbantahkan, predikat Uztadziyatul a'lam (Guru dari peradaban) akan kita sandang tanpa perlu diminta.

Wallahua'lam.
»»  Baca Selanjutnya...

Blog and Reality

Dah lama engga nulis disini, kangen juga neeeh... Subhanallah, cepet banget ya waktu berlalu. Emang bener deh pepatahnya orang Arab. Al-Waqt ka al-saif. Fa in lam taqtha'haa qath'aka (Waktu laksana pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya maka ia akan menebasmu).

Padahal saya pingin menjadikan blog ini tempat komunikasi dengan sahabat-sahabat tersayang, yang tidak bisa setiap saat bertukar cerita, berharap dengan postingan-postingan saya disini, bisa sedikit mengobati kerinduan, sekaligus terus memperpanjang tali silaturahim. Tapi, makhluk dhoif ini ternyata lebih sering merasa 'sibuk' daripada banyak waktu luang. Astaghfirullah.. semoga kesibukan yang bermanfaat ya..

Insya Allah saya akan kembali meng-intens-kan kegiatan menulis saya, tentunya juga meng-update blog ini. Pfiuuuh... sebenernya banyak lintasan pikiran yang jika direnungkan sedikit dalam, maka akan berbuah menjadi tulisan yang baik, ya.. semoga Allah memberi kekuatan kepada hati dan fikiran saya untuk berbagi hikmah kepada sahabat melalui rangkaian kata... :)
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, August 22, 2005

Percaya engga??

Apa yang kalian rasakan jika diberi kepercayaan, tapi tidak dipercaya?
Sakiiiitttt....

Bener deh, mending sejak pertama engga usah mengamanahkan tugas itu kepada orang kalo kamu engga percaya dia bisa melakukannya!!!

~ untuk semua yang pernah berada di bawah 'kepemimpinan' saya, afwan jiddan!! Maaap beribu maap jika saya pernah mendzolimi kalian..
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, August 18, 2005

I'diluu..

"I'diluu huwa aqrobu littaqwa!!"
~ Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa

Anak-anak memang cermin yang sangat jujur dalam merefleksikan diri kita. Mereka akan mengatakan A, saat mereka ingin mengucapkannya. Mereka akan berbuat A, saat mereka ingin melakukannya. Bening, setiap sikapnya selalu mencerminkan kejujuran. Ketika kita tidak bisa mengerti sebuah tindakan mereka, bukan berarti mereka telah menyembunyikan perasaan mereka, tapi itu dikarenakan pikiran 'dewasa' kita yang sudah terlalu banyak merasai kebohongan, manipulasi, konspirasi... hingga sulit untuk percaya, bahwa dunia anak-anak adalah dunia kejujuran, dunia refleksi dari perasaan mereka.. wallahua'lam..

Apa hubungannya dengan bersikap adil?
Ba'da dzuhur 3 hari yang lalu...

"Ah, ibu engga adil nih.. Kok Damas boleh liat buku Bu? Soal itu kan harus disiapkan dari rumah!", salah seorang anak muridku protes karena aku membiarkan Damas membuat soal quiz dengan melihat buku pelajaran.

"Tapi Jay, minggu kemarin kan Damas ga masuk. Dia ga tau kalo harus membuat soal untuk ditanyakan kepada salah satu dari kalian. Nanti mulai pertemuan berikutnya, semua soal harus dipersiapkan sebelum kelas dimulai." Aku coba menjelaskan pembedaan perlakuan yang aku terapkan terhadap Damas.

"Tetap aja Bu, bikin soal kan gampang. Ah, ibu curang nih..." Jaya masih membantah dengan kurang puas.

"Jay, aku cuma liat rumus kok. Soalnya tetep aku karang sendiri..." Damas berkelit karena tidak ingin disalahkan.

"Tau nih Jaya, engga apa-apa lagi.. Soal yang dibikin Damas pasti ga susah kok." Bintang yang sebelumnya sedang asyik mengerjakan tes awal juga ikut mencoba menghilangkan kedongkolan Jaya. Di antara mereka bertiga, Damas memang agak lebih lambat dalam memahami pelajaran. Itu juga yang membuatku sedikit melonggarkan peraturan ini untuk beliau...

Alhamdulillah Jaya mau mengerti.. tapi tak urung, kejadian itu membuatku berpikir. Benarkah aku tidak adil? Astaghfirullah, memang tidak semudah bicara...
»»  Baca Selanjutnya...

Sunday, July 31, 2005

Sendiri

Karena manusia terlalu lemah untuk berjalan sendiri

Aku butuh kamu, sahabat..

Senyummu sebagai ekspresi tulusmu
Marahmu sebagai ekspresi pedulimu
Ucap lembutmu sebagai ekspresi halusnya hatimu
Tangismu sebagai ekspresi sempurnanya sisi kemanusiaanmu
Genggammu sebagai ekspresi butuhmu akan kebersamaan

Bahkan ketika kamu memposisikan aku sebagai 'lawan'
Aku tetap butuh kamu, sahabat..

Untuk melatih kesabaranku atas semua ke-tidak mengerti-anmu
Untuk menuai pahala dengan menyampaikan kebenaran kepadamu
Untuk memotivasi diri membuktikan bahwa AKU BISA untuk semua hal yang menurutmu AKU TIDAK AKAN BISA!!!

Ya, manusia terlalu lemah untuk berjalan sendiri..
Tapi bukankah semua pertanggungjawaban akan kita laksanakan SENDIRI???
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 29, 2005

Auli nih..



Ponakanku yang imut-imut, lucu, banyak tingkah (dan semoga jadi anak soleh.. amiiinnn..) sekarang udah punya blog sendiri nih ;). Bundanya yang baru belajar blogging beberapa bulan terakhir ini, ternyata udah terserang blogaholic, penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan blogging (*ngarang banget sih, yen! ^_^). Ummi ikutan promosi disini ya, Bun.. Biar Auli makin banyak temennya... Huayo, tante-tante, oom-oom, ammah dan ami, kakak dan adik yang main-main kesini, jangan lupa mampir ke blog Fadhli Aulia Putra yah....... bener loh, ditunggu!!
»»  Baca Selanjutnya...
Kok ganti leiot lagi, yen?
Bosen... ^_^

Kok, kembali pake leiot standar dari blogger?
Hehe, lagi males ngutak-ngutik.. Lagian, setelah dipikir berpuluh2 kali (lupa ngitungnya :D) kan yang penting isinya, tul engga ;) ?

Tapi kalo ada yang mo ngasih leiot baru, diterima engga nih?
Oiya dong, pastinya! Namanya rezeki kan engga boleh ditolak. *gubrakssss*

*) Apa sih yen, engga penting banget?!?!
Maklum ya, lagi males posting yang serius... Padahal ngutang banyak postingan neeh sama beberapa orang... Bagi yang nungguin apdet-an blog ini, harap sabaaaaaaaaaarrrrrrr ya....
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 22, 2005

Dunia Baru.. [1]

Hi friends.. kangen engga ama yentri ;) ? [GeeR mode* on]
Suer loh, aku kangeeeeeeeeennnn banget ama kalian semua.. Aku kangen blogging, blog walking ke tetangga, chatting ma temen2 dari negeri antah berantah, bertukar cerita dengan sahabat2 lama.. dugh, rasanya ada semangat yang hilang dari diri ini ketika untuk pertama kalinya dalam seminggu totally cuma bisa onlen setelah maghrib (tapi dua hari yang lalu sempet bisa onlen sore2, soalnya training di sekolah dah selesei... :D). As you all know, aku punya dunia baru sekarang... Being a teacher... subhanallah, bener2 unpredictable deh. Tapi aku senaaaaaanggggg sekali. Alhamdulillah, semoga keputusan ini tidak salah..

Kali pertama datang ke sekolah, deg-deg-an bukan main. Emang sih, murid2 baru mulai masuk hari senin besok, minggu ini adalah waktu untuk new teachers (like me!) untuk di training abis2an tentang visi misi dan bla-bla-bla-nya sekolah... Aku bener2 belum pernah membayangkan bahwa jadi guru itu segitu repotnya. Mungkin karena sekolah kami baru berjalan satu tahun, mungkin juga karena sistem pengajaran di sekolah sangat berbeda dari sekolah yang lain.. jadi musti kerja ekstra keras niih.. Bikin lesson plan, trus di-breakdown ke weekly plan-nya, trus ke daily activities, trus nyiapin segala yang namanya module, worksheet, games, display. huaaa... bener2 unpredictable.

Awalnya aku cuma bengang-bengong ga tau musti ngapain. Soalnya aku diamanahi oleh seorang kakak kelas yang resign karena mau menikah (barakallahu ya, Kang..) untuk menjadi pengganti. Pertamanya aku pikir, aku tinggal menjalankan apa yang telah direncanakan oleh beliau, ternyata eh ternyata.... gedubrakk... O MY GOD!! Maseeeh banyak... huaaaaa.... Akang, teganya dirimu... Ups, gapapa sih. Daripada aku tinggal menjalankan, nantinya malah aku enggak menjiwai. Lagian, kasian atuh yen, yang mo nikah :D (afwan ya, Kang..)

Btw, satu lagi yang bikin aku pingin gedubrakk.. I have to conduct the class in English!! Ya ampyun, Masya Allah.. bisa sih bisa, cuma kadang enggak PeDe euy, kalo harus speaking-speaking.. kayaknya sih lebih jago anak muridnya deh, ihiks.. Do'akan ya, sodara2..

Sekian dulu ah, nanti disambung lagi dengan cerita2 pengalaman pertama yentri mencari2 bahan, buku2 yang menatap memelas minta dibaca... but for now, that's all folks! ^_^
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, July 20, 2005

Antara Ada dan Tiada

Serupa,
Tapi memang takkan pernah sama..

Adanya bisa memupuk sayang
Tiadanya pun takkan memudarkan cinta
Karena ia dibangun atas dasar taqwa

Berbeda,
Dan pasti takkan sama..

Adanya bisa meredam gundah
Tiadanya terkadang begitu menyiksa

Ah, cinta..
Ketika engkau memang harus tumbuh
Ternyata begitu mudah..
Sederhana,
Tanpa harus dipaksa..


~ cepet sembuh ya, yang..
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 15, 2005

Surat Perpisahan.. (ihiks-ihiks)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu...

Apa kabar sahabat2 semua? Alhamdulillah, kita masih dipertemukan dalam nikmat iman, islam dan keindahan ukhuwah. Semoga kita senantiasa berada dalam limpahan hidayah dan inayah-Nya. Amiiin..

InsyaAllah besok: Jum'at, 15 Juli 2005 adalah hari terakhir saya menjadi insan Takaful. Ihiks.. Jadi, ceritanya ini teh surat perpisahan :'(

Satu tahun lebih saya menyandang status sebagai karyawati di Takaful, banyak hal yang telah saya alami. Senang, sedih, gembira, bete.. Ada kalanya timbul semangat membara untuk membuktikan ke-itqon-an amal seorang muslim, ada kalanya rasa malas yang datang mendera (astaghfirullah..) Berinteraksi dengan bermacam karakter orang, memang akan mendewasakan cara berpikir kita, dan itu pula yang saya rasakan disini. Banyak pelajaran yang telah saya ambil, baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun tidak, yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan di tempat lain. Jazakumullahu khairan katsira untuk semuanya..

'ala kulli hal, sungguh.. alhamdulillahi rabbil 'alamiin, memang segala pujian hanya layak kita alamatkan kepada Allah Sang Penguasa Alam. Skenario Allah-lah yang telah menjejakkan kaki saya di perusahaan ini, mencoba menorehkan sedikit karya untuk ikut berkontribusi dalam membangun perekonomian Islam. Walaupun saat ini saya memilih untuk berkarya dalam bidang yang lain, insyaAllah satu hal yang harus kita yakini bersama, syari'at Allah pasti tidak akan pernah kehilangan orang yang mengusungnya!!

Tidak ingin merangkai rasa dalam banyak kata, saya hanya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya untuk semua kekhilafan yang pernah saya lakukan, yang menyinggung hati sahabat-sahabat sekalian baik langsung maupun tidak. 'Afwan jiddan, mohon diikhlaskan.. Semoga dimanapun berada, Allah senantiasa memberi ke-istiqomah-an kepada kita untuk tetap berada dalam kafilah panjang penerus risalah para nabi.. Amiinn.

..fawatsiqillahumma raabithataha..

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


.: Yentri Marchelino :.
my primary email: yenthree@yahoo.com

"pada akhirnya, semua orang harus memilih.. dan ketika pilihan itu telah ditetapkan, hanya sabar dan syukur yang bisa membantu kita selamat dalam menjalani konsekuensinya..."

---
ditulis di blog agar bisa mengingatkan kembali nikmat ukhuwah yang telah saya rasakan. Ya Rahman, kuatkan kami untuk tetap dapat menyambung tali silaturahim ini..
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, July 13, 2005

IMB nge-ramein Bandung neeh..

Menyusul kesuksesan (alhamdulillah) acara IMB sebelumnya di Jakarta... IMB'ers Bandung enggak mo' kalah juga neeh. Di tengah kesibukan mempersiapkan acara walimah beberapa member IMB asal Bandung (ngelirik Teh Dina dan Kang Yudi) mereka berjibaku untuk menunaikan amanah untuk melahirkan penulis-penulis handal dari kota kembang ini. So, yukk kita sambut pembuktian janji mereka....

Yang mo ndaftar onlen, klik aja disini.
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, July 12, 2005

Jarak Jauh..

Tepat 8 hari setelah menikah, aku kembali ke kesibukan kantor. Semua orang yang berpapasan berkata "Looohhh... kok udah masuk? Cepet amat cutinya?" Aku sih, senyum-senyum aja, paling nyengir dikit plus melotot banyak kalo mereka udah mulai ngegodain.. Ya atuh, gimana lagi?? Toh, di rumah juga udah engga banyak kerjaan. Dan yang paling penting, suami dah balik ke Semarang, ngapain juga aku ngendon di rumah ajah? Bosen bangetttt... Trus mereka bilang lagi "Aduh, kasiiiaaaan... ditinggal..." Hehe, lagi-lagi aku tersenyum simpul sambil meringis dalam hati. Sabar yen... bentar kok, cuma 3 bulan kan? [Hopefully :'( ]

Sekedar berbagi cerita. Sahabatku yang dalam beberapa minggu kedepan ini mau menikah, kasusnya mirip dengan aku dan suami (secara esensi), tapi beda. Gini ceritanya, beliau kan orang kantoran, kerjanya dari pagi sampe sore, trus nyampe rumah biasanya jam 6 or stg 7 malem gitu. Tapi lucunya, (calon) suaminya pekerja shift malam, berangkat dari rumah sekitar jam 5 sore trus pulangnya sekitar jam 8 pagi. Nah loh, kapan ketemunya?! Beberapa hari yang lalu beliau telpon aku, trus kita ketawa bareng-bareng... MasyaAllah ya, ujian untuk pasangan muda tuh adaaaa aja. Kami saling menyebut beberapa orang sahabat yang mengalami hal serupa, long distance relationship, di masa awal pernikahan mereka. Tapi alhamdulillah hingga kini berjalan baik2 saja. Ya.. semoga kamipun bisa meniru langkah mereka. Toh, Allah pasti akan menolong hamba-hamba-Nya yang menikah karena ingin menjaga kehormatan kan? Apalagi jika niat itu adalah untuk kepentingan dakwah.. Bismillahittawakkaltu 'alallah...

Trus, gimana rasanya 'pacaran' jarak jauh? Ya.. ada enaknya, ada enggaknya kali ya.... Apalagi untuk pasangan baru seperti kami yang baru mulai mencoba mengerti satu sama lain, bertukar kebiasaan, mempelajari karakter pasangan..

Enggak enaknya jelas: ga ada yang nemenin pergi kemana-mana (inget kan, keluar rumahnya seorang istri itu harus seijin suami!), mau curhat pun terbatas karena ga setiap saat bisa, trus ga ada yang mendongeng sebelum tidur (^_^), de-el-el, de-es-te.. Dan yang lebih jelas lagi, berat di ongkos euy..

Enaknya apa dong? Hmm.. banyak orang bilang, pertemuan yang terlalu sering tapi monoton, bisa menimbulkan kebosanan. Mungkin yang penting adalah menjaga agar setiap pertemuan kita yang sedikit itu tetap berkualitas. Kebayang kan, berapa hari engga ketemu.. pasti banyak menyimpan cerita, perasaan rindu yang tertata rapi di sanubari, saling bertukar tausiyah.. Ada perasaan lain ketika membaca ataupun mengirim pesan-pesan singkat dari dan untuk suami tercinta, atau sapaan-sapaan lewat teknologi bernama HP, dst. Kangen kali ya namanya? Kembali menyadarkan bahwa diri ini sudah mempunyai tanggung jawab yang berbeda...

Tuh, emang lebih enak pacaran setelah menikah, kan?!




~ untuk yang tersayang di Semarang: "Abis baca postingan ini, telpon Ade' ya Bang... ^_^ "

»»  Baca Selanjutnya...

Sunday, July 10, 2005

Isteri Solehah

Isteri cerdik yang solehah
Penyejuk mata penawar hati penajam fikiran
Di rumah dia istri di jalanan kawan
Di waktu kita buntu, dia penunjuk jalan
Pandangan kita diperteguhkan
Menjadikan kita tetap pendirian
Ilmu yang diberi dapat disimpan
Kita lupa dia mengingatkan

Nasihat kita dijadikan pakaian
Silap kita dia betulkan
Penghibur diwaktu kesunyian
Terasa ramai bila bersamanya

Dia umpama tongkat si buta
Bila tiada satu kehilangan
Dia ibarat simpanan ilmu
Semoga kekal untuk diwariskan

~ Saff One ~

http://liriknasyid.com
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 08, 2005

Yang Penting, Ikhtiar kan?!

"...Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf."
(QS. Al-Baqarah: 233)

Saya yakin, kita semua menyepakati satu hal, bahwa salah satu kewajiban utama seorang suami adalah memberi nafkah lahir batin bagi isteri dan anak-anaknya. Walaupun ukuran kecukupan nafkah itu berbeda antara satu keluarga dan lainnya, tapi ada satu hal yang harus kita pahami bersama, bahwa kewajiban adalah sesuatu yang memang harus dilaksanakan, atau setidaknya diupayakan untuk bisa terlaksana dengan sempurna.
--

"Trus siapa yang mau biayain kamu kuliah?"
"Ya, Cik Pung. Kan selama ini juga yang bayarin sekolah Bi Cik."

Sepenggal percakapan Jakarta - Bandung antara seorang remaja selepas SMA dengan adik kandung dari ibunya di suatu sore yang sejuk. Untuk sebagian orang, mungkin percakapan seperti ini bukanlah sesuatu yang sangat istimewa dan berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Memang wajar, bagi seorang keponakan untuk meminta bantuan biaya kuliah kepada bibi atau pamannya. Tapi bagi keluarga dari perempuan tadi, hal ini sangatlah menyedihkan dan memberatkan. Masalahnya bukan sekedar sejumlah materi yang harus disediakan untuk membiayai beliau kuliah. Bukan, tapi sebentuk tanggung jawab yang hilang dari seorang ayah kepada anak dan isterinya. Dan sungguh, ini adalah hal yang menyedihkan. Padahal menurut Al-Qur'an, disinilah letak qawwamah (kepemimpinan) kaum laki-laki.

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An-Nisaa': 34)

Allah memang telah menyatakan bahwa kelapangan rizki itu berbeda di antara masing-masing hamba-Nya. Dan karena itulah disyariatkan adanya zakat, infak dan sedekah, bahkan disebutkan bahwa nafkah yang kita berikan kepada keluarga kita juga bernilai sedekah.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: "Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu." (HR. Muslim)

Perempuan tersebut mengalami dilema berkepanjangan, demikian pula dengan keluarganya. Keinginan untuk membantu dan melindungi, demikian hebat bertempur dengan keinginan untuk memberi 'pelajaran' kepada sang ayah. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya dimana keluarga mereka hidup sebagai 'benalu' di pohon keluarga perempuan tadi. Berat, karena bukan sekedar biaya sekolah yang mereka minta, tapi juga biaya hidup sehari-hari, makan, ongkos, bahkan 'uang rokok' bagi sang ayah.

Terkadang saya berpikir, dimanakah rasa tanggung jawab sang ayah? Demikian bangga beliau me'nitip'kan anak dan isterinya kepada keluarga orang lain, begitu mudah beliau menyebut-nyebut bahwa ini semua adalah kewajiban dari keluarga adiknya, yang memang sedikit lebih lapang rizkinya, untuk membiayai mereka. Tidakkah beliau merasa bersalah, padahal beliaulah yang telah mengambil amanah atas seorang perempuan langsung dari Allah, dalam perjanjian yang kuat (mitsaaqan ghalizha).

Mungkin akan berbeda keadaannya jika memang yang bersangkutan telah berusaha sekuat tenaga, lalu hasil yang diperoleh tidak seberapa. Bukan mungkin, tapi pasti akan sangat berbeda. Toh, bagian masing-masing orang sudah ditetapkan oleh Allah jauh sebelum kita terlahir di muka bumi ini. Ikhtiar yang maksimal adalah satu-satunya kunci agar Allah membukakan pintu rizki-Nya kepada kita semua. Tapi, ketika ikhtiar itu pun tidak dilaksanakan, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Allah telah menyempitkan pintu rizki-Nya bagi kita?

Saya pernah mendapat nasihat dari seorang sahabat. "Yang penting itu, mencari suami yang tetap berpenghasilan, bukan hanya berpenghasilan tetap." Saat pertama kali mendengar nasihat itu, saya tidak mengerti apa yang beliau maksudkan. Lalu seiring dengan berjalannya waktu, beberapa orang sahabat ikhwan saya bercerita tentang usaha-usaha kecil yang sedang mereka bangun dalam upayanya memenuhi kebutuhan keluarga, dan saya mulai mengerti maksud dari nasihat itu.

Terkadang kita menilai kemapanan seseorang - terutama laki-laki - hanya ketika beliau sudah mempunyai sejumlah "penghasilan tetap". Padahal, siapa yang bisa menduga ketika esok hari atau lusa tiba-tiba saja sebuah surat Pemutusan Hubungan Kerja mampir di atas meja beliau. Bukan sesuatu yang mustahil kan? Sebaliknya, dalam status "tetap berpenghasilan", tersirat sebuah semangat jiddiyah untuk tidak berputus asa dalam menafkahi keluarganya. Mungkin beliau mencari nafkah dengan jalan menjadi seorang pegawai (yang berpenghasilan tetap), atau menjadi pedagang (yang berpenghasilan tidak tetap), penjual jasa, penulis, peneliti, atau yang lainnya. Berbeda-beda caranya, dan pasti berbeda-beda pula jumlah materi yang akan dihasilkannya, tapi ikhtiar inilah yang bisa kita sama-sama nilai sebagai sebuah bentuk tanggung jawab seorang suami terhadap istri dan anak-anaknya.

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."
(QS. At-Thalaq: 7)

Jadi seperti judul dari artikel ini: Yang Penting, Ikhtiar kan?!
Do the best, and Allah will do the rest...

Wallahua'lam bis showab

--
Ket:
Bi Cik: Bibi Keci' = Bibi Kecil; panggilan bagi adik perempuan dari ibu dalam bahasa Palembang
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, July 06, 2005

What They Said?

Hampir enam bulan yang lalu, saat keberanian yang kurenda selama beberapa hari menemukan bentuknya untuk mengumumkan kepada mereka..

Mama:
Emang Iyen udah siap?
[Ah Mama, jadi mo maluw... :D]

Papa:
Kenalin dulu dong.. Anak siapa, rumahnya dimana, kerja dimana, baik engga?
[Waduh Pa, kenalan ndiri aja deh. Iyen juga belum sempet tanya2 banyak niih...]

Kaka':
Boong banget lo, baru ketemu sekali trus mo kawin?
[Biariin weee... Kan niatnya mo ibadah.. Bismillah deh.. Justru bisa ketemu karena kami berdua udah niat menikah.]

Dede':
Lo mo kawin Yen, kapan pacarannya?
[Ih, Dedek. Ntar aja pacarannya abis nikah ;)]

Ayuk:
*Senyum2 jail..*
[Pokoknya Ayuk yang bantuin nyiapin segalanya!!]

Mas Ary:
*No comment..*
[Mas Ary bagian urusan administrasi de-el-el ya..]

Auli: (di perjalanan pulang setelah Resepsi)
Ummi mo pengantenan lagi ya? *gubrakkkkk*
[Seneng ya Auli, banyak temen, bisa lari-larian.. ^_^. Tapi ga lagi deh Aul, badanku mo rontokssssss.]


Ya Rabb, How I love my family :x
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, July 05, 2005

Istimewanya Perempuan Islam

Dapet CoPast dari email seorang sahabat, artikel yang juga pernah saya baca sekitar 2 tahun yang lalu...
--

Kaum feminis bilang, susah jadi perempuan Islam, lihat saja peratuan dibawah ini :
  • Perempuan auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki,
  • Perempuan perlu meminta ijin suaminya apabila mau keluar rumah, tetapi tidak sebaliknya,
  • Perempuan saksinya kurang dibanding lelaki, (maksudnya: dibutuhkan saksi 2 orang perempuan agar bisa dipercaya, sedangkan laki-laki hanya perlu bersaksi sendirian)
  • Perempuan menerima warisan setengah dari lelaki,
  • Perempuan perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak,
  • Perempuan wajib taat kepada suaminya tetapi suami tidak perlu taat kepada istrinya,
  • Talak terletak ditangan suami dan bukan ditangan istri,
  • Perempuan kurang dalam beribadah karena masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.

Kenyataannya...Benda yang mahal harganya akan dijaga dan disayang serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Tentunya intan permata tidak akan dibiarkan terserak, bukan? Demikian halnya dengan perempuan dan auratnya.

Perempuan perlu taat kepada suaminya, tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Perempuan menerima warisan setengah dari lelaki, tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya. Manakala lelaki menerima warisan, perlu menggunakan hartanya untuk istri dan anak-anaknya.

Perempuan perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia dido'akan oleh segala mahluk, malaikat dan seluruh mahluk Allah dimuka bumi ini, dan jika meninggal karena melahirkan, maka ia meninggal dalam keadaan syahid.

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan diminta pertanggungjawabannya terhadap 4 perempuan, yaitu istrinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Sedangkan seorang perempuan, tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki yaitu suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

Seorang perempuan boleh memasuki surga melalui pintu surga manapun yang disukainya cukup dengan 4 syarat yaitu sholat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormaannya.

Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah, tetapi perempuan jika taat kepada suaminya serta menunaikan tanggung jawabnya kepada Allah, akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berjihad tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya Allah.... begitu sayangnya Allah kepada perempuan.

»»  Baca Selanjutnya...

Saturday, July 02, 2005

Menjelang subuh @ 010705
Saat riak-riak bahagia bertransformasi menjadi gelombang duka..
Menggenggam gemetar jemari suami tercinta, saat mengantar ayahanda menuju peristirahatan terakhirnya, 5 hari setelah akad nikah kami...

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu-anhu..
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, June 22, 2005

Undangannya nih...

»»  Baca Selanjutnya...

Lagi-lagi, memilih...

Mungkin kalian bingung, kenapa postingan saya di blog ini sering bertema tentang pilihan hidup. Iya sih, memang hidup itu selalu harus menentukan pilihan, dan terkadang tidak hanya di antara 2 pilihan. Bahkan ketika bangun tidur di pagi hari pun kita harus memilih, untuk memaksa diri bangun dan berwudhu, ataukah meneruskan menutup mata dan berkemul dalam selimut. Benar kan?!

Kali ini, saya harus menentukan pilihan tentang sebuah cara untuk menjadi bermakna bagi lingkungan. Sulit memang, di satu sisi... ingin rasanya bermanfaat secara keilmuan, menggali lebih dalam lagi potensi kecerdasan yang [kata orang-orang] saya miliki. Di sisi yang lain, ingin berdaya guna bagi masyarakat, tapi tetap menyediakan waktu yang baaaaaanyaaaaaaaaakkkk bagi keluarga. Ya.. ingin mewarnai sendiri kanvas madrasah kehidupan yang baru coba kami lukis. Ternyata, memang pernikahan itu mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan ya? Ada tanggung jawab lain yang harus kita emban, tugas lain yang harus kita tunaikan daripada sekedar memuaskan keinginan pribadi. Ingin sukses, ingin melanjutkan sekolah, ingin bekerja, ingin bisnis, dst.

Lalu, mana yang saya pilih? Well, saya memilih untuk memposisikan diri pada fitrah saya sebagai seorang muslimah. Saya tahu kualitas diri saya sendiri, secara ruhiy, secara aqli, secara jasadi... Memang, keluar dari keadaan "nyaman" itu sama sekali tidak mudah. Lagi-lagi mereka bilang "Kan sayang, yen...". Saya hanya tersenyum sambil terus memotivasi diri sendiri: apanya yang harus disayangkan? Materi yang lebih dari cukup? Status yang 'terhormat'? Apakah semua itu cukup berharga untuk ditukar dengan masa depan seorang mujahid dan mujahidah? Ah, klise mungkin.. toh, masa depan siapa yang tahu? Tapi bukankah pilihan kita hari ini akan menentukan keadaan kita di masa depan, kita hanya bisa berikhtiar sebaik mungkin...

Sungguh... bukan kesalahan siapapun ketika saya harus memilih jalan ini. Bukan atas paksaan siapapun. Setidaknya, semua pilihan itu tetap pada koridor utamanya: dakwah ilallah..

Seperti postingan saya sebelumnya, saya hanya bisa berharap semoga Allah-lah yang selalu dan akan terus membimbing saya, dan juga kalian semua, untuk menentukan pilihan... Luv ya all, friends...
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, June 16, 2005

Kuncinya Satu, Ikhlas..

Pernikahan bagi seorang kader tarbiyah adalah untuk memperkokoh dakwah, bukan mengharap romantisme dunia semata, tapi mencita kebersamaan abadi di surga-Nya. Membangun pabrik peradaban, pencetak mujahid&mujahidah penerus risalah para Nabi, Insya Allah....

Kata-kata yang kugubah sendiri, untuk kukirimkan melalui pesan singkat bagi seorang sahabat yang sedang menyongsong detik penyempurnaan setengah agamanya. Semoga diri ini bisa menjadi pelaksana pertama dari tausiyah yang diberikan...

Ikhlas, karena tidak pernah akan ada manusia yang sempurna. Kelebihan pasangan kita adalah sesuatu yang harus kita syukuri, kita jaga dan pupuk agar tetap bersemi, lalu kita jadikan teladan bagi diri pribadi. Tapi kekurangannya, bukanlah harus kita membenci, tapi kita tutupi dengan kebijaksanaan, dan kita coba bersama untuk memperbaiki... Saling memberi, saling menerima..

Semoga Allah meridhoi, setiap keputusan yang kita buat, setiap jalan yang kita pilih..
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, June 15, 2005

Dan Bumi pun Menangis..

Hujan hari ini..
Seakan mensyiarkan bahwa langit dan bumi ikut menangis bersama ribuan, bahkan jutaan kader dakwah yang bersedih.
Bersedih, karena kehilangan satu sumber mata air keIslaman. Sumber kebijakan, sumber pengetahuan, sumber keilmuan..
Bersedih, karena merasa diri tak sebanding dengan amal yang telah beliau persembahkan untuk dakwah ini..
Bergidik ngeri ketika mempertanyakan pada diri sendiri, "Bagaimanakah keadaan kita ketika Izrail diperintahkan Allah untuk mengambil ruh yang bersemayam pada jasad kita?"
Bersedih, karena merasa iri terhadap disegerakannya pertemuan dengan Rabbul 'Izzati..

Puluhan tulisan saya baca hari ini, tentang beliau. Sebagian besar dari orang-orang yang saya kagumi.. dan entah kenapa deras air mata ini turun..

Saya tidak mengenal beliau secara pribadi. Hanya melalui tulisan-tulisannya di beberapa majalah, dan buku-buku beliau yang selalu mengantar diri untuk berkaca, dan kemudian menghadirkan semangat baru setiap kali selesai membacanya. Semangat mujahadah, semangat tadhiyah...
Beberapa kali saya menghadiri forum yang menghadirkan beliau sebagai muwajih.. Selalu saja do'a-do'a yang beliau lantunkan membuat hati ini bergetar, pelupuk mata menghangat, lalu tanpa dapat ditahan air pun mengalir dari sudut mata. Padahal sungguh, saya tidak mengenalnya secara pribadi..

Malam tadi puluhan SMS hadir untuk memberitakan hal yang sama. Ustadz sudah berpulang ke hadirat Allah Swt. Antara percaya dan tidak, tiba-tiba saja ada rasa perih menyusup ke dalam dada. Astaghfirullah... Apakah ini tanda cintaMu yang sangat besar kepada beliau, Rabb? Sehingga Engkau sudah begitu rindu untuk bertemu dengan ruh mulia itu? Ah, sangat tidak pantas diri ini mempertanyakan tentang ketetapanMu.

Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'un..
Memang segala yang ada di langit dan bumi ini adalah milikMu, Ya Maalikul Mulki..

Hujan hari ini..
Seakan mensyiarkan bahwa langit dan bumi ikut menangis..

Selamat jalan, Ustadz...

http://pk-sejahtera.org/modules/news/article.php?mn=1&storyid=3117
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, June 10, 2005

Hati-hati Jaga Hati..

Yang namanya kabar gembira, mungkin memang sulit dihalang-halangi untuk tersebar luas. Bulan kemarin, bisa dihitung dengan jari teman-temanku (selain keluarga, tentunya) yang mengetahui tentang rencana pernikahanku akhir bulan ini. Alasanku menunda pemberitahuan itu, sebenernya simpel aja sih, tidak ingin membuat heboh dunia... hehehe :D

Tapi mulai awal bulan ini, aku kerepotan sendiri menghadapi tuntutan mereka, "Yen.... udah boleh ya, dikasih tau ke orang-orang.. Ayo dong, mo disebarluaskan kapan nih?"
Biasanya aku cuma nyengir aja. Aku tau, mereka bermaksud baik, karena mereka ikut bahagia dan begitu ingin teman-teman yang lain pun merasakannya. Tapi sebenernya masih pingin menolak sih, ntar aja deh.............. Soalnya kalo pengumuman udah disebar, pasti ujian untuk hati ini akan lebih dahsyat lagi. Sekarang aja, udah lumayan kelenger ... [Trus kenapa diposting disini dong? Hehe, karena dalam waktu dekat emang bakal di-launching.. ^_*]

Entah kenapa, beberapa minggu terakhir ini aku beralih profesi menjadi konsultan perkawinan. Mulai dari yang lagi men'jatuh'kan cinta bukan pada tempat yang seharusnya [jadi inget postingan ini], baru mau proses, yang mau 'mengajukan diri', tentang kriteria, tentang ta'aruf, tentang khitbah, wuaaaah... pokoknya ikutan pusing deh. Mulai dari teman SMA, kuliah, kantor, sampe teman-teman yang hanya dikenal melalui layar segiempat bernama komputer...

Sebenernya sih, enggak pingin mengatakan sesuatu yang belum tentu bisa aku kerjakan. Berat loh konsekuensinya!!

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shaf: 2-3)

Tentang penjagaan hati, tentang proses yang bersih, tentang persiapan... Siapalah aku hingga bisa menasihati orang lain sebegitu hebatnya? Tapi toh kalau menunggu diri ini seluruhnya baik, pesan Rasul tidak akan pernah aku sampaikan. Bukankah menyampaikan walau hanya satu ayat, adalah amanah dari junjungan kita tercinta? Sampaikan! Dan teruslah memperbaiki diri... Astaghfirullah... memang bukan hal yang mudah ya?

[mikir lagi, jadi inti dari postingan ini apa sih sebenernya??? *nyengir sambil garuk2 kepala*]


Ket:
ta'aruf = artinya perkenalan, biasa digunakan untuk menamai proses awal menuju pernikahan
khitbah = lamaran/pinangan
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, June 08, 2005

Nilai Sebuah Kejujuran

Kututup pembicaraanku dengan seorang sahabat malam itu dengan perasaan tidak karuan. Berulang kali kata sabar kuucapkan untuk membesarkan hati beliau. Niat awalku ingin meminta kehadirannya dalam suatu acara, berbuntut panjang menjadi diskusi mengenai permasalahan rumah tangga.

Kata orang sih, setiap rumah tangga pasti akan menghadapi cobaan. Ada yang berat, ada yang ringan, ada yang sedang-sedang saja. Ya.. seperti janji Allah bahwa ujian itu tidak akan ditimpakan di luar kesanggupan hamba-Nya untuk menanggung, dan kesanggupan orang memang berbeda-beda, kan? Untukku yang belum mengenal kehidupan rumah tangga yang sebenarnya, baru mengetahuinya sebatas teori. Teori tentang butuhnya komunikasi, tentang menyikapi perbedaan, tentang kesabaran dan rasa syukur, tentang bersikap lemah lembut, tentang kejujuran, dan seterusnya.

"Bayangin, Yen.. Sepuluh tahun dia bohong. Sepuluh tahun usia pernikahan kami, kenapa justru sekarang...?" Aku mencoba menghadirkan wajah sahabatku dan dua orang anak perempuannya. Sebenarnya agak sulit bagiku untuk mempercayai cerita beliau. Selama ini yang kutahu, keluarga mereka sangat harmonis. Tapi, ternyata di baliknya tersimpan sebuah bom waktu. Dan mungkin, ini adalah waktu yang tepat untuk meledakkan bom tersebut.

Kejujuran itu pahit, benarkah? Jika kita memutuskan untuk melakukan suatu kedustaan, maka kita akan melakukan ribuan kedustaan lain untuk menutupinya. Hingga suatu saat, ada kondisi dimana mau tidak mau kejujuran itu harus kita katakan, maka benarlah bahwa ia akan terasa sangat pahit. Bahkan tak jarang, ada hal yang harus kita ikhlaskan untuk lepas dari genggaman.

Ingatkah kalian tentang sebuah film yang berjudul LIAR-LIAR? Film ini berkisah tentang seorang anak yang selalu merasa dibohongi oleh ayahnya, lalu dihari ulang tahunnya dia memohon agar satu hari, hanya satu hari, ayahnya tidak dapat berkata bohong. Awalnya, semua menjadi berantakan. Keluarga, pekerjaan, interaksi dengan orang-orang tercintanya, janji-janji yang dibuat. Lalu, satu demi satu keadaan mulai membaik hingga akhirnya, semua terselesaikan tanpa perlu mementaskan satupun kebohongan. Walaupun film itu adalah rekaan semata, tapi ada pesan moral yang ingin disampaikan. Bahwa kejujuran itu tidak akan pernah membawa dampak buruk bagi kita. Jadi, kenapa kita harus takut untuk jujur?

Sebagian orang menganggap bahwa mereka akan selamat dengan sebuah dusta. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah, mereka menunda bencana yang kecil, dan datang menyambut bencana yang lebih besar lagi. Ketika kita jujur saat ini, memang pasti akan menemukan suatu konsekuensi yang ada kalanya tidak enak. Tapi, konsekuensi itu akan selesai dalam sekejap, dan hari esok akan kita jelang dengan penuh ketenangan. Timbanglah hal ini dengan agama. Ketika kita berusaha untuk senantiasa jujur di dunia, maka kita tidak akan menghadapi hari penghisaban dengan kekhawatiran atas terbongkarnya kedustaan kita. Padahal Raqib dan Atid, tidak pernah luput mencatat satu per sekian detikpun yang kita lewati di dunia.

"Tapi Yen, sejak dia terus terang kepadaku tentang kebohongannya selama ini. Aku jadi tenang. Sekarang aku enggak terlalu ambil pusing apa yang dia kerjakan saat tidak di rumah. Toh, dia sendiri yang sudah berjanji akan bertobat. Sekarang tinggal urusannya sama Allah..." kuingat lagi sepenggal ucapan sahabatku.

Subhanallah... Ketenangan! Mungkin itulah yang dijanjikan Allah untuk setiap hamba yang ridho terhadap ketetapan-Nya. Padahal dari apa yang aku dengar, ujian yang beliau hadapi ini bukan sesuatu yang mudah. Mudahkah untuk menerima kenyataan bahwa kita telah diduakan tanpa sepengetahuan kita? Mudahkah untuk menerima kenyataan tentang bejatnya kelakuan seseorang yang selama ini kita anggap sebagai pemimpin? Mudahkah untuk menerima kenyataan bahwa kesetiaan kita selama ini hanya dianggap sebelah mata? Tentu tidak mudah, bukan?

Pada akhirnya, setiap orang harus memilih.
Dan ketika pilihan itu telah ditetapkan, hanya sabar dan syukur yang menjadi senjata kita agar selamat dalam menjalani konsekuensinya...


Jakarta @ 040605
Untuk seorang perempuan yang tetap memilih untuk setia..
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, June 02, 2005

Tanggung Jawab Masa Depan

Pagi ini, ada satu berita yang membuat saya terharu.
Di tengah hiruk pikuk Pilkada yang penuh intrik dan diwarnai bentrok, di tengah berita terjadinya kembali ledakan-ledakan di beberapa kota di Indonesia, berita-berita tentang beberapa kasus korupsi yang mulai disidangkan, atau tentang maskapai penerbangan yang mulai berguguran... terselip satu berita yang membanggakan, setidaknya untuk saya...

Liputan6.com, Tebo: Penduduk Desa Muaro Sekalo dan Desa Semambu,
Kabupaten Tebo, Jambi, marah. Kegeraman penduduk ini dipicu maraknya pembalakan
liar di daerah mereka. Lantaran itulah, baru-baru ini, mereka memutus jembatan
yang menghubungkan wilayah mereka. Langkah ini ditempuh untuk menghalangi mobil
pengangkut hasil jarahan hutan. Dengan demikian pembalakan liar di hutan negara
dapat dihentikan.

... selengkapnya baca di sini

Subhanallah...!! Rabb, Engkau Yang Maha Membolak-balik hati... Semoga kejadian ini adalah satu indikasi bahwa bangsa kita mulai mengenal arti tanggung jawab yang sesungguhnya, satu harapan akan cerahnya masa depan anak cucu kita... Semoga Engkau tidak mengazab kami karena perusakan yang kami lakukan...

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A'raaf: 56)
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, May 23, 2005

Energi Cinta

"Orang yang tidak memiliki apa-apa, tidak akan dapat memberi apa-apa."

Pertama kali mendengar ungkapan di atas, yang terlintas di otak saya adalah bahwa ungkapan ini mencerminkan satu kesombongan seorang kaya. Mencoba merenung lebih jauh, ternyata saya telah terjebak dalam sebuah kedangkalan pemikiran. Memberi, terkadang memang menimbulkan konotasi yang berkaitan dengan materi. Padahal, tidak selamanya aktivitas memberi itu harus diidentikkan dengan harta benda. Semua hal yang membutuhkan interaksi antara 2 pihak atau lebih, selalu akan bersinggungan dengan kata 'memberi' dan 'menerima'. Pertolongan, informasi, nasihat, perhatian, cinta adalah beberapa hal yang bisa kita 'beri' dan kita 'terima', tanpa harus berwujud suatu materi. Tetapi ada satu kesamaan di antara semua pemberian itu. Ketika kita ingin memberi, kita harus terlebih dahulu memiliki apa yang ingin kita berikan itu.

Kali ini, lagi-lagi, kita bicara tentang CINTA. Tema universal ini memang tidak akan pernah bosan dan usang untuk dibahas. Tapi disini saya tidak ingin membicarakan tentang keromantisan cinta seorang laki-laki dan perempuan. Saya teringat lirik sebuah lagu ketika saya sekolah dulu:

Don't search in the stars for signs of love, just look around your live you'll find enough.
(Se A Vida E - Pet Shop Boys)

Yap, lihatlah ke sekitar kita.. Sangat banyak cinta yang telah kita peroleh. Cinta dari kedua orang tua kita, kakak dan adik kita, sahabat-sahabat, guru, tetangga, bahkan dari orang-orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya, mereka senantiasa memberikan cintanya kepada kita. Sebagian mungkin tidak tercetus secara lisan, tapi getaran itu tetap tertangkap melalui tindakan mereka, dan mewarnai hari-hari kita. Bahkan dari makhluk selain manusia pun, kita senantiasa mendapatkan cinta itu. Ingatkah bahwa matahari hari ini masih bersinar untuk membantu proses fotosintesis tumbuhan, yang kemudian menghasilkan Oksigen untuk kita hirup? Ingat juga ketika semalam kita memandangi bulan yang menebarkan cahaya dengan cantiknya untuk menemani kegelapan sang malam? Bahwa angin laut dan gelombang telah dan akan senantiasa membantu manusia dalam menepikan ikan untuk ditangkap? Atau perasaan senang kita saat tergelak memperhatikan seekor kucing yang terbelit benang rajutan? Atau kedamaian yang kita rasakan saat melihat sepasang angsa berenang dengan anggunnya di tengah danau? Subhanallah...

"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS. Al-Jaatsiyah: 13)

Begitu banyak energi cinta yang telah ditransfer ke dalam kehidupan kita, bukankah akan sangat adil jika kita ingin membalas semua cinta itu dengan energi yang sama, atau bahkan lebih besar? Seorang sahabat pernah menyebutkan, "Jangan pernah lupa bahwa di alam ini berlaku hukum kekekalan energi. Setiap energi yang kita keluarkan untuk sekitar kita, ia tidak akan pernah hilang menguap begitu saja. Energi itu pasti akan kembali kepada kita, terkadang setelah bertransformasi kedalam bentuk yang lain." Saya termenung mendengar pernyataan itu. Bukan, bukan suatu pamrih yang terbaca darinya, tapi tersirat sebuah ketulusan yang luar biasa. Cukuplah kita mengharapkan 'pengembalian' energi itu dalam bentuk pahala dan catatan amal kebaikan di sisi Allah SWT.

"Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya." (QS. Mukmin: 17)

Sampai titik ini, semoga secara diam-diam telah terbersit di hati kita sebuah keinginan untuk membagi energi cinta itu, lalu bersama-sama kita bertanya: Bagaimana caranya? Maha Besar Allah yang telah menyiapkan jawaban atas pertanyaan itu:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (QS. Maryam: 96)

Subhanallah... Lihatlah! Ternyata rasa kasih sayang itu akan Allah tanamkan didalam hati orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Tentu saja rasa kasih sayang yang dimaksud disini adalah yang sesuai dengan syari'at Islam, kasih sayang yang bernilai ibadah, menjadikan orang-orang yang melaksanakannya mendapat naungan Allah pada hari dimana tiada naungan kecuali dari-Nya, kasih sayang yang membawa orang-orang yang melaksanakannya naik ke atas mimbar cahaya dan membuat iri para nabi dan syuhada.

Manusia adalah makhluk sosial. Setiap hari kita dituntut untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang. Mulai dari membuka mata, hingga ketika kita akan menutupnya untuk menunaikan hak istirahat tubuh di waktu malam, kita senantiasa akan bertemu dengan berbagai macam orang. Berinteraksi, sesungguhnya adalah salah satu cara kita untuk memberi energi cinta kepada sekitar kita. Pada alam kita memberi cinta, dengan menjaga keseimbangannya dan tidak membuat kerusakan. Pada hewan dan tumbuhan pun kita memberi cinta, dengan memberikan hak mereka ketika menjadi tanggungan kita, menampakkan akhlak yang terbaik. Dan pada manusia, transfer energi cinta itu dapat kita lakukan dalam berbagai cara, baik langsung maupun tidak.

Izinkan saya menganalogikan hati manusia seperti sebuah kolam penampungan. Di dasar kolam itu, terdapat banyak keran yang dapat dibuka/tutup untuk pengaturan keluarnya isi kolam. Tentu saja, keran itu akan mengalirkan apa yang ditampung dalam kolam hati kita. Dan sebuah keniscayaan akan berlaku, ketika keran tersebut dibuka terus-menerus tanpa ada aliran masuk kembali, kolam itu akan menjadi kering. Maka, berinteraksi adalah aktivitas kita dalam membuka 'keran' untuk mencurahkan energi cinta. Dan agar kasih sayang sebenarnya yang teralirkan, 'kolam' tersebut haruslah diisi dengan materi yang sama, yaitu cinta dan kasih sayang.

Kembalilah sejenak untuk membaca firman Allah di atas. Untuk menanamkan rasa kasih sayang dihati kita, kuncinya adalah beriman dan beramal soleh. Sahabat... mari me-recharge energi cinta kita hanya dari sumber cinta yang abadi, Dia Yang Memiliki Cinta tak terperi, Cinta yang sangat sempurna. Mari, kita isi kembali energi cinta di hati kita dengan shalat-shalat khusyu' kita, tilawah-tilawah tartil kita, shaum sunnah kita, sedekah dan infak kita hari ini, doa-doa panjang kita di waktu malam, serta dari semua pos ibadah dan amal soleh yang telah Allah sediakan bagi kita. Karena... untuk membuka 'keran' pencurahan energi cinta dari 'kolam' penampungan yang ada pada hati ini, terlalu sombong rasanya jika kita tidak pernah mengisi kolam tersebut dengan energi cinta dari-Nya. Ya, jika kolam itu sudah kering, apa yang bisa kita bagi?

Wallahua'lam bi shawab
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, May 18, 2005

Believing..

"Karena aku percaya.", ucap perempuan itu.
"Apa yang membuatmu percaya? Kepercayaan seperti apa? Hingga kapan kamu akan mempercayainya?", pertanyaan mereka seperti berkejaran dengan waktu.
Perempuan itu terdiam.
"Entahlah... Aku hanya tidak dapat menemukan alasan untuk tidak percaya. Aku tidak hanya mempercayainya, tapi juga mereka.", jawabnya pelan.
"Maaf, jawabanmu masih belum memuaskan.", ujar mereka lagi.
"Aku percaya kepada Allah. Apakah itu tidak cukup? Aku percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untukku, apapun bentuknya..."
---

They all said, seeing is believing, hearing is believing, touching is believing. But for me, the most important thing is to believe under any circumstances.
Believing is to know that you can hold on to something, is when you feel safe... comfort...

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai..." (QS. Ali Imran: 103)

"...Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra'du: 28)

Ya Muqallibal quluub.. Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balik hati...
Bimbinglah kami untuk senantiasa melandaskan keputusan terhadap apa-apa yang Engkau ridhoi... untuk kebaikan diri kami, keluarga kami, masa depan kami, terutama untuk kebaikan agama-Mu dan dakwah menuju-Mu..

Ya Rabb, inilah jihad kami...
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, May 11, 2005

Perhiasan Terindah

Set status di Jabber [Fasilitas Instant Messaging untuk internal di kantor]: "wa khoiru mataa'id dunyaa, al-mar'atush sholihah.." - dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita solihah -

Tanggapan yang bertanya sekaligus menggelitik untuk tau jawabannya: "limadza mar'a laisa rijal ..?" - kenapa wanita, bukan pria? - Keduanya terdiam. Berpikir keras.. apa jawabannya? Logically please!!

Set status di YM: "Kenapa perhiasan terindah di dunia adalah wanita solehah, bukan laki-laki yang soleh? Ada yang bisa membantu saya menjawabnya?"

Commentsss : [some people answer seriously, others only smile..]

ikhwan1: Soale yg sering pake perhiasan tuh wanita, laki jrg yang pake perhiasan. Knapa perhiasan didunia ini wanita sholehah? berdasarkan hadist nabi yach spt itu adanya. Trus alasannya :
Krn islam sangat menjunjung tinggi wanita. Krn wanita adalah ibu dari anak2 yg dilahirkannya. Wanita juga di jadikan tolak ukur bagi negara, jika wanitanya baik, baik pula negara itu dan kebalikannya. Knp demikian?
Generasi yang akan datang terletak pada seorang ibu, bgmn seorang anak di didik
meskipun ada sekolah formal, tapi peranan ibu dalam pendidikan lebih dominan
beda dengan ayah. Krna seorang ibu biasanya lebih, sabar, lebih dekat dll dr seorang ayah dlm mendidik anak.
me: Wanita itu emang diciptakan indah ya pak.. mungkin itu jawabannya..
ikhwan1: Maka itu yg jadi model kebanyakan wanita. Krn sudah sunnah kauniyahNya wanita itu modis. Kalo kita lihat wanita bnyk yg dijadikan objek, krn memang Allah menciptakan wanita sebagai perhiasan dunia. Bisa dilihat dr bentuk fisiknya yang memang indah kalo dilihat, beda sama laki2. Islam begitu memuliakan wanita, sebab itu wanita spy menjaga dirinya dng menutup diri [aurat], krn keindahan wanita tidak ternilai dengan uang.
me: Subhanallah.. jadi mo bangga neeh... senangnya jadi seorang muslimah..
ikhwan1: Kalo kita lihat bnyk wanita yg rela mengorbankan keindahannya dengan mengespos dirinya demi uang semata, itu berarti wanita tsb msh bisa dinilai dengan uang. Yup, itu hrs mbak. Isyhadu bi ana muslimah itu hrs dibanggakan..

akhwat1: Kan yang dibuat indah oleh Allah itu diantaranya kebun/ladang, anak - anak serta wanita. Liat deh di... Ali Imran kalo ga salah. Jadi wanita itu pada dasarnya emang indah. Apalagi kalo wanitanya sholihah. Makanya diibaratkannya seperti perhiasan terindah yang pernah ada di dunia. Kalo laki2 mah kelebihannya yah disisi yang lain lagi. Bukan dari segi indah nya. Jadi analoginya juga kurang tepat kalo laki2 sholeh diibaratkan spt perhiasan terindah di dunia.

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran: 14)

akhwat2: Tidak ada yang lebih berharga , melainkan Istri yang sholeha, penyejuk Qolbu, penentram jiwa, pelepas dahaga yang haus akan nilai-nilai Islam, dan pengokoh diri dalam perjuangan ini.
- Sedikit berbagi tentang pendapat suami beliau -
Dia ga pernah protes atau marah, ketika dandanan ana aut2an, ga prnh protes ketika masakan ana ga enak, ga pernah protes ketika rumah berantakan, tapi beliau akan sangat marah, ketika merasa dirinya tidak dihargai sebagai suami, dia akan marah ketika dia merasa istrinya lebih menyayangi orang lain ketimbang dia.....dan dia hanya meminta 1, yaitu Istri sholeha.
Kenapa perhiasan yg paling indah itu adalah wanita sholeha, krna dalam diri wanita itu semuanya adalah keindahan.......... sok akan lebih indah dan menajdi paling indah bila di barengi dengan ke sholeha.

ikhwan2: Wanita identik dengan kelembutan, keindahan dirasakan dengan panca indera, ataupun dalam qalbu.

akhwat3: Laksana perhiasan..maka dia kan membuat indah dunia dengan akhlaknya dengan kelembutannya dengan kecantikannya dilengkapi dengan akhlakul karimah..
Kalo laki-laki lebih identik dengan qawam..pemimpin pelindung yang menjaga setiap perhiasan dunia...

akhwat4: Karena memang wanita diciptakan utk mengiri langkah suami.
me: [looohhhh??]

ikhwan3: Karena yang biasa pake perhiasan = wanita, bukan pria
me: Dan yang boleh pake emas emang cuman wanita yak
ikhwan3: iya kali

akhwat5: Karena klo laki2 liat afwan perempuan telanjang mereka seneng tapi klo perempuan liat laki2, afwan, telanjang itu jijik..."kata buku bgitu"

ikhwan4: Satu sisi, lihat saja aurat wanita. Seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Beda dgn laki2. Lelaki juga indah, tapi wanita jauh lebih indah.

akhwat6: Menurut saya ada dua alasan: satu dari ujung kaki ampe ujung rambut, fisik wanita itu indah, kedua, jika kondisi fisik itu ditunjang dengan inner beauty, maka dengan kelembutan fitrahnya itu akan membuat dirinya lebih bercahaya. Beda banget ama laki-laki.

ikhwan5: ..karena fitroh wanita adalah makhluq yg cantik.. bukan ganteng. Wanita itu qurrota'ayun kalo bisa dibilang............

ikhwan6: Karena semua Nabi dan Rasul adalah laki-laki. Jadi yang paling indah dari sudut pandang laki-laki ya pasangan mereka, yaitu wanita.
me: - afwan, sedikit diubah karena history-nya ga ada -

Begitulah pendapat mereka. Bagaimana menurut anda??? Mengapa Rasulullah SAW mengatakan bahwa yang menjadi perhiasan terindah di dunia itu adalah wanita solihah, bukan laki-laki solih?

"Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita solihah". (HR. Muslim)
--

Ini teh cerita kemarin sebenernya, tapi gimana dong.. baru sempet ditulis hari ini ^_^. Afwan untuk yang udah comment tapi belum ada disini, tulis lagi aja ya.. Jazakumullahu khairan katsira untuk semua yang telah membantu menjawab pertanyaan ini. Kalau ada waktu, insyaAllah akan ada lagi postingan yang lebih serius tentang wanita solihah..
»»  Baca Selanjutnya...

Sunday, May 08, 2005

Berjuang..

Ketika seseorang menghiasi ruang impian dalam istirahat malam kita, apa yang akan kalian lakukan?

Entah apa sebabnya, semalam aku memimpikan seorang sahabat lama. Seorang Teteh yang biasa menjadi tempat menampung curahan ego dan ribuan ceritaku. Seseorang yang selalu menjadi salah satu pendorong disaat aku bimbang dalam aktivitasku di dunia perpolitikan kampus yang - tadinya - sangat aku hindari. Seseorang yang saaaaaaangaaaaaat sabar dalam membimbingku untuk menjalankan amanah sebaik-baiknya. Di dalam mimpiku, kami berbincang lamaaaaa sekali. Lalu saat aku terbangun, timbul dorongan kuat untuk menekan angka-angka di pesawat teleponku untuk menghubungi beliau. Kangen... Ah, mungkin memang itu alasannya!

"Teh, semalam yentri ngimpiin Teteh loh.. Kenapa ya, Teteh baik-baik kan?"
"Kenapa yen? Kangen ya? Iya nih.. kangen juga.. Lagi sedikit flu sih, tapi selebihnya baik-baik aja koq. Yentri gimana?"

Dan mengalirlah percakapan kami. Mencoba melipat jarak dan waktu yang sudah terbentang tanpa direncanakan. Berbagi kisah tentang sahabat-sahabat yang lain.. Lalu beliau menghadirkan cerita tentang rencana pernikahannya yang akan dilaksanakan akhir bulan ini. Subhanallah.. ingin rasanya ikut meneteskan air mata untuk semua perjuangan yang sedang beliau lakukan. Perjuangannya ingin menghadirkan pernikahan Islami di dalam keluarga yang didominasi oleh - maaf - non Islam. Tentang hijab, tentang tradisi, tentang hiburan, dll. Tentang penghinaan yang dilakukan oleh keluarga besarnya, tentang pemaksaan-pemaksaan, tentang pernyataan tegas dari sang murobbi, tentang penyakit sang ibu yang kambuh karena begitu banyak menghadapi tekanan... Subhanallah.. Mungkin kalau aku berada dalam posisi beliau, aku pasti sudah menyerah...

"Memang sulit, yen. Tapi kita harus yakin bahwa Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang ingin melaksanakan syari'at-Nya. Allah punya cara-Nya tersendiri untuk menunjukkan jalan keluar, kemudahan itu pasti akan hadir, pada saat yang tepat. Hanya saja, Dia ingin melihat sejauh mana usaha kita.."

Aku begitu malu.. tausiyah beliau membuat mataku memanas.
Kucoba mengingat-ingat ujian yang sedang kulalui. Ah, belum seberapa!!

Dua hari yang lalu, dalam kajian Jum'at di kantor.. Ustadz membahas tentang tafsir Surat Al-Fatihah. Ketika sampai pada ayat ke-5, beliau bertanya. Kenapa lafadz ayat ini adalah "iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'inu", yang berarti: "Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." Kenapa 'beribadah' didahulukan dari 'meminta pertolongan'? Ya, jawabannya adalah... karena pertolongan itu akan datang ketika ibadah [usaha] itu telah kita laksanakan!! Astaghfirullah... tamparan yang kedua!!

Subhanallah... Sungguh, ketabahan beliau benar-benar mengisi ruang kagumku hari ini. Beliau bercerita bagaimana emosinya sangat dipermainkan dalam beberapa minggu ini, tapi ketika hanya Allah tempat mengadu, hilanglah semua keresahan itu dan ketenangan untuk menghadapi hari pun kembali diperoleh.

Teteh, you really make me proud!! Doakan adikmu ini bisa mewarisi kesabaran dan ketangguhanmu dalam berjuang ya.. Ah, jangankan untuk mewarisi ketangguhan para shohabiyah, untuk mencontohmu saja aku masih harus banyak berbenah diri. Ya Rabb, istiqomahkan diriku...


*) Untuk seorang Teteh yang sedang berjuang..
Sabar ya Teh.. Innallaha ma'ash shoobiriin..
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, May 04, 2005

Salah Naik??

Pulang kantor kemarin, aku melakukan satu kekonyolan yang enggak terlalu konyol.. Tau enggak sih sodare-sodare.. aye salah naik bis!! Haaaaaah?? Koq bisa sih yen? Salah naik bis? Bis yang udah dikenal sejak kelas 3 SD? Bis satu-satunya menuju rumahku? Weksss.. Koq bisa ya?? [*bingung mode on*]

Biasanya aku pulang naik Kopaja 606 jurusan Srengseng Sawah - Pasar Mingu [ada yang tau daerah rumahku?]. Naaah,, yang semalem aku naik itu Kopaja 616, jurusan Cipedak - Blok M. Hehehe... Alhamdulillahnya sih, bisa disambung naik mobil lain, dan enggak terlalu jauh dari rumah.. Cuman ya itu, aku tiba-tiba ngerasa jadi orang paling konyol sedunia [Laughing out loud at myself :">]

Sampe di rumah langsung laporan sama Mama. Diketawain deh.. [aku juga ketawa terus kalo inget..] Dan ponakanku yang imut-imut itu, dengan gaya sok tau-nya berkata: "Ummi sih..." [aku dipanggil Ummi, ibunya sendiri dipanggil Bunda..].

Lagi-lagi bertanya pada diri sendiri, "Koq bisa ya?" Apa karena aku begitu bahagianya dan terburu-buru ingin membaca sms dari seorang sahabat yang baru menggenapkan setengah agamanya hari ahad kemarin, atau mungkin juga karena memikirkan kontrakku di kantor yang berakhir hari ini tapi belum ada kejelasan, atau minus di mataku bertambah lagi, atau mungkin...? Ga taulah, pokoknya hari ini jangan sampe salah naik bis lagi ya, yen!! ^_^.
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, April 29, 2005

SuperMom...

Jam dinding di ruangan kantor menunjukkan beberapa menit lewat dari jam 08.00, kulihat sekitarku. Teman-temanku memulai kesibukannya masing-masing di meja kerjanya. Sebagian masih di mushola untuk shalat Dhuha, sebagian di depan komputer untuk mengecek email, dan sebagian sedang sarapan... Untuk kegiatan yang terakhir ini, aku sangat-sangat jarang melakukannya di kantor, hanya pada saat-saat tertentu ketika berangkat sedikit terlambat dari rumah, atau.. ketika Mama tidak ada di rumah ^_^. Teman-temanku kadang bertanya "Berangkat dari rumah jam berapa Yen, emang sempet sarapan? Siapa yang masak?". Aku hanya tersenyum sambil berkata "Di rumah kami emang biasa sarapan sebelum jam 6, yang masak ya Mama..". Hehe, pokoknya.. My mom is the best!!
--

Empat tahun merantau untuk kuliah, membuatku dapat merasakan sedikit kerepotan Mama. Apalagi aku ditakdirkan berada di rumah yang sama dengan kedua saudara laki-lakiku, yang jaraaaaaaaaaaang sekali mau membantu membereskan pekerjaan rumah. Aku masih ingat, dulu waktu tingkat2 awal kuliah.. Rencana sudah tersusun rapi di otakku tentang pekerjaan rumah ini. Bangun Subuh, trus masak air, mandi, nyapu dan beberes, bangunin kakak dan dedek, bikin sarapan, cuci piring.. trus berangkat deh ke kampus [masuk jam 7 loh, kayak anak sekolah yak ^_^ ]. Trus pulang kuliah nanti, nyuci, ngepel, setrika, masak makan malem [Jangan salah, aku enggak jago masak koq.. tapi apapun yang aku masak, gimanapun rasanya, harus mereka habiskan!! Hehe, enak juga nyuruh-nyuruh orang.. :-P], trus kalo malem sih bagian ngerjain tugas kuliah dan belajar.

Siiiplah.. planning udah beres, tinggal pelaksanaan.. Tapi ternyata oh ternyata, aplikasinya susah benerr... Mulai dari bangun kesiangan, tugas kuliah yang numpuk, belajar untuk ujian, adek dan kakak yang susah diajak kerjasama, belum lagi kegiatan organisasi di kampus [namanya juga anak baru, maseeeh semangat!]... Hasilnya? Kuliah telat, cucian numpuk, setrikaan segunung, terkadang harus begadang untuk nyelesain tugas. Hiks.. Mo nangis juga percuma, tetep harus diberesin kan?! Kalo udah gini, aku bener-bener ngerasain betapa beratnya pekerjaan seorang Mama. Jadi, acara Mama kalo mengunjungi anak-anaknya di Bandung bisa ditebak dong... Hehe, jadi mo maluw :">.. [Hua... masih jauh banget dari kriteria istri sholehah ya...?!! Ck ck ck, Yen.. masih banyak pe-er tuh..]

Itu baru kerepotan yang berkaitan dengan urusan beberes dan masak-memasak. Satu lagi aku sadari ketika 2 tahun yang lalu keponakanku - yang lucu, imut-imut dan sangat lincah itu - lahir . Subhanallah... ternyata pekerjaan rumah menjadi terasa lebih berat, apalagi Bundanya juga seorang wanita karir, jadilah Mama yang kebagian repot.. Mulai dari memandikan Auli - my nephew - nyuapin makan yang terkadang baru bisa selesai dalam 2 jam karena disambi main, beberes rumah yang berubah jadi kapal pecah sejak Auli kenal mainan... Belum lagi nanti kalau Auli dah mulai sekolah, anter jemput, bantu bikin pe-er, jadi tempat curhat... Subhanallah... Aku baru sadar kalau ternyata menjadi Ibu Rumah Tangga itu pekerjaan yang sama sekali tidak mudah. Sampai aku berpikir, gimana sih para wanita karir itu bisa membagi waktunya [menunjuk ke diri sendiri yang masih harus banyak belajar tentang manajemen waktu..]?

Pantaslah do'a yang dianjurkan Rasul untuk kita baca bagi kedua orang tua kita adalah "Rabbighfirlii wa liwalidayya, warhamhuma kamaa rabbayaanii shaghira..". Kita meminta kepada Allah agar mengasihi kedua orang tua kita sebagaimana mereka mengasihi kita di masa kecil. Lagi-lagi aku bertasbih.. Subhanallah.... Iya ya, anak kecil kan belum bisa apa-apa. Taunya cuma nangis, minta ini-itu, main, makan, tidur... Apalagi kalo yang namanya lagi sakit.. Waduhh.. orang serumah ikut-ikutan dibikin pusing ama ulah ponakanku itu.. Ups, koq jadi banyakan cerita tentang Auli, back to Topic ah..

Mamaku.. orang yang serba bisa. Jago beberes rumah, masak, menjahit, merajut, pokoknya semua pekerjaan yang berbau kewanitaan, Mama menguasainya. Ini semua, kata Mama, adalah karena ajaran Nenekku yang memang termasuk keras dalam mendidik anak.. Perempuan produk jaman Mama mungkin emang begitu ya.. Tapi enggak cuma itu aja, Mama juga jago banget menjalani fungsinya menjadi tangan kanan Papa dalam hal pertukangan dan cari bahan-bahan bangunan.. Kata Mama, "Dulu juga Mama enggak ngerti yen, tapi dipaksa harus ngerti.." Subhanallah.. salut deh..

Kalo Imam Ghazali mengibaratkan Ibu seperti madrasah, aku benar-benar merasakannya. Aku banyak belajar dari Mama.. Kesungguhannya, kesabarannya, ketangguhannya, kemandiriannya, sifat rela berkorbannya, kerapihan administrasinya.. Padahal Mamaku bukan dari komunitas orang-orang 'Ngaji', tapi beliau sudah menerapkan konsep Islam dengan sedemikian baiknya. Ah Mama, masih banyak sekali yang harus iyen pelajari untuk menjadi sepertimu... Bolehkan anakmu ini terus belajar?

Jika kamu mendidik seorang laki-laki, maka kamu telah mendidik seorang pemimpin. Tapi jika kamu mendidik seorang perempuan, maka kamu telah mendidik suatu generasi...

--
Penuh cinta untuk Mama, yang hari ini berusia 51 tahun lebih 3 hari...
Happy Birthday, Mommy... Love You soooooo muuuch...
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, April 27, 2005

Reflection

Look at me/ You may think you see/ Who I really am/ But you'll never know me/ Everyday/ it's as if I play a part... Now I see/ If I wear a mask/ I can fool the world/ but I cannot fool my heart...

Who is that girl I see, staring straight, back at me? When will my reflection show, who I am inside?

I am now/ In a world where I have to hide my heart/ and what I believe in/ But somehow/ I will show the world what's inside my heart/ And be loved for who I am...

Who is that girl I see, staring straight, back at me? Why is my reflection someone I don't know? Must I pretend that I'm someone else for all time? When will my reflection show, who I am inside?

There's a heart that must be free to fly... That burns with a need to know the reason why... Why must we all conceal, what we think, how we feel? Must there be a secret me I'm forced to hide... I won't pretend that I'm someone else for all time. When will my reflection show, who I am inside? When will my reflection show, who I am inside?

- Reflection, Christina Aguilera -
Taken from OST. MULAN


Lirik ini aku tulis sebagai satu refleksi atas perjalanan kehidupanku. Masihkah kita bisa jujur terhadap diri kita sendiri?
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, April 25, 2005

Gosssippp...

Tiga hari yang lalu seorang adik kelas - yang lebih tua satu tahun dari aku tapi bersikeras manggil Teteh - menelepon dari Bandung, beliau mau ke Jakarta untuk suatu keperluan, dan nanyain jalan sama aku. [Wua... yentri ditanyain jalan di Jakarta? Bisa tambah nyasar deh.. Hihihi, maaf ya De' ^_^].

Eniwei, semalem aku telepon balik beliau ke Bandung untuk bertanya tentang kesuksesan perjalanan beliau di Jakarta. Alhamdulillah enggak nyasar katanya...

Cerita kami mengalir, lalu sampai pada satu pertanyaan beliau..
"Teh, maaf ya kalau tersinggung, tapi aku mau klarifikasi niih. Dulu waktu Teteh tingkat terakhir di kampus, waktu beraktivitas di Kabinet, ada gossip beredar antara Teteh dan si A [beliau menyebut nama salah seorang ikhwan seangkatanku]. Bener enggak Teh?"
Astaghfirullah.. Aku, digossipin 'pacaran', sama ikhwan pula?? Innalillahi.. koq bisa ya? Aku berpikir keras. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Harus dicari ujung pangkal dari gossip ini.. Adik kelasku ini berkata lagi, "Kalo emang bener ya alhamdulillah, Teh.. tinggal nunggu undangannya aja. Tapi kalo salah, maaf ya.." Astaghfirullah... aku jadi bingung untuk menjawabnya..

Kutarik memoriku ke tingkat-tingkat akhir aktivitasku di kemahasiswaan. Seingatku hubungan kami normal-normal saja, sama seperti hubungan ikhwan-akhwat lain, kenapa bisa ada yang beranggapan seperti itu ya? Hiks.. Aha!! Aku ingat.. Salah seorang temanku yang merupakan teman satu jurusan dari si A itu. Kemungkinan besar sih sumbernya beliau, karena orang ini memang sangat suka becanda dan dia tahu kalau aku dan si A ini sudah lama berakivitas bareng... [Padahal aku berinteraksi sama ikhwan tuh enggak cuman sama si A aja... *Tetep bingung*].

Tapi toh aku berkewajiban untuk meluruskan gossip itu, aku harus membebaskan saudaraku dari prasangka buruk terhadapku... Aku ceritakan kepada adik kelasku keadaan yang sesungguhnya, bahwa memang tidak pernah ada 'hubungan istimewa' apapun di antara kami selain teman seperjuangan di organisasi, bahwa kemungkinan ada orang lain yang menyebarkan fitnah itu, dst.. Alhamdulillah beliau mengerti.. Pyuuuh, masih adakah yang berpikiran seperti itu?

Makasih banyak ya, De'.. Kamu telah menyampaikan kabar itu kepadaku, akan aku jadikan bahan introspeksi.. karena bisa jadi, aku pun ikut punya andil atas tercetusnya gossip itu.. Astaghfirullah...

Postingannya enggak penting banget ya :-P. Hehe.. tapi ada ibrohnya loh..
Pertama, tabayyun (klarifikasi) itu penting banget loh! Apalagi jika kabar yang kita dengar tentang saudara kita itu adalah kabar yang kurang baik. "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujuraat : 6)
Kedua, kita pun mempunyai kewajiban untuk menjaga hati saudara kita agar tidak berburuk sangka kepada kita. Ada suatu kisah yang menceritakan bahwa Rasul sedang berjalan berdua dengan seorang wanita, lalu bertemu dengan seorang sahabat yang terlihat menghindar. Lalu Rasul memanggil sahabat tersebut dan memperkenalkannya pada wanita itu, yang ternyata istri Rasul yang baru dinikahinya. Sahabat itu langsung berkata "Tidak mungkin saya akan berburuk sangka padamu, Ya Rasul." Tapi lalu Rasulullah mengingatkan bahwa syetan ada di delapan penjuru mata angin, berada di atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang kita, masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah. Maka, kita pun berkewajiban untuk menjauhkan saudara kita dari prasangka, karena itu adalah salah satu bentuk tipu daya syetan.

Wallahua'lam bis showab..

Hayooo....jangan suka bergossipp... Kasian kan, yang digossipin. Hikkssss.. :'(
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, April 21, 2005

A Friend in Need..

Robithoh-ku pagi ini terasa begitu terjiwai. Doa pengikat hati itu aku ulangi hingga kali kelima.. Rindu, sangat rindu kepada mereka semua...

Wajah mereka satu demi satu berkelebat di bilik-bilik otakku. Sebagian hanya dalam sebentuk nama, karena belum jua kutemui wajah penuh cahaya itu.
Hatiku perih sekali.. entah mengapa doa itu selalu bisa mengalirkan buliran air dari mataku..

Kucoba mengingat semua jejak yang telah mereka buat dalam hatiku..
Lagi-lagi aku meringis...

Ya Allah....betapa aku belum menunaikan hak ukhuwah mereka atas diriku..
Hak mereka yang seharusnya merupakan kewajiban untuk aku penuhi..
Astaghfirullah..

Sahabat-sahabat di Matematika yang telah berjuang bersama dalam mewarnai jurusan tercinta dengan cahaya-Nya..
Sahabat-sahabat di Kemahasiswaan yang tak kenal lelah berjibaku menghadapi berbagai fitnah dan ujian..
Akhwat-akhwat tangguh yang telah rela berbagi cahaya denganku dalam lingkaran yang sama..
Adik-adik yang telah dan selalu akan memberiku sebaik-baik tausiyah..
Sahabat-sahabat yang sedang diuji dengan harta benda dunia...
Sahabat-sahabat yang sedang jungkir balik mencoba keluar dari 'penjara' bernama kampus..
Sahabat-sahabat dunia maya yang selalu menemaniku dengan sapaan penuh makna..
Ikhwan-akhwat yang tak pernah hilang kesabaran untuk mengajakku berbakti kepada masyarakat..

Rindu itu sedang meraja..
Ya Rabb... pertemukan kami walaupun hanya dalam bentuk ikatan hati..
Dengan penuh harap semoga ikatan itu terjaga hingga Engkau mempertemukan kami dalam Jannah-Mu.. Aamiin...
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, April 19, 2005

Cantik

Apa yang ada di kepala anda ketika seseorang menyebut anda 'cantik'? Senang, bahagia, berbunga-bunga, mungkin itu yang anda rasakan.. Apalagi kalau kata-kata itu keluar dari seseorang yang memang anda harapkan untuk mengucapkannya. Wuih... bukan main rasanya! Pernah seorang adik kelas bertanya; "Teh, menurut Teteh definisi cantik itu apa sih?" Entah hal apa yang sedang beliau lalui, sehingga membuatnya bertanya seperti itu. Aku hanya bisa menduga-duga sambil tersenyum dalam...

'Cantik' (secara fisik) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional (2002), diartikan sebagai indah, elok, rupawan, atau bentuk, rupa dan lainnya tampak serasi. Tidak dijelaskan secara rinci yang bagaimana yang serasi itu, apakah hidung mancung dengan bibir tebal? Atau hidung biasa dengan bibir kecil? Dan sebagainya..

Cantik itu memang relatif. Definisi kecantikan selalu berubah menurut waktu dan tempat. Sebagian mengatakan wanita yang berkulit putih itu cantik, sementara sebagian yang lain mengatakan yang cantik adalah yang berkulit sawo matang. Sebagian lagi berpendapat orang cantik itu adalah yang tinggi seperti para elit model, padahal ada sebagian yang lain justru mengatakan bahwa yang cantik itu adalah wanita yang kecil imut-imut. Ada juga orang yang mengatakan bahwa etnis Cina dan Jepang yang bermata sipit itu cantik, padahal ada orang yang justru mengatakan cantik kepada seorang wanita yang bermata besar. Setiap orang mungkin mempunyai definisi masing-masing tentang apa itu cantik. Dan tidak ada seorangpun yang dapat kita paksa untuk menerima definisi 'cantik' menurut kita.

Tanyakanlah kepada setiap wanita tentang perasaan mereka ketika dipuji dengan kata 'cantik'. Pasti, tidak semua orang (walaupun mungkin hanya sebagian kecil) akan bahagia ketika dipuji seperti itu. Karena ternyata, ketika kita renungkan lebih jauh, tidak selalu 'pujian' itu mengatakan hal yang sebenarnya. Itu akan sangat tergantung dengan orang yang mengucapkan, keadaan ketika kata itu terlontar, ekspresi wajah dan gerak tubuh dari sang 'pemuji', konteks kalimat itu sendiri, kalimat yang mengiringi 'pujian' itu, dan sebagainya. Bisa jadi seseorang menyebut kita cantik hanya untuk menghibur hati yang sedih, atau ingin mengambil hati untuk sesuatu sebab, atau malah ingin menyindir, atau memang karena hal itu adalah suatu kebenaran.

Jangan besar kepala ketika ada seseorang yang menyanjung kita dengan pujian cantik. Jangan pula berkecil hati ketika tidak pernah ada yang memuji kita seperti itu. Toh, itu semua adalah ujian. Apakah kecantikan (atau ketidakcantikan) itu akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya, ataukah justru akan menjadi fitnah besar yang menyeret kaki kita ke jurang kenistaan.

Ketika pujian itu terlontar, ucapkanlah 'alhamdulillah' karena memang segala pujian itu hanya layak dialamatkan kepada-Nya, Sang Penyempurna segala kejadian. Lalu... segeralah beristighfar! Karena pujian itu bisa jadi akan melintaskan rasa sombong (walaupun mungkin orang lain tidak bisa melihat kesombongan itu). Segera beristighfar!!

Sementara ketika pujian itu tidak juga terlontar, atau justru terlontar kepada orang selain kita, ucapkanlah juga alhamdulillah... Karena mungkin Allah sedang hendak menguji rasa syukur kita... Rasa syukur atas apa yang ada, juga rasa syukur atas kesempurnaan kejadian kita. Ingatkah firman-Nya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tiin: 4)

Berbahagialah kalian ketika kecantikan itu bukan sekedar menghiasi wajah, tapi terutama hati dan akhlak kita. Karena kecantikan fisik pasti akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Tapi kecantikan hati dan akhlak, itulah yang akan 'bersinar' dan terus dikenang oleh orang-orang di sekitar kita.
Wallahu a'lam bish showab.

Allahumma kamaa hassanta khalqii, fahassin khuluqii.
Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadian (fisik) ku, maka perindah pulalah akhlakku.
(HR. Ahmad)

--
Untuk seorang adik yang pernah menanyakan hal di atas: maaph ya, aku baru bisa menjelaskan sikapku sekarang. Afwan jiddan. Semoga kamu bisa kembali menjalani hari tanpa harus terbebani dengan orang-orang 'cantik' di sekitarmu.

Link:
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/05/hikmah/utama02.htm
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/15/swara/906362.htm
»»  Baca Selanjutnya...

Maka, berperanlah!

Ketika tiga peran menuntut untuk dipentaskan dalam waktu yang hampir bersamaan.. mana yang harus dipilih?
Peran sebagai seorang da'i yang harus menjaga amanah..
Peran sebagai seorang prajurit yang harus taat pada pemimpin..
Peran sebagai seorang anak yang ingin berbakti pada orang tua..

Ternyata menjatuhkan pilihan itu tidak mudah!!
Disana ada kecenderungan, ada keinginan, melibatkan perasaan..
Yap, itu semua butuh ilmu..



Peran apa yang kita mainkan hari ini?
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, April 15, 2005

Mental Orang Gajian ;-P

Hari ini kali ketiganya aku berturut-turut mencatatkan kehadiran lewat dari jam 8.00. Hiks... telat lagi???
Kenapa sih, Yen? Macet??? Duh... alesan banget seeeh, bukan Jakarta namanya kalo enggak macet, Mba!!
Hiks.. tapi emang akhir-akhir ini tambah macet koq... [*pembenaran*]
Yeee... kan bisa berangkat lebih pagi...
Iya sih... [Tapi bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan.. hiks lagi :'( ].
Tapi dulu-dulu aku ga pernah telat loh, bener deh.. Biasanya nyampe kantor jam setengah 8.. [*pembenaran lagi*]
Iye.. Lain dulu, lain sekarang...

Dasar mental orang gajian!!!
Orientasinya absen! Takut telat, takut dipotong gaji, takut kena SP, takut ga dapet promosi, takut dipecat!!

Astaghfirullah... Masih harus banyak belajar tentang sebuah definisi ihsan, itqonul 'amal, etos kerja yang Islami, bekerja dengan muroqobatullah yang tinggi...
Astaghfirullah.. Astaghfirullah...


Mencoba berlapang dada dengan kemacetan Mampang yang makin subhanallah...
@ Jakarta, 130405


Keterangan:
Ihsan adalah engkau beribadah seakan-akan engkau melihatNya dan jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu. [coPast dari signaturenya Rahman ^_^ ]
Itqonul 'amal = Beramal secara profesional, tertata rapi
Muroqobatullah = Merasakan pengawasan Allah...
»»  Baca Selanjutnya...