Friday, April 29, 2005

SuperMom...

Jam dinding di ruangan kantor menunjukkan beberapa menit lewat dari jam 08.00, kulihat sekitarku. Teman-temanku memulai kesibukannya masing-masing di meja kerjanya. Sebagian masih di mushola untuk shalat Dhuha, sebagian di depan komputer untuk mengecek email, dan sebagian sedang sarapan... Untuk kegiatan yang terakhir ini, aku sangat-sangat jarang melakukannya di kantor, hanya pada saat-saat tertentu ketika berangkat sedikit terlambat dari rumah, atau.. ketika Mama tidak ada di rumah ^_^. Teman-temanku kadang bertanya "Berangkat dari rumah jam berapa Yen, emang sempet sarapan? Siapa yang masak?". Aku hanya tersenyum sambil berkata "Di rumah kami emang biasa sarapan sebelum jam 6, yang masak ya Mama..". Hehe, pokoknya.. My mom is the best!!
--

Empat tahun merantau untuk kuliah, membuatku dapat merasakan sedikit kerepotan Mama. Apalagi aku ditakdirkan berada di rumah yang sama dengan kedua saudara laki-lakiku, yang jaraaaaaaaaaaang sekali mau membantu membereskan pekerjaan rumah. Aku masih ingat, dulu waktu tingkat2 awal kuliah.. Rencana sudah tersusun rapi di otakku tentang pekerjaan rumah ini. Bangun Subuh, trus masak air, mandi, nyapu dan beberes, bangunin kakak dan dedek, bikin sarapan, cuci piring.. trus berangkat deh ke kampus [masuk jam 7 loh, kayak anak sekolah yak ^_^ ]. Trus pulang kuliah nanti, nyuci, ngepel, setrika, masak makan malem [Jangan salah, aku enggak jago masak koq.. tapi apapun yang aku masak, gimanapun rasanya, harus mereka habiskan!! Hehe, enak juga nyuruh-nyuruh orang.. :-P], trus kalo malem sih bagian ngerjain tugas kuliah dan belajar.

Siiiplah.. planning udah beres, tinggal pelaksanaan.. Tapi ternyata oh ternyata, aplikasinya susah benerr... Mulai dari bangun kesiangan, tugas kuliah yang numpuk, belajar untuk ujian, adek dan kakak yang susah diajak kerjasama, belum lagi kegiatan organisasi di kampus [namanya juga anak baru, maseeeh semangat!]... Hasilnya? Kuliah telat, cucian numpuk, setrikaan segunung, terkadang harus begadang untuk nyelesain tugas. Hiks.. Mo nangis juga percuma, tetep harus diberesin kan?! Kalo udah gini, aku bener-bener ngerasain betapa beratnya pekerjaan seorang Mama. Jadi, acara Mama kalo mengunjungi anak-anaknya di Bandung bisa ditebak dong... Hehe, jadi mo maluw :">.. [Hua... masih jauh banget dari kriteria istri sholehah ya...?!! Ck ck ck, Yen.. masih banyak pe-er tuh..]

Itu baru kerepotan yang berkaitan dengan urusan beberes dan masak-memasak. Satu lagi aku sadari ketika 2 tahun yang lalu keponakanku - yang lucu, imut-imut dan sangat lincah itu - lahir . Subhanallah... ternyata pekerjaan rumah menjadi terasa lebih berat, apalagi Bundanya juga seorang wanita karir, jadilah Mama yang kebagian repot.. Mulai dari memandikan Auli - my nephew - nyuapin makan yang terkadang baru bisa selesai dalam 2 jam karena disambi main, beberes rumah yang berubah jadi kapal pecah sejak Auli kenal mainan... Belum lagi nanti kalau Auli dah mulai sekolah, anter jemput, bantu bikin pe-er, jadi tempat curhat... Subhanallah... Aku baru sadar kalau ternyata menjadi Ibu Rumah Tangga itu pekerjaan yang sama sekali tidak mudah. Sampai aku berpikir, gimana sih para wanita karir itu bisa membagi waktunya [menunjuk ke diri sendiri yang masih harus banyak belajar tentang manajemen waktu..]?

Pantaslah do'a yang dianjurkan Rasul untuk kita baca bagi kedua orang tua kita adalah "Rabbighfirlii wa liwalidayya, warhamhuma kamaa rabbayaanii shaghira..". Kita meminta kepada Allah agar mengasihi kedua orang tua kita sebagaimana mereka mengasihi kita di masa kecil. Lagi-lagi aku bertasbih.. Subhanallah.... Iya ya, anak kecil kan belum bisa apa-apa. Taunya cuma nangis, minta ini-itu, main, makan, tidur... Apalagi kalo yang namanya lagi sakit.. Waduhh.. orang serumah ikut-ikutan dibikin pusing ama ulah ponakanku itu.. Ups, koq jadi banyakan cerita tentang Auli, back to Topic ah..

Mamaku.. orang yang serba bisa. Jago beberes rumah, masak, menjahit, merajut, pokoknya semua pekerjaan yang berbau kewanitaan, Mama menguasainya. Ini semua, kata Mama, adalah karena ajaran Nenekku yang memang termasuk keras dalam mendidik anak.. Perempuan produk jaman Mama mungkin emang begitu ya.. Tapi enggak cuma itu aja, Mama juga jago banget menjalani fungsinya menjadi tangan kanan Papa dalam hal pertukangan dan cari bahan-bahan bangunan.. Kata Mama, "Dulu juga Mama enggak ngerti yen, tapi dipaksa harus ngerti.." Subhanallah.. salut deh..

Kalo Imam Ghazali mengibaratkan Ibu seperti madrasah, aku benar-benar merasakannya. Aku banyak belajar dari Mama.. Kesungguhannya, kesabarannya, ketangguhannya, kemandiriannya, sifat rela berkorbannya, kerapihan administrasinya.. Padahal Mamaku bukan dari komunitas orang-orang 'Ngaji', tapi beliau sudah menerapkan konsep Islam dengan sedemikian baiknya. Ah Mama, masih banyak sekali yang harus iyen pelajari untuk menjadi sepertimu... Bolehkan anakmu ini terus belajar?

Jika kamu mendidik seorang laki-laki, maka kamu telah mendidik seorang pemimpin. Tapi jika kamu mendidik seorang perempuan, maka kamu telah mendidik suatu generasi...

--
Penuh cinta untuk Mama, yang hari ini berusia 51 tahun lebih 3 hari...
Happy Birthday, Mommy... Love You soooooo muuuch...
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, April 27, 2005

Reflection

Look at me/ You may think you see/ Who I really am/ But you'll never know me/ Everyday/ it's as if I play a part... Now I see/ If I wear a mask/ I can fool the world/ but I cannot fool my heart...

Who is that girl I see, staring straight, back at me? When will my reflection show, who I am inside?

I am now/ In a world where I have to hide my heart/ and what I believe in/ But somehow/ I will show the world what's inside my heart/ And be loved for who I am...

Who is that girl I see, staring straight, back at me? Why is my reflection someone I don't know? Must I pretend that I'm someone else for all time? When will my reflection show, who I am inside?

There's a heart that must be free to fly... That burns with a need to know the reason why... Why must we all conceal, what we think, how we feel? Must there be a secret me I'm forced to hide... I won't pretend that I'm someone else for all time. When will my reflection show, who I am inside? When will my reflection show, who I am inside?

- Reflection, Christina Aguilera -
Taken from OST. MULAN


Lirik ini aku tulis sebagai satu refleksi atas perjalanan kehidupanku. Masihkah kita bisa jujur terhadap diri kita sendiri?
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, April 25, 2005

Gosssippp...

Tiga hari yang lalu seorang adik kelas - yang lebih tua satu tahun dari aku tapi bersikeras manggil Teteh - menelepon dari Bandung, beliau mau ke Jakarta untuk suatu keperluan, dan nanyain jalan sama aku. [Wua... yentri ditanyain jalan di Jakarta? Bisa tambah nyasar deh.. Hihihi, maaf ya De' ^_^].

Eniwei, semalem aku telepon balik beliau ke Bandung untuk bertanya tentang kesuksesan perjalanan beliau di Jakarta. Alhamdulillah enggak nyasar katanya...

Cerita kami mengalir, lalu sampai pada satu pertanyaan beliau..
"Teh, maaf ya kalau tersinggung, tapi aku mau klarifikasi niih. Dulu waktu Teteh tingkat terakhir di kampus, waktu beraktivitas di Kabinet, ada gossip beredar antara Teteh dan si A [beliau menyebut nama salah seorang ikhwan seangkatanku]. Bener enggak Teh?"
Astaghfirullah.. Aku, digossipin 'pacaran', sama ikhwan pula?? Innalillahi.. koq bisa ya? Aku berpikir keras. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Harus dicari ujung pangkal dari gossip ini.. Adik kelasku ini berkata lagi, "Kalo emang bener ya alhamdulillah, Teh.. tinggal nunggu undangannya aja. Tapi kalo salah, maaf ya.." Astaghfirullah... aku jadi bingung untuk menjawabnya..

Kutarik memoriku ke tingkat-tingkat akhir aktivitasku di kemahasiswaan. Seingatku hubungan kami normal-normal saja, sama seperti hubungan ikhwan-akhwat lain, kenapa bisa ada yang beranggapan seperti itu ya? Hiks.. Aha!! Aku ingat.. Salah seorang temanku yang merupakan teman satu jurusan dari si A itu. Kemungkinan besar sih sumbernya beliau, karena orang ini memang sangat suka becanda dan dia tahu kalau aku dan si A ini sudah lama berakivitas bareng... [Padahal aku berinteraksi sama ikhwan tuh enggak cuman sama si A aja... *Tetep bingung*].

Tapi toh aku berkewajiban untuk meluruskan gossip itu, aku harus membebaskan saudaraku dari prasangka buruk terhadapku... Aku ceritakan kepada adik kelasku keadaan yang sesungguhnya, bahwa memang tidak pernah ada 'hubungan istimewa' apapun di antara kami selain teman seperjuangan di organisasi, bahwa kemungkinan ada orang lain yang menyebarkan fitnah itu, dst.. Alhamdulillah beliau mengerti.. Pyuuuh, masih adakah yang berpikiran seperti itu?

Makasih banyak ya, De'.. Kamu telah menyampaikan kabar itu kepadaku, akan aku jadikan bahan introspeksi.. karena bisa jadi, aku pun ikut punya andil atas tercetusnya gossip itu.. Astaghfirullah...

Postingannya enggak penting banget ya :-P. Hehe.. tapi ada ibrohnya loh..
Pertama, tabayyun (klarifikasi) itu penting banget loh! Apalagi jika kabar yang kita dengar tentang saudara kita itu adalah kabar yang kurang baik. "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujuraat : 6)
Kedua, kita pun mempunyai kewajiban untuk menjaga hati saudara kita agar tidak berburuk sangka kepada kita. Ada suatu kisah yang menceritakan bahwa Rasul sedang berjalan berdua dengan seorang wanita, lalu bertemu dengan seorang sahabat yang terlihat menghindar. Lalu Rasul memanggil sahabat tersebut dan memperkenalkannya pada wanita itu, yang ternyata istri Rasul yang baru dinikahinya. Sahabat itu langsung berkata "Tidak mungkin saya akan berburuk sangka padamu, Ya Rasul." Tapi lalu Rasulullah mengingatkan bahwa syetan ada di delapan penjuru mata angin, berada di atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang kita, masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah. Maka, kita pun berkewajiban untuk menjauhkan saudara kita dari prasangka, karena itu adalah salah satu bentuk tipu daya syetan.

Wallahua'lam bis showab..

Hayooo....jangan suka bergossipp... Kasian kan, yang digossipin. Hikkssss.. :'(
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, April 21, 2005

A Friend in Need..

Robithoh-ku pagi ini terasa begitu terjiwai. Doa pengikat hati itu aku ulangi hingga kali kelima.. Rindu, sangat rindu kepada mereka semua...

Wajah mereka satu demi satu berkelebat di bilik-bilik otakku. Sebagian hanya dalam sebentuk nama, karena belum jua kutemui wajah penuh cahaya itu.
Hatiku perih sekali.. entah mengapa doa itu selalu bisa mengalirkan buliran air dari mataku..

Kucoba mengingat semua jejak yang telah mereka buat dalam hatiku..
Lagi-lagi aku meringis...

Ya Allah....betapa aku belum menunaikan hak ukhuwah mereka atas diriku..
Hak mereka yang seharusnya merupakan kewajiban untuk aku penuhi..
Astaghfirullah..

Sahabat-sahabat di Matematika yang telah berjuang bersama dalam mewarnai jurusan tercinta dengan cahaya-Nya..
Sahabat-sahabat di Kemahasiswaan yang tak kenal lelah berjibaku menghadapi berbagai fitnah dan ujian..
Akhwat-akhwat tangguh yang telah rela berbagi cahaya denganku dalam lingkaran yang sama..
Adik-adik yang telah dan selalu akan memberiku sebaik-baik tausiyah..
Sahabat-sahabat yang sedang diuji dengan harta benda dunia...
Sahabat-sahabat yang sedang jungkir balik mencoba keluar dari 'penjara' bernama kampus..
Sahabat-sahabat dunia maya yang selalu menemaniku dengan sapaan penuh makna..
Ikhwan-akhwat yang tak pernah hilang kesabaran untuk mengajakku berbakti kepada masyarakat..

Rindu itu sedang meraja..
Ya Rabb... pertemukan kami walaupun hanya dalam bentuk ikatan hati..
Dengan penuh harap semoga ikatan itu terjaga hingga Engkau mempertemukan kami dalam Jannah-Mu.. Aamiin...
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, April 19, 2005

Cantik

Apa yang ada di kepala anda ketika seseorang menyebut anda 'cantik'? Senang, bahagia, berbunga-bunga, mungkin itu yang anda rasakan.. Apalagi kalau kata-kata itu keluar dari seseorang yang memang anda harapkan untuk mengucapkannya. Wuih... bukan main rasanya! Pernah seorang adik kelas bertanya; "Teh, menurut Teteh definisi cantik itu apa sih?" Entah hal apa yang sedang beliau lalui, sehingga membuatnya bertanya seperti itu. Aku hanya bisa menduga-duga sambil tersenyum dalam...

'Cantik' (secara fisik) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional (2002), diartikan sebagai indah, elok, rupawan, atau bentuk, rupa dan lainnya tampak serasi. Tidak dijelaskan secara rinci yang bagaimana yang serasi itu, apakah hidung mancung dengan bibir tebal? Atau hidung biasa dengan bibir kecil? Dan sebagainya..

Cantik itu memang relatif. Definisi kecantikan selalu berubah menurut waktu dan tempat. Sebagian mengatakan wanita yang berkulit putih itu cantik, sementara sebagian yang lain mengatakan yang cantik adalah yang berkulit sawo matang. Sebagian lagi berpendapat orang cantik itu adalah yang tinggi seperti para elit model, padahal ada sebagian yang lain justru mengatakan bahwa yang cantik itu adalah wanita yang kecil imut-imut. Ada juga orang yang mengatakan bahwa etnis Cina dan Jepang yang bermata sipit itu cantik, padahal ada orang yang justru mengatakan cantik kepada seorang wanita yang bermata besar. Setiap orang mungkin mempunyai definisi masing-masing tentang apa itu cantik. Dan tidak ada seorangpun yang dapat kita paksa untuk menerima definisi 'cantik' menurut kita.

Tanyakanlah kepada setiap wanita tentang perasaan mereka ketika dipuji dengan kata 'cantik'. Pasti, tidak semua orang (walaupun mungkin hanya sebagian kecil) akan bahagia ketika dipuji seperti itu. Karena ternyata, ketika kita renungkan lebih jauh, tidak selalu 'pujian' itu mengatakan hal yang sebenarnya. Itu akan sangat tergantung dengan orang yang mengucapkan, keadaan ketika kata itu terlontar, ekspresi wajah dan gerak tubuh dari sang 'pemuji', konteks kalimat itu sendiri, kalimat yang mengiringi 'pujian' itu, dan sebagainya. Bisa jadi seseorang menyebut kita cantik hanya untuk menghibur hati yang sedih, atau ingin mengambil hati untuk sesuatu sebab, atau malah ingin menyindir, atau memang karena hal itu adalah suatu kebenaran.

Jangan besar kepala ketika ada seseorang yang menyanjung kita dengan pujian cantik. Jangan pula berkecil hati ketika tidak pernah ada yang memuji kita seperti itu. Toh, itu semua adalah ujian. Apakah kecantikan (atau ketidakcantikan) itu akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya, ataukah justru akan menjadi fitnah besar yang menyeret kaki kita ke jurang kenistaan.

Ketika pujian itu terlontar, ucapkanlah 'alhamdulillah' karena memang segala pujian itu hanya layak dialamatkan kepada-Nya, Sang Penyempurna segala kejadian. Lalu... segeralah beristighfar! Karena pujian itu bisa jadi akan melintaskan rasa sombong (walaupun mungkin orang lain tidak bisa melihat kesombongan itu). Segera beristighfar!!

Sementara ketika pujian itu tidak juga terlontar, atau justru terlontar kepada orang selain kita, ucapkanlah juga alhamdulillah... Karena mungkin Allah sedang hendak menguji rasa syukur kita... Rasa syukur atas apa yang ada, juga rasa syukur atas kesempurnaan kejadian kita. Ingatkah firman-Nya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tiin: 4)

Berbahagialah kalian ketika kecantikan itu bukan sekedar menghiasi wajah, tapi terutama hati dan akhlak kita. Karena kecantikan fisik pasti akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Tapi kecantikan hati dan akhlak, itulah yang akan 'bersinar' dan terus dikenang oleh orang-orang di sekitar kita.
Wallahu a'lam bish showab.

Allahumma kamaa hassanta khalqii, fahassin khuluqii.
Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadian (fisik) ku, maka perindah pulalah akhlakku.
(HR. Ahmad)

--
Untuk seorang adik yang pernah menanyakan hal di atas: maaph ya, aku baru bisa menjelaskan sikapku sekarang. Afwan jiddan. Semoga kamu bisa kembali menjalani hari tanpa harus terbebani dengan orang-orang 'cantik' di sekitarmu.

Link:
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/05/hikmah/utama02.htm
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/15/swara/906362.htm
»»  Baca Selanjutnya...

Maka, berperanlah!

Ketika tiga peran menuntut untuk dipentaskan dalam waktu yang hampir bersamaan.. mana yang harus dipilih?
Peran sebagai seorang da'i yang harus menjaga amanah..
Peran sebagai seorang prajurit yang harus taat pada pemimpin..
Peran sebagai seorang anak yang ingin berbakti pada orang tua..

Ternyata menjatuhkan pilihan itu tidak mudah!!
Disana ada kecenderungan, ada keinginan, melibatkan perasaan..
Yap, itu semua butuh ilmu..



Peran apa yang kita mainkan hari ini?
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, April 15, 2005

Mental Orang Gajian ;-P

Hari ini kali ketiganya aku berturut-turut mencatatkan kehadiran lewat dari jam 8.00. Hiks... telat lagi???
Kenapa sih, Yen? Macet??? Duh... alesan banget seeeh, bukan Jakarta namanya kalo enggak macet, Mba!!
Hiks.. tapi emang akhir-akhir ini tambah macet koq... [*pembenaran*]
Yeee... kan bisa berangkat lebih pagi...
Iya sih... [Tapi bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan.. hiks lagi :'( ].
Tapi dulu-dulu aku ga pernah telat loh, bener deh.. Biasanya nyampe kantor jam setengah 8.. [*pembenaran lagi*]
Iye.. Lain dulu, lain sekarang...

Dasar mental orang gajian!!!
Orientasinya absen! Takut telat, takut dipotong gaji, takut kena SP, takut ga dapet promosi, takut dipecat!!

Astaghfirullah... Masih harus banyak belajar tentang sebuah definisi ihsan, itqonul 'amal, etos kerja yang Islami, bekerja dengan muroqobatullah yang tinggi...
Astaghfirullah.. Astaghfirullah...


Mencoba berlapang dada dengan kemacetan Mampang yang makin subhanallah...
@ Jakarta, 130405


Keterangan:
Ihsan adalah engkau beribadah seakan-akan engkau melihatNya dan jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu. [coPast dari signaturenya Rahman ^_^ ]
Itqonul 'amal = Beramal secara profesional, tertata rapi
Muroqobatullah = Merasakan pengawasan Allah...
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, April 14, 2005

Belahan Dunia yang Lain

Padahal belum pernah kuinjakkan kaki di tanahmu
Kata mereka, yang tertinggal hanya puing reruntuhan..

Padahal belum pernah kuhirup wangi udaramu
Kata mereka, yang tercium hanyalah semerbak kesturi..

Padahal belum pernah...
Tapi mengapa begitu rindu??

Allahumma a'izzal Islaama wal muslimiin,
wa azillasy syirka wal musyrikiin..
Allahumman shur Islaama wal muslimiin,
wa ahlikil kafarata wal musyrikiin..
Allahummanshur ikhwaananal mujaahidiina fii Filistiin..
Allahummanshur ikhwaananal mujaahidiina fii kulli makan..

Khaibar-khaibar yaa, Yahuud..
Jaisyu Muhammad, saufa Ya'ud!!
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, April 12, 2005

Takut vs Harap

Terkadang takut untuk berharap
Mungkin, karena takut untuk kecewa.
Mereka bilang.. hati ini harus dijaga selalu berada antara takut dan harap.

Allah, Ya Hasiibul Jaliil, Ya Aziis..
Kondisikan hati hamba untuk senantiasa takut kepada-Mu..
Kepada azab-Mu yang cepat..
Kepada siksa neraka-Mu yang dahsyat..
Kepada perhitungan-Mu yang tidak pernah luput..

Allah, Ya Rahman Ya Rahiim, Ya Maalikul Mulki..
Hidupkan pula pengharapan itu di hati hamba..
Pengharapan akan diijabahnya do'a..
Pengharapan untuk memperoleh limpahan kasih sayang-Mu..
Pengharapan akan nikmat abadi di surga-Mu..

Allah.. takutku kepada keperkasaan-Mu..
Rabb.. harapku terhadap kekuasaan-Mu..

Dalam sebuah Hadist Qudsi, Allah berfirman:
"Aku tidak akan menghimpunkan dua macam ketakutan bagi hamba-Ku, dan tidak pula akan mengumpulkan dua macam rasa aman baginya. Jika ia merasa aman daripada-Ku di alam dunia, Aku akan berikan rasa takut kepadanya pada hari Kiamat. Dan jika ia merasa takut kepada-Ku di alam dunia, maka Aku akan berikan kepadanya rasa aman pada hari Kiamat."
(HQR. Ibnul Mubarak dari Al-Hasan)
»»  Baca Selanjutnya...

SMILE, and The World will Smile Back at You

Jurnal Muslimah - Saturday, 09 April 2005

Kafemuslimah.com
"Assalamu'alaikum, Teh." Aku menoleh untuk melihat siapa yang memberikan salam.
"Wa'alaikum salam...?" Jawabku sambil mengerutkan kening berusaha mengingat identitas si empunya suara.
Aha, wajah yang sama dengan yang kutemui 3 hari yang lalu ketika dalam perjalanan ke Masjid kampus, juga 7 hari yang lalu. Wajah yang sama, senyum yang sama, salam yang diucapkan dengan penuh keramahan, masih belum berubah... Kucoba lagi mengetuk sel abu-abu di otakku, mencari memori tentang seraut wajah berjilbab putih yang barusan menyapaku ini. Sungguh, aku tidak pernah bertemu sebelumnya.
"Kita memang belum kenal, Teh. Aku hanya ingin menyapa. Aku sering lihat Teteh lewat disini, pingin kenal aja.." Jawabnya menjelaskan ketika aku, dengan perasaan malu yang sangat, menanyakan identitas beliau.
Subhanallah... belum kenalkah kita?
--
Cerita di atas adalah satu episode kecil dalam kehidupan saya yang meninggalkan kesan mendalam hingga hari ini. Jejak itu ditinggalkan oleh seorang adik kelas yang berusia 4 tahun di bawah saya, ketika baru 3 bulan ia berstatus sebagai mahasiswa baru di kampus kami.

Pernahkan terpikir, sapaan ringan kita kepada seorang sahabat, salam yang kita ucapkan untuk memulai suatu perkenalan, senyum yang kita tampakkan ketika bertemu seseorang, bisa meninggalkan jejak yang sangat dalam di hati orang lain. Padahal terkadang kita menyapa hanya karena suasana hati yang sedang cerah, terkadang kita menebarkan senyum tanpa maksud apapun. Tapi tahukah, ternyata apa yang kecil itu bisa menjadi besar di mata seseorang. Apa yang kita anggap remeh, bisa jadi merupakan ibadah yang mengantarkan kita ke jannah-Nya. Karena senyum dan sapa, maka dunia mendoakan kita.

Pernahkah mendengar cerita tentang seorang pemuda yang tidak jadi melaksanakan bunuh diri hanya karena sebuah sapaan? Pemuda ini hidup dengan perasaan tidak pernah dipedulikan oleh orang lain. Orang tuanya tidak pernah menyapa dan menanyakan apa kabarnya hari ini, masyarakat sekitar hanya menganggapnya sebagai sampah masyarakat karena kelakuannya yang sangat meresahkan. Bahkan teman-teman akrabnya tidak pernah menganggapnya sebagai seorang manusia, mereka hanya memanfaatkan kekayaannya sebagai anak dari pemilik perusahaan tekstil terbesar di kota itu. Tekanan kehidupan yang bertubi-tubi, tanpa belaian tangan yang mengangkat rasa percaya diri, telah membuatnya memutuskan untuk mengakhiri sendiri hidupnya. Tapi ternyata Pemilik Segala Jiwa mempunyai skenario lain untuknya. Sebuah sapaan ringan menghentikan dorongan kakinya untuk lepas dari jembatan itu. "Kakak sedang apa?", sapaan ringan yang penuh rasa ingin tahu dari seorang bocah. "Apa Kakak tidak takut terjun dari jembatan itu? Kalau tidak sakit, apa aku boleh mencobanya?", pertanyaan sekaligus pernyataan yang menggugah rasa tanggung jawabnya sebagai seseorang yang dewasa. Pemuda ini pun memutuskan untuk membatalkan niatnya.

Yang kecil itu memang kadang lupa kita kerjakan. Tersenyum kepada anggota keluarga kita di pagi hari, menyapa orang yang hari ini duduk di sebelah kita di dalam bis kota, atau menebarkan salam kepada rekan-rekan kerja kita. Kadang kita lupa, padahal ketika seseorang menyapa kita, tersenyum atau memberi salam, ada kesan tersendiri yang hadir dalam diri kita. Merasa dihargai, merasa disayangi, merasa tidak sendirian, merasa mempunyai makna dan mungkin beribu perasaan lain yang kita rasakan saat hal itu terjadi. Perasaan yang sungguh indah, kadang tidak dapat terlukiskan dengan kata-kata..

Jadi, sudahkah kita tersenyum hari ini? Sudahkan menyapa? Sudahkan menebarkan salam?
Ya, semoga hari ini kita tidak hanya mengharapkan senyum dan sapa dari orang lain, tapi justru kita bisa memberi senyuman dan menyapa sahabat-sahabat di sekitar kita..
--

Dalam sebuah surat ukhuwah..
"Ana termasuk orang yang kurang bisa bergaul, tidak tahu juga mengapa ana yang terpilih untuk ikut serta dalam acara ini. Betapa bersyukurnya ana ketika anti datang, langsung menyapa dan mengulurkan tangan untuk berta'aruf. Jujur saja, ana kaget dan tidak menyangka.. karena ana lihat anti hadir dengan banyak teman, dan sebagian akhwat biasanya tidak ingin keluar dari kelompoknya. Lagi-lagi ana beruntung ketika terpilih dalam kelompok yang sama dengan anti, ana juga ikut menyumbang suara dalam pemilihan anti menjadi mas'ul kelompok loh, ukh.. Apalagi ketika ana terpilih untuk menulis surat cinta ini untuk anti. Allahu Akbar! Allah benar-benar Maha Tahu tentang segala isi hati, Allah mengabulkan permohonan ana untuk mengungkapkan rasa ini, uhibbuki fillah, ukhti... Ana sangat mencintai anti karena-Nya. Jazakillah khairan katsira atas segala perhatian dan sikap persahabatan anti, ana akan terus mendoakan agar anti bisa tetap istiqomah dalam memberikan hak ukhuwah kepada saudara-saudari anti. Sekali lagi, jazakillah khairan katsira.. ".

*) Memory kampus Ganesha, untukmu yang mengajariku tersenyum
»»  Baca Selanjutnya...

Monday, April 11, 2005

Being different is not easy at all!!
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, April 06, 2005

Dear Bulan... [2]

Lalu hari ini, aku ingin belajar menjadimu
Tentang menjadi tetap terang walau sekelilingmu gulita
Tentang menjadi penerus cahaya walau tak pernah berjumpa dengannya
Tentang sebuah kesabaran dan tawakkal dengan takdir yang ada
Tentang kesediaan menjadi sabit walau pantas tampil sebagai purnama
Tentang kesetiaan terhadap Sang Pencipta..

Ah Bulan, hari ini aku ingin menjadimu...
»»  Baca Selanjutnya...

Dear Bulan... [1]

Aku sedang banyak belajar,
Maukah membantuku?

Aku belajar agar tidak menjadi sepertimu,
Yang kesepian dalam kemewahan
Yang sendiri dalam kegelapan
Yang terlihat indah hanya di kejauhan
Yang menebarkan cahaya hasil pantulan, sementara cahaya itu tidak engkau serap
Yang hari ini terlihat purnama, esok pun sabit
Yang tidak pernah bersua dengan matahari

Ah, Bulan..
Bisakah ajari aku untuk tidak menjadi sepertimu?

Aku ingin tetap berada dalam kesederhanaan
Aku ingin terlihat indah justru dari apa yang tak nampak
Aku tidak ingin hanya menjadi pantulan
Aku ingin menjaga keimanan ini tetap purnama
Aku ingin bersua dengan cahaya abadi itu

Bulan, bisakah ajari aku?
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, April 05, 2005

Dari Siapa?

Saat aku tiba di kantor pagi ini, di atas keyboard komputerku tergeletak dengan manis sebuah buku (jelas banget koq dari bentuknya..) yang disampul rapi dengan kertas kado lucu berwarna hijau. Dari siapa ya? Ulang tahunku kan udah lewat hampir 2 minggu... Tertulis di atas hadiah itu:

To: Mpo' Yentri
"Semoga Bermanfaat yee.. jangan lupa dibaca looo..!!!"
(mudah-mudahan belom punya)
From: 'Anak Kecil ^_^'

Hmm, pesannya membuatku tersenyum simpul. Isinya sebuah buku tentang wanita.. Subhanallah..
Kubuka fasilitas jabber-ku. Lalu kuketikkan pesan offline untuk si 'anak kecil'. Tapi ternyata beliau baru membalas message-ku saat sore..
--

[y][08:06] assalamu'alaikum, anak kecil... syukron katsir atas hadiahnya ya. jazakallahu khairan katsira, semoga dibalas dengan yang lebih baik dan lebih banyaaaaaaak... aaaamiiiin atas semua doa'nya :-D
[m][16:05] Assalamu'alaikum.
[y] wa'alaikum salam :-D
[m] Mba, tadi pagi Mba bilang...anak kecil? Hadiah? Maksudnye apaan Mba..???? I'm confused....!!!!
[y] :-)
[m] :"(
[y] makasih ya..
[m] Nah loh....tambah bingung neh. Maksudnye apaan seh...?? Please tell me...???
[y] gapapa kalo bingung juga, poko'nye makasih.. hahhhh? nah loh? trus yang tadi pagi naro hadiah di meja yentri sapa dooong? koq berani2nya pake nama *m*? adakah *m* yang lain... :-x ?
[m] NAro hadiiiah...??? Pagi2...??? Truz pake nama ane...??? Duh tambah bingung laaaagiii neh...??? Maksudnye apaan seeeeehhhh....?????
[y] ya udah engga usah dibahas. eh, serius engga nih?
[m] Aku dua rius Mba....!!! Soalnya aku itu ngga naro diatas meja, tapi diatas Keyboard........=>
[y] Mauuuuuuulll !!! ih, nyebelin banget sih.. huuuuu... syukron ye... :-P
[m] Apaaaaaaan? Sami-sami Mba.....dah punya blom, klo belom syukur deh. Jangan lupa.....DI....BA....CA....!!!!!!
[y] insyaAllah... ketauan ya.. pasti beli di Islamic Book Fair kemarin kan?

--
Hihihi, buat 'anak kecil' yang enggak kecil lagi. Jazakallah khair ya, akhi..
»»  Baca Selanjutnya...

Cahaya yang Tak Teraih

Publikasi: 06/04/2005 08:09 WIB

eramuslim - Padahal Rasulullah SAW pun tidak dapat mengajak Pamannya sendiri ke dalam nikmat ber-Islam. Padahal Nabi Luth dan Nabi Nuh as. pun tidak dapat menggandeng istri mereka dalam indahnya cahaya hidayah. Padahal Asiyah - yang telah dijanjikan Allah akan dibangunkan rumah di surga - pun, tidak dapat mengajak Fir'aun, suaminya sendiri, untuk menempati rumah yang sama. Lalu, apakah kita berhak memaksa Allah untuk menebarkan hidayah itu di hati keluarga kita?

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
(QS. Al-Qoshosh: 56)

--
Bagaimana perasaan kita ketika membaca berita di koran tentang seorang pecandu yang terkena AIDS atau seorang wanita yang hamil di luar nikah atau seseorang yang mati bunuh diri atau mereka yang mendekam di penjara karena predikatnya sebagai maling? Apakah kita akan merasa sedih atau simpati kepada mereka? Ataukah justru kita berpikir, "Ih, salah dia sendiri dong. Rasain tuh akibatnya!". Mungkin juga kita hanya menyenandungkan istighfar sambil menyesalkan semakin jauhnya ummat ini dari hal-hal yang telah disyari'atkan-Nya.

Memang, itu adalah kesalahan mereka sendiri. Mereka sendiri yang telah memilih untuk menggunakan obat-obat laknat itu, memilih untuk berzina, memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri, memilih untuk mengambil apa yang bukan haknya. Itu memang benar, mereka sendiri yang memilih menjalani kehidupan seperti itu. Dan untuk pilihan itu, mereka juga yang harus menanggung konsekuensinya, sebagai azas kausalitas yang tidak bisa dibantah.

Tapi ternyata, ketika kejadian yang sama menimpa keluarga kita, sikap yang sama tidak dapat kita hadirkan. Tiba-tiba semua orang terdiam, semua mata basah oleh airmata. Jangankan berpikiran "Salah sendiri", rasanya dunia seakan kiamat. Terngiang di telinga firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahriim: 6). Masalah sudah menjadi demikian kompleks untuk menelusuri siapa yang salah dan siapa yang benar. Semua mengambil peranan di dalamnya. Orang tua, kakak, adik, sepupu, om, tante.. semua ikut bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Minimal, mereka ikut berperan dengan sikap ketidakpedulian mereka.

Sedih, sangat. Apalagi jika hal itu terjadi pada anggota keluarga seorang aktivis dakwah. Ketika Sang Da'i sibuk berkoar-koar di luar, mengisi pengajian, tabligh, atau menjadi orator.. ternyata apa yang diserukannya untuk ditinggalkan, justru dikerjakan oleh orang-orang terdekatnya sendiri. Istilah 'Sholih tapi tidak mensholihkan' mungkin adalah gelar yang cocok untuk Sang Da'i. Ungkapan seperti "Ah, anaknya si Ustadz itu saja masih merokok dan minum-minuman keras" atau "Tuh, adiknya si Pak Haji anu kemarin diajukan ke pengadilan karena ketahuan korupsi" mewarnai penilaian masyarakat tentang dakwah yang timpang sebelah ini. Tidak jarang pula, penilaian inilah yang membuat masyarakat menjadi phobi terhadap dakwah mereka selanjutnya.

Menyandang label sebagai seorang penyeru kebaikan memang tidak mudah. Dakwah kita diterima masyarakat lebih sering bukan hanya karena apa yang kita katakan, tapi dari apa yang kita kerjakan. Begitupun dengan keluarga. Parameter bagi kesuksesan dakwah seorang Da'i salah satunya adalah dari kondisi keluarganya. Merupakan hal yang wajar jika masyarakat ingin menilai seberapa jauh keberhasilan seorang 'marketer' Islam dalam membidik lingkar terdekat pergaulannya sehari-hari. Walaupun dalam kacamata marketing juga dikenal adanya suatu skala prioritas, untuk mengarahkan sebagian besar potensi kepada segmen market yang peluangnya lebih besar untuk menerima apa yang kita jual, dan tidak selalu keluarga kita memenuhi kriteria tersebut.

Lantas, haruskah kita berhenti berdakwah ketika kondisi keluarga kita belum 'Islami'? Salahkah seorang Da'i yang berusaha merangkul orang lain sementara keluarganya masih berada dalam lingkup jahiliyah? Salahkah? Ya, mungkin memang salah, jika beliau sama sekali tidak berusaha mengingatkan mereka tentang adanya pahala dan dosa, tentang adanya surga dan neraka, tentang azab dan nikmat. Memang salah, jika beliau hanya bermaksud menjadi soleh sendirian. Bukankah Allah telah berfirman: "Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan." (QS. Al-Ghaasyiyah: 21). Tugas kita sebenarnya hanyalah sampai pada tahap mengingatkan. Lalu sisanya adalah wilayah kekuasaan Allah untuk menentukan apakah orang yang kita beri peringatan tersebut akan dipilih-Nya sebagai penerima hidayah atau tidak, walaupun notabene adalah keluarga kita sendiri. Kita hanya bisa berikhtiar sambil terus mendo'akan mereka..

"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya..." (QS. Al-Baqarah: 272)

Wallahu a'lam bis-showab
---

Bogor, 300305 as My condolences..

*) I was about to write this article to give a moriil support for him, but it turns out I have to write this 'coz I missed his funeral..
»»  Baca Selanjutnya...

Tiga Sungai

Tausiyah di pagi hari dari seorang sahabat..
---

Allah SWT telah membuat tiga sungai untuk membersihkan tubuh orang-orang yang berdosa. Jika ketiga sungai itu belum cukup maka Allah akan membersihkannya di sungai jahanam. Ketiga sungai itu adalah :

Pertama, sungai taubatan nasuha; yaitu melepaskan segala perbuatan dosa dan berjanji tidak akan mengulangi lagi,

Kedua, sungai hasanat; yaitu kebaikan-kebaikan yang akan mengubur semua bentukkeburukan.

Dan Ketiga, sungai mushibah azhimah; yaitu bencana atau ujian yang besar yang akan melebur setiap dosa.

Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba-Nya Ia akan memasukannya ke dalam salah satu sungai tersebut, hingga ia akan datang kepada-Nya di hari Kiamat dengan tubuh yang suci dan bersih dan tidak perlu dimandikan di sungai keempat (sungai jahanam)

(Ibnul Qayyim Al Jauziyah)
»»  Baca Selanjutnya...

Sunday, April 03, 2005

Tawakkal

Mencoba bertafakkur...

"... Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)
»»  Baca Selanjutnya...