Monday, January 17, 2005

Dimensi Lain dari Cinta [2]

Pembahasan pun dimulai. "Assalamu'alaikum ikhwan wal akhwat fillah... Sehubungan dengan bla-bla-bla, maka struktur organisasi di atas kita memutuskan untuk mengganti ketua yang dulu dengan yang baru. Untuk itu, kehadiran kita kali ini salah satunya adalah untuk bermusyawarah memilih mas'ul kita yang baru. Ana akan tawarkan cara pembahasan kita. Bla-bla-bla"

Setelah menghabiskan waktu cukup panjang membahas kriteria, visi misi, aktivitas masing-masing calon, dst, akhirnya kami menetapkan ketua baru. Aku pribadi merasa berat sekali harus memilih beliau. Aku dan sahabat-sahabatku tahu sendiri kesibukan beliau di kantornya, tidak hanya pekerjaan tapi juga amanah dakwah disana. Setiap hari sabtu dan minggu, hampir seluruh waktu beliau lebih sering dihabiskan di luar rumah (ini cerita dari istri beliau). Apalagi kalau mengingat usia kandungan istrinya yang memasuki bulan ke-8, rasanya tidak tega untuk menambah amanah lagi di pundak beliau. Jadi lucu loh, kita masing-masing sibuk meyakinkan diri sendiri untuk membuang rasa kasihan dan berfikir realitas kebutuhan dakwah. Padahal Imam Hasan Al-Bana sendiri telah mengatakan bahwa amanah dakwah ini hanya bisa dipikul oleh orang-orang yang sibuk!!

Berikut kutipan pembicaraan kami dengan istri beliau (sebelum keputusan diambil):
+ Mba, gimana kalo tidak ada alternatif lain, dan harus suami Mba yang terpilih?
- Sebenernya saya sudah membicarakan hal ini dengan suami, dan memikirkan realitas yang ada, sepertinya memang amanah ini tidak bisa terhindarkan. Tapi kami hanya berikhtiar, ingin menawarkan kepada yang lain, untuk pendewasaan mereka juga kan?
+ Mba sendiri gimana? Bukankah sekarang juga beliau sudah sangat sibuk?
- Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun. Allahu Akbar!! Tentu saja kami akan berusaha untuk menjalankan sebaik-baiknya. Kami bersyukur bahwa Allah masih berkenan memberi kami peran untuk berkontribusi dalam dakwah ini. Sibuk sih pasti... Tapi saya yakin amanah ini tidak akan kami pikul sendirian, saya harap kalian akan membantu.
+ Iya lah, Mba. Pasti kami bantu, insyaAllah...

Ah, cinta! Cintalah yang telah membuat mereka saling menguatkan. Padahal untuk sebagian yang lain, alasan yang sama justru membuat mereka mengambil sikap yang bertolak belakang. Alasan cinta sering mereka jadikan tameng bagi kepentingan pribadi, yang berarti memangkas potensi dan tak jarang menyurutkan langkah. Padahal, Allah telah berfirman:

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
(QS. At-Taubah, 9: 24)

Ya, Allah.. Aku iri dengan mereka. Bisakah aku seperti Mba' ku ini? Untuk dia yang nantinya akan memimpinku mengarungi samudera, ingin kupersembahkan cinta yang menguatkan azzam perbaikan diri, cinta yang mengokohkan langkah perjuangan, cinta yang mengingatkan kekhilafan, meluruskan pergeseran, cinta yang memberi kesejukan di tengah kepenatan dunia... Mampukah aku? Phff... jalan itu masih panjang!!

No comments: