Monday, January 10, 2005

Dek, Where R U??

Aku sungguh ingin pergi. Walaupun mungkin tidak banyak yang bisa aku lakukan, setidaknya aku bisa hadir di samping mereka. Menyeka airmata, peluh dan darahnya. Menopang bahu dan menjadi tempat bersandar bagi sebagian mereka. Bercerita dengan adik-adikku disana tentang hikmah yang ada di balik semua kejadian ini...
Bukankah (hanya) dengan berbagi (pun), duka itu bisa terkurangi?

Sedikit terobati hati ini ketika adikku diminta untuk kesana. Aceh, Meulaboh. Tempat berjuta duka itu sedang terjadi, tempat seluruh perhatian negeri sedang terkonsentrasi. Persiapan pun dilakukan dengan sangat singkat. Subhanallah... Saat-saat seperti inilah memang fungsi keluarga sangat terasa, apalagi seorang Ibu... Aku hanya membantu sekedarnya, menyelipkan beberapa lembar rupiah untuk bekalnya disana, memintanya untuk tetap dekat pada Sang Pencipta, pemilik segala jiwa, mendoakannya...

Ya Malik, lindungilah beliau dalam setiap langkahnya. Jadikanlah perjalanan ini sebagai tausiyah baginya, bimbinglah beliau menuju cahaya-Mu... agar semakin dekat beliau dengan-Mu.

Hari ini, tepat 11 hari Dedek pergi. Kok ga ada kabar ya? Khawatir... Walaupun kami yakin bahwa Allah akan menjaga hamba-hamba-Nya yang berniat mulia, walaupun kami tahu bahwa ada orang-orang yang bisa kami mintai pertanggungjawabannya atas apapun yang mungkin menimpa beliau. Tapi kami tetap khawatir... Kali terakhir komunikasi, beliau sudah melewati Bengkulu. Terakhir terima kabar dari lembaga disana, rombongannya sudah tiba hari Kamis dini hari dan harus melintasi jalur hutan karena jalur lain tertutup, namun sejak saat itu pula komunikasi terputus. Dek, Where are you?

Khawatir... Gimana makannya disana? Kebersihan, kesehatannya apakah cukup terjamin? Berita menyiarkan bahwa air bersih sangat langka disana. Cukupkah perlengkapan, obat, makanan yang beliau bawa? Milis-milis ramai memberitakan tentang relawan yang mulai terkena penyakit karena peralatan yang kurang memadai. Tidak tega membahasnya dengan Mama, pasti beliau akan menjadi lebih khawatir lagi. Setiap hari berusaha mencari kabar, tapi belum ada kepastian apapun. Apalagi untuk menjawab pertanyaan: Kapan Dedek pulang?

Lihat bukan?! Betapa lemahnya manusia. Keinginan yang sangat besar untuk melindungi orang-orang yang disayangi, selalu harus berbenturan dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki.

Masya Allah.. gimana rasanya menjadi pendamping ataupun ibunda para mujahid ya??

No comments: