Friday, January 26, 2007

I Love U..

Melihat air mata mereka hari ini..
Berada dalam pelukan hangat mereka..
Menginjak kembali ruangan tempat kami biasa bercengkrama bersama..
Mendengar celoteh ringan mereka..
Mendapat ciuman takzim pada tanganku..
Aku semakin sadar..
Aku memang sangat sayang mereka..
Love you, my children..

Walaupun berat, aku harus tetap meninggalkan mereka..
Allah, ampunilah kelalaianku dalam membimbing mereka selama ini..

~parung,250107
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, January 19, 2007

Uhhh... jauh, Bi!!!

"Bang, besok De disuruh dateng ke **** nih... katanya ada pembekalan apa gitu..."
"Trus?? Ya, dateng aja.. Hana dibawa ngga?"
"Duh abang, jauh banget... seharian lagi... kayaknya Hana ga mungkin dibawa deh, kasian pasti capek.."
"Ya udah, tinggalin aja sama Abinya, beres kan? Susunya udah ada kan?"
"Iya sih, tapi..."
"Kenapa, jauh???"
"Boleh engga ya, sama Mama?"
"Ya, pinter2 ngelobi lah.."
"Tapi kalo engga boleh gimana? Boleh engga ya, De ikut setengah hari aja...?"
"Ade selama tarbiyah udah diajarin apa aja? Lakuin dong!!"
".........................."

My love, thanks for your reminder...

Menjadi seorang jundi, memang harus taat pada qiyadah. Ingat kan ayat yang senantiasa kita dengung-dengungkan... Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat... Jauuuuuuuuuhhh sekali, subhanallah saya sangat merasakannya sebagai satu halangan yang berarti. Kalo dulu sewaktu kuliah, kemana-mana dijalanin -secara Bandung yang ga pernah segitu jauh kayak Jakarta, dan secara masih single :D- tapi sekarang...
MasyaAllah... benarlah cerita orang-orang yang telah lebih dulu 'terjun' ke dunia dakwah pasca kampus, berat!! Menurutku, hal yang paling berat bukan masalah tanggapan orang atas dakwah kita, namun kemampuan kita untuk me-manage hati, perasaan, waktu, untuk bisa tetap melaksanakannya. Dengan kata lain, musuh kita sesungguhnya adalah diri kita sendiri.

Subhanallah, fragmen kecil dialog di atas membuat saya sadar dan bersyukur, mengapa seorang akhwat tarbiyah, lebih diutamakan untuk menikah juga dengan ikhwan tarbiyah. Kami memang bukan kader-kader tarbiyah yang paling baik, namun kami saling melengkapi satu sama lain, saling menyemangati, saling mengingatkan... indah kan, hidup di dalam naungan rumah tangga tarbiyah?? Iman kita, yang ada masa berada di puncak dan ada kalanya futur, senantiasa butuh penyegaran kembali. dan pasangan kita, memikul tanggung jawab untuk menyediakan tangannya untuk menarik kita yang terjerumus ke dalam jurang, menyediakan bahu untuk kita bertopang kala kaki kita tidak kuat menapak...

Ya Allah, kuatkanlah ikatan hati-hati kami, pertemukanlah kami dalam indahnya ibadah kepada-Mu, dalam nikmat berdakwah di jalan-Mu...
»»  Baca Selanjutnya...

Substitute

Masing-masing manusia mempunyai peran yang tidak tunggal. Saya, misalnya. Saya mempunyai peran -disertai kewajiban dan haknya- sebagai seorang hamba Allah, seorang istri, seorang ibu, seorang anak, seorang kakak, seorang adik, seorang keponakan, seorang tante, seorang mahasiswi, seorang guru, dan tentunya seorang ummat Rasulullah yang mempunyai kewajiban untuk berdakwah menyeru kepada jalan-Nya.

Peran ini, bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Dan peran kita, hanya kita yang bisa melakukannya, kewajiban kita hanya kita yang bisa menyelesaikannya. Kadang himpitan hidup ini begitu berat,,,,,, membuat diri ini ingin melepaskan sejenak saja salah satu peran yang harus dilakoni.. ingin rasanya digantikan dengan orang lain untuk peran-peran kita. Pengganti?? Bukankah tetap kita yang harus mempertanggungjawabkannya......?


~menuju pertanggungjawaban berikutnya..
»»  Baca Selanjutnya...