Sunday, July 31, 2005

Sendiri

Karena manusia terlalu lemah untuk berjalan sendiri

Aku butuh kamu, sahabat..

Senyummu sebagai ekspresi tulusmu
Marahmu sebagai ekspresi pedulimu
Ucap lembutmu sebagai ekspresi halusnya hatimu
Tangismu sebagai ekspresi sempurnanya sisi kemanusiaanmu
Genggammu sebagai ekspresi butuhmu akan kebersamaan

Bahkan ketika kamu memposisikan aku sebagai 'lawan'
Aku tetap butuh kamu, sahabat..

Untuk melatih kesabaranku atas semua ke-tidak mengerti-anmu
Untuk menuai pahala dengan menyampaikan kebenaran kepadamu
Untuk memotivasi diri membuktikan bahwa AKU BISA untuk semua hal yang menurutmu AKU TIDAK AKAN BISA!!!

Ya, manusia terlalu lemah untuk berjalan sendiri..
Tapi bukankah semua pertanggungjawaban akan kita laksanakan SENDIRI???
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 29, 2005

Auli nih..



Ponakanku yang imut-imut, lucu, banyak tingkah (dan semoga jadi anak soleh.. amiiinnn..) sekarang udah punya blog sendiri nih ;). Bundanya yang baru belajar blogging beberapa bulan terakhir ini, ternyata udah terserang blogaholic, penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan blogging (*ngarang banget sih, yen! ^_^). Ummi ikutan promosi disini ya, Bun.. Biar Auli makin banyak temennya... Huayo, tante-tante, oom-oom, ammah dan ami, kakak dan adik yang main-main kesini, jangan lupa mampir ke blog Fadhli Aulia Putra yah....... bener loh, ditunggu!!
»»  Baca Selanjutnya...
Kok ganti leiot lagi, yen?
Bosen... ^_^

Kok, kembali pake leiot standar dari blogger?
Hehe, lagi males ngutak-ngutik.. Lagian, setelah dipikir berpuluh2 kali (lupa ngitungnya :D) kan yang penting isinya, tul engga ;) ?

Tapi kalo ada yang mo ngasih leiot baru, diterima engga nih?
Oiya dong, pastinya! Namanya rezeki kan engga boleh ditolak. *gubrakssss*

*) Apa sih yen, engga penting banget?!?!
Maklum ya, lagi males posting yang serius... Padahal ngutang banyak postingan neeh sama beberapa orang... Bagi yang nungguin apdet-an blog ini, harap sabaaaaaaaaaarrrrrrr ya....
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 22, 2005

Dunia Baru.. [1]

Hi friends.. kangen engga ama yentri ;) ? [GeeR mode* on]
Suer loh, aku kangeeeeeeeeennnn banget ama kalian semua.. Aku kangen blogging, blog walking ke tetangga, chatting ma temen2 dari negeri antah berantah, bertukar cerita dengan sahabat2 lama.. dugh, rasanya ada semangat yang hilang dari diri ini ketika untuk pertama kalinya dalam seminggu totally cuma bisa onlen setelah maghrib (tapi dua hari yang lalu sempet bisa onlen sore2, soalnya training di sekolah dah selesei... :D). As you all know, aku punya dunia baru sekarang... Being a teacher... subhanallah, bener2 unpredictable deh. Tapi aku senaaaaaanggggg sekali. Alhamdulillah, semoga keputusan ini tidak salah..

Kali pertama datang ke sekolah, deg-deg-an bukan main. Emang sih, murid2 baru mulai masuk hari senin besok, minggu ini adalah waktu untuk new teachers (like me!) untuk di training abis2an tentang visi misi dan bla-bla-bla-nya sekolah... Aku bener2 belum pernah membayangkan bahwa jadi guru itu segitu repotnya. Mungkin karena sekolah kami baru berjalan satu tahun, mungkin juga karena sistem pengajaran di sekolah sangat berbeda dari sekolah yang lain.. jadi musti kerja ekstra keras niih.. Bikin lesson plan, trus di-breakdown ke weekly plan-nya, trus ke daily activities, trus nyiapin segala yang namanya module, worksheet, games, display. huaaa... bener2 unpredictable.

Awalnya aku cuma bengang-bengong ga tau musti ngapain. Soalnya aku diamanahi oleh seorang kakak kelas yang resign karena mau menikah (barakallahu ya, Kang..) untuk menjadi pengganti. Pertamanya aku pikir, aku tinggal menjalankan apa yang telah direncanakan oleh beliau, ternyata eh ternyata.... gedubrakk... O MY GOD!! Maseeeh banyak... huaaaaa.... Akang, teganya dirimu... Ups, gapapa sih. Daripada aku tinggal menjalankan, nantinya malah aku enggak menjiwai. Lagian, kasian atuh yen, yang mo nikah :D (afwan ya, Kang..)

Btw, satu lagi yang bikin aku pingin gedubrakk.. I have to conduct the class in English!! Ya ampyun, Masya Allah.. bisa sih bisa, cuma kadang enggak PeDe euy, kalo harus speaking-speaking.. kayaknya sih lebih jago anak muridnya deh, ihiks.. Do'akan ya, sodara2..

Sekian dulu ah, nanti disambung lagi dengan cerita2 pengalaman pertama yentri mencari2 bahan, buku2 yang menatap memelas minta dibaca... but for now, that's all folks! ^_^
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, July 20, 2005

Antara Ada dan Tiada

Serupa,
Tapi memang takkan pernah sama..

Adanya bisa memupuk sayang
Tiadanya pun takkan memudarkan cinta
Karena ia dibangun atas dasar taqwa

Berbeda,
Dan pasti takkan sama..

Adanya bisa meredam gundah
Tiadanya terkadang begitu menyiksa

Ah, cinta..
Ketika engkau memang harus tumbuh
Ternyata begitu mudah..
Sederhana,
Tanpa harus dipaksa..


~ cepet sembuh ya, yang..
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 15, 2005

Surat Perpisahan.. (ihiks-ihiks)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu...

Apa kabar sahabat2 semua? Alhamdulillah, kita masih dipertemukan dalam nikmat iman, islam dan keindahan ukhuwah. Semoga kita senantiasa berada dalam limpahan hidayah dan inayah-Nya. Amiiin..

InsyaAllah besok: Jum'at, 15 Juli 2005 adalah hari terakhir saya menjadi insan Takaful. Ihiks.. Jadi, ceritanya ini teh surat perpisahan :'(

Satu tahun lebih saya menyandang status sebagai karyawati di Takaful, banyak hal yang telah saya alami. Senang, sedih, gembira, bete.. Ada kalanya timbul semangat membara untuk membuktikan ke-itqon-an amal seorang muslim, ada kalanya rasa malas yang datang mendera (astaghfirullah..) Berinteraksi dengan bermacam karakter orang, memang akan mendewasakan cara berpikir kita, dan itu pula yang saya rasakan disini. Banyak pelajaran yang telah saya ambil, baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun tidak, yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan di tempat lain. Jazakumullahu khairan katsira untuk semuanya..

'ala kulli hal, sungguh.. alhamdulillahi rabbil 'alamiin, memang segala pujian hanya layak kita alamatkan kepada Allah Sang Penguasa Alam. Skenario Allah-lah yang telah menjejakkan kaki saya di perusahaan ini, mencoba menorehkan sedikit karya untuk ikut berkontribusi dalam membangun perekonomian Islam. Walaupun saat ini saya memilih untuk berkarya dalam bidang yang lain, insyaAllah satu hal yang harus kita yakini bersama, syari'at Allah pasti tidak akan pernah kehilangan orang yang mengusungnya!!

Tidak ingin merangkai rasa dalam banyak kata, saya hanya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya untuk semua kekhilafan yang pernah saya lakukan, yang menyinggung hati sahabat-sahabat sekalian baik langsung maupun tidak. 'Afwan jiddan, mohon diikhlaskan.. Semoga dimanapun berada, Allah senantiasa memberi ke-istiqomah-an kepada kita untuk tetap berada dalam kafilah panjang penerus risalah para nabi.. Amiinn.

..fawatsiqillahumma raabithataha..

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


.: Yentri Marchelino :.
my primary email: yenthree@yahoo.com

"pada akhirnya, semua orang harus memilih.. dan ketika pilihan itu telah ditetapkan, hanya sabar dan syukur yang bisa membantu kita selamat dalam menjalani konsekuensinya..."

---
ditulis di blog agar bisa mengingatkan kembali nikmat ukhuwah yang telah saya rasakan. Ya Rahman, kuatkan kami untuk tetap dapat menyambung tali silaturahim ini..
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, July 13, 2005

IMB nge-ramein Bandung neeh..

Menyusul kesuksesan (alhamdulillah) acara IMB sebelumnya di Jakarta... IMB'ers Bandung enggak mo' kalah juga neeh. Di tengah kesibukan mempersiapkan acara walimah beberapa member IMB asal Bandung (ngelirik Teh Dina dan Kang Yudi) mereka berjibaku untuk menunaikan amanah untuk melahirkan penulis-penulis handal dari kota kembang ini. So, yukk kita sambut pembuktian janji mereka....

Yang mo ndaftar onlen, klik aja disini.
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, July 12, 2005

Jarak Jauh..

Tepat 8 hari setelah menikah, aku kembali ke kesibukan kantor. Semua orang yang berpapasan berkata "Looohhh... kok udah masuk? Cepet amat cutinya?" Aku sih, senyum-senyum aja, paling nyengir dikit plus melotot banyak kalo mereka udah mulai ngegodain.. Ya atuh, gimana lagi?? Toh, di rumah juga udah engga banyak kerjaan. Dan yang paling penting, suami dah balik ke Semarang, ngapain juga aku ngendon di rumah ajah? Bosen bangetttt... Trus mereka bilang lagi "Aduh, kasiiiaaaan... ditinggal..." Hehe, lagi-lagi aku tersenyum simpul sambil meringis dalam hati. Sabar yen... bentar kok, cuma 3 bulan kan? [Hopefully :'( ]

Sekedar berbagi cerita. Sahabatku yang dalam beberapa minggu kedepan ini mau menikah, kasusnya mirip dengan aku dan suami (secara esensi), tapi beda. Gini ceritanya, beliau kan orang kantoran, kerjanya dari pagi sampe sore, trus nyampe rumah biasanya jam 6 or stg 7 malem gitu. Tapi lucunya, (calon) suaminya pekerja shift malam, berangkat dari rumah sekitar jam 5 sore trus pulangnya sekitar jam 8 pagi. Nah loh, kapan ketemunya?! Beberapa hari yang lalu beliau telpon aku, trus kita ketawa bareng-bareng... MasyaAllah ya, ujian untuk pasangan muda tuh adaaaa aja. Kami saling menyebut beberapa orang sahabat yang mengalami hal serupa, long distance relationship, di masa awal pernikahan mereka. Tapi alhamdulillah hingga kini berjalan baik2 saja. Ya.. semoga kamipun bisa meniru langkah mereka. Toh, Allah pasti akan menolong hamba-hamba-Nya yang menikah karena ingin menjaga kehormatan kan? Apalagi jika niat itu adalah untuk kepentingan dakwah.. Bismillahittawakkaltu 'alallah...

Trus, gimana rasanya 'pacaran' jarak jauh? Ya.. ada enaknya, ada enggaknya kali ya.... Apalagi untuk pasangan baru seperti kami yang baru mulai mencoba mengerti satu sama lain, bertukar kebiasaan, mempelajari karakter pasangan..

Enggak enaknya jelas: ga ada yang nemenin pergi kemana-mana (inget kan, keluar rumahnya seorang istri itu harus seijin suami!), mau curhat pun terbatas karena ga setiap saat bisa, trus ga ada yang mendongeng sebelum tidur (^_^), de-el-el, de-es-te.. Dan yang lebih jelas lagi, berat di ongkos euy..

Enaknya apa dong? Hmm.. banyak orang bilang, pertemuan yang terlalu sering tapi monoton, bisa menimbulkan kebosanan. Mungkin yang penting adalah menjaga agar setiap pertemuan kita yang sedikit itu tetap berkualitas. Kebayang kan, berapa hari engga ketemu.. pasti banyak menyimpan cerita, perasaan rindu yang tertata rapi di sanubari, saling bertukar tausiyah.. Ada perasaan lain ketika membaca ataupun mengirim pesan-pesan singkat dari dan untuk suami tercinta, atau sapaan-sapaan lewat teknologi bernama HP, dst. Kangen kali ya namanya? Kembali menyadarkan bahwa diri ini sudah mempunyai tanggung jawab yang berbeda...

Tuh, emang lebih enak pacaran setelah menikah, kan?!




~ untuk yang tersayang di Semarang: "Abis baca postingan ini, telpon Ade' ya Bang... ^_^ "

»»  Baca Selanjutnya...

Sunday, July 10, 2005

Isteri Solehah

Isteri cerdik yang solehah
Penyejuk mata penawar hati penajam fikiran
Di rumah dia istri di jalanan kawan
Di waktu kita buntu, dia penunjuk jalan
Pandangan kita diperteguhkan
Menjadikan kita tetap pendirian
Ilmu yang diberi dapat disimpan
Kita lupa dia mengingatkan

Nasihat kita dijadikan pakaian
Silap kita dia betulkan
Penghibur diwaktu kesunyian
Terasa ramai bila bersamanya

Dia umpama tongkat si buta
Bila tiada satu kehilangan
Dia ibarat simpanan ilmu
Semoga kekal untuk diwariskan

~ Saff One ~

http://liriknasyid.com
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, July 08, 2005

Yang Penting, Ikhtiar kan?!

"...Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf."
(QS. Al-Baqarah: 233)

Saya yakin, kita semua menyepakati satu hal, bahwa salah satu kewajiban utama seorang suami adalah memberi nafkah lahir batin bagi isteri dan anak-anaknya. Walaupun ukuran kecukupan nafkah itu berbeda antara satu keluarga dan lainnya, tapi ada satu hal yang harus kita pahami bersama, bahwa kewajiban adalah sesuatu yang memang harus dilaksanakan, atau setidaknya diupayakan untuk bisa terlaksana dengan sempurna.
--

"Trus siapa yang mau biayain kamu kuliah?"
"Ya, Cik Pung. Kan selama ini juga yang bayarin sekolah Bi Cik."

Sepenggal percakapan Jakarta - Bandung antara seorang remaja selepas SMA dengan adik kandung dari ibunya di suatu sore yang sejuk. Untuk sebagian orang, mungkin percakapan seperti ini bukanlah sesuatu yang sangat istimewa dan berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Memang wajar, bagi seorang keponakan untuk meminta bantuan biaya kuliah kepada bibi atau pamannya. Tapi bagi keluarga dari perempuan tadi, hal ini sangatlah menyedihkan dan memberatkan. Masalahnya bukan sekedar sejumlah materi yang harus disediakan untuk membiayai beliau kuliah. Bukan, tapi sebentuk tanggung jawab yang hilang dari seorang ayah kepada anak dan isterinya. Dan sungguh, ini adalah hal yang menyedihkan. Padahal menurut Al-Qur'an, disinilah letak qawwamah (kepemimpinan) kaum laki-laki.

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An-Nisaa': 34)

Allah memang telah menyatakan bahwa kelapangan rizki itu berbeda di antara masing-masing hamba-Nya. Dan karena itulah disyariatkan adanya zakat, infak dan sedekah, bahkan disebutkan bahwa nafkah yang kita berikan kepada keluarga kita juga bernilai sedekah.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: "Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu." (HR. Muslim)

Perempuan tersebut mengalami dilema berkepanjangan, demikian pula dengan keluarganya. Keinginan untuk membantu dan melindungi, demikian hebat bertempur dengan keinginan untuk memberi 'pelajaran' kepada sang ayah. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya dimana keluarga mereka hidup sebagai 'benalu' di pohon keluarga perempuan tadi. Berat, karena bukan sekedar biaya sekolah yang mereka minta, tapi juga biaya hidup sehari-hari, makan, ongkos, bahkan 'uang rokok' bagi sang ayah.

Terkadang saya berpikir, dimanakah rasa tanggung jawab sang ayah? Demikian bangga beliau me'nitip'kan anak dan isterinya kepada keluarga orang lain, begitu mudah beliau menyebut-nyebut bahwa ini semua adalah kewajiban dari keluarga adiknya, yang memang sedikit lebih lapang rizkinya, untuk membiayai mereka. Tidakkah beliau merasa bersalah, padahal beliaulah yang telah mengambil amanah atas seorang perempuan langsung dari Allah, dalam perjanjian yang kuat (mitsaaqan ghalizha).

Mungkin akan berbeda keadaannya jika memang yang bersangkutan telah berusaha sekuat tenaga, lalu hasil yang diperoleh tidak seberapa. Bukan mungkin, tapi pasti akan sangat berbeda. Toh, bagian masing-masing orang sudah ditetapkan oleh Allah jauh sebelum kita terlahir di muka bumi ini. Ikhtiar yang maksimal adalah satu-satunya kunci agar Allah membukakan pintu rizki-Nya kepada kita semua. Tapi, ketika ikhtiar itu pun tidak dilaksanakan, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Allah telah menyempitkan pintu rizki-Nya bagi kita?

Saya pernah mendapat nasihat dari seorang sahabat. "Yang penting itu, mencari suami yang tetap berpenghasilan, bukan hanya berpenghasilan tetap." Saat pertama kali mendengar nasihat itu, saya tidak mengerti apa yang beliau maksudkan. Lalu seiring dengan berjalannya waktu, beberapa orang sahabat ikhwan saya bercerita tentang usaha-usaha kecil yang sedang mereka bangun dalam upayanya memenuhi kebutuhan keluarga, dan saya mulai mengerti maksud dari nasihat itu.

Terkadang kita menilai kemapanan seseorang - terutama laki-laki - hanya ketika beliau sudah mempunyai sejumlah "penghasilan tetap". Padahal, siapa yang bisa menduga ketika esok hari atau lusa tiba-tiba saja sebuah surat Pemutusan Hubungan Kerja mampir di atas meja beliau. Bukan sesuatu yang mustahil kan? Sebaliknya, dalam status "tetap berpenghasilan", tersirat sebuah semangat jiddiyah untuk tidak berputus asa dalam menafkahi keluarganya. Mungkin beliau mencari nafkah dengan jalan menjadi seorang pegawai (yang berpenghasilan tetap), atau menjadi pedagang (yang berpenghasilan tidak tetap), penjual jasa, penulis, peneliti, atau yang lainnya. Berbeda-beda caranya, dan pasti berbeda-beda pula jumlah materi yang akan dihasilkannya, tapi ikhtiar inilah yang bisa kita sama-sama nilai sebagai sebuah bentuk tanggung jawab seorang suami terhadap istri dan anak-anaknya.

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."
(QS. At-Thalaq: 7)

Jadi seperti judul dari artikel ini: Yang Penting, Ikhtiar kan?!
Do the best, and Allah will do the rest...

Wallahua'lam bis showab

--
Ket:
Bi Cik: Bibi Keci' = Bibi Kecil; panggilan bagi adik perempuan dari ibu dalam bahasa Palembang
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, July 06, 2005

What They Said?

Hampir enam bulan yang lalu, saat keberanian yang kurenda selama beberapa hari menemukan bentuknya untuk mengumumkan kepada mereka..

Mama:
Emang Iyen udah siap?
[Ah Mama, jadi mo maluw... :D]

Papa:
Kenalin dulu dong.. Anak siapa, rumahnya dimana, kerja dimana, baik engga?
[Waduh Pa, kenalan ndiri aja deh. Iyen juga belum sempet tanya2 banyak niih...]

Kaka':
Boong banget lo, baru ketemu sekali trus mo kawin?
[Biariin weee... Kan niatnya mo ibadah.. Bismillah deh.. Justru bisa ketemu karena kami berdua udah niat menikah.]

Dede':
Lo mo kawin Yen, kapan pacarannya?
[Ih, Dedek. Ntar aja pacarannya abis nikah ;)]

Ayuk:
*Senyum2 jail..*
[Pokoknya Ayuk yang bantuin nyiapin segalanya!!]

Mas Ary:
*No comment..*
[Mas Ary bagian urusan administrasi de-el-el ya..]

Auli: (di perjalanan pulang setelah Resepsi)
Ummi mo pengantenan lagi ya? *gubrakkkkk*
[Seneng ya Auli, banyak temen, bisa lari-larian.. ^_^. Tapi ga lagi deh Aul, badanku mo rontokssssss.]


Ya Rabb, How I love my family :x
»»  Baca Selanjutnya...

Tuesday, July 05, 2005

Istimewanya Perempuan Islam

Dapet CoPast dari email seorang sahabat, artikel yang juga pernah saya baca sekitar 2 tahun yang lalu...
--

Kaum feminis bilang, susah jadi perempuan Islam, lihat saja peratuan dibawah ini :
  • Perempuan auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki,
  • Perempuan perlu meminta ijin suaminya apabila mau keluar rumah, tetapi tidak sebaliknya,
  • Perempuan saksinya kurang dibanding lelaki, (maksudnya: dibutuhkan saksi 2 orang perempuan agar bisa dipercaya, sedangkan laki-laki hanya perlu bersaksi sendirian)
  • Perempuan menerima warisan setengah dari lelaki,
  • Perempuan perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak,
  • Perempuan wajib taat kepada suaminya tetapi suami tidak perlu taat kepada istrinya,
  • Talak terletak ditangan suami dan bukan ditangan istri,
  • Perempuan kurang dalam beribadah karena masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.

Kenyataannya...Benda yang mahal harganya akan dijaga dan disayang serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Tentunya intan permata tidak akan dibiarkan terserak, bukan? Demikian halnya dengan perempuan dan auratnya.

Perempuan perlu taat kepada suaminya, tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Perempuan menerima warisan setengah dari lelaki, tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya. Manakala lelaki menerima warisan, perlu menggunakan hartanya untuk istri dan anak-anaknya.

Perempuan perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia dido'akan oleh segala mahluk, malaikat dan seluruh mahluk Allah dimuka bumi ini, dan jika meninggal karena melahirkan, maka ia meninggal dalam keadaan syahid.

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan diminta pertanggungjawabannya terhadap 4 perempuan, yaitu istrinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Sedangkan seorang perempuan, tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki yaitu suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

Seorang perempuan boleh memasuki surga melalui pintu surga manapun yang disukainya cukup dengan 4 syarat yaitu sholat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormaannya.

Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah, tetapi perempuan jika taat kepada suaminya serta menunaikan tanggung jawabnya kepada Allah, akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berjihad tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya Allah.... begitu sayangnya Allah kepada perempuan.

»»  Baca Selanjutnya...

Saturday, July 02, 2005

Menjelang subuh @ 010705
Saat riak-riak bahagia bertransformasi menjadi gelombang duka..
Menggenggam gemetar jemari suami tercinta, saat mengantar ayahanda menuju peristirahatan terakhirnya, 5 hari setelah akad nikah kami...

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu-anhu..
»»  Baca Selanjutnya...