Wednesday, June 22, 2005

Undangannya nih...

»»  Baca Selanjutnya...

Lagi-lagi, memilih...

Mungkin kalian bingung, kenapa postingan saya di blog ini sering bertema tentang pilihan hidup. Iya sih, memang hidup itu selalu harus menentukan pilihan, dan terkadang tidak hanya di antara 2 pilihan. Bahkan ketika bangun tidur di pagi hari pun kita harus memilih, untuk memaksa diri bangun dan berwudhu, ataukah meneruskan menutup mata dan berkemul dalam selimut. Benar kan?!

Kali ini, saya harus menentukan pilihan tentang sebuah cara untuk menjadi bermakna bagi lingkungan. Sulit memang, di satu sisi... ingin rasanya bermanfaat secara keilmuan, menggali lebih dalam lagi potensi kecerdasan yang [kata orang-orang] saya miliki. Di sisi yang lain, ingin berdaya guna bagi masyarakat, tapi tetap menyediakan waktu yang baaaaaanyaaaaaaaaakkkk bagi keluarga. Ya.. ingin mewarnai sendiri kanvas madrasah kehidupan yang baru coba kami lukis. Ternyata, memang pernikahan itu mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan ya? Ada tanggung jawab lain yang harus kita emban, tugas lain yang harus kita tunaikan daripada sekedar memuaskan keinginan pribadi. Ingin sukses, ingin melanjutkan sekolah, ingin bekerja, ingin bisnis, dst.

Lalu, mana yang saya pilih? Well, saya memilih untuk memposisikan diri pada fitrah saya sebagai seorang muslimah. Saya tahu kualitas diri saya sendiri, secara ruhiy, secara aqli, secara jasadi... Memang, keluar dari keadaan "nyaman" itu sama sekali tidak mudah. Lagi-lagi mereka bilang "Kan sayang, yen...". Saya hanya tersenyum sambil terus memotivasi diri sendiri: apanya yang harus disayangkan? Materi yang lebih dari cukup? Status yang 'terhormat'? Apakah semua itu cukup berharga untuk ditukar dengan masa depan seorang mujahid dan mujahidah? Ah, klise mungkin.. toh, masa depan siapa yang tahu? Tapi bukankah pilihan kita hari ini akan menentukan keadaan kita di masa depan, kita hanya bisa berikhtiar sebaik mungkin...

Sungguh... bukan kesalahan siapapun ketika saya harus memilih jalan ini. Bukan atas paksaan siapapun. Setidaknya, semua pilihan itu tetap pada koridor utamanya: dakwah ilallah..

Seperti postingan saya sebelumnya, saya hanya bisa berharap semoga Allah-lah yang selalu dan akan terus membimbing saya, dan juga kalian semua, untuk menentukan pilihan... Luv ya all, friends...
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, June 16, 2005

Kuncinya Satu, Ikhlas..

Pernikahan bagi seorang kader tarbiyah adalah untuk memperkokoh dakwah, bukan mengharap romantisme dunia semata, tapi mencita kebersamaan abadi di surga-Nya. Membangun pabrik peradaban, pencetak mujahid&mujahidah penerus risalah para Nabi, Insya Allah....

Kata-kata yang kugubah sendiri, untuk kukirimkan melalui pesan singkat bagi seorang sahabat yang sedang menyongsong detik penyempurnaan setengah agamanya. Semoga diri ini bisa menjadi pelaksana pertama dari tausiyah yang diberikan...

Ikhlas, karena tidak pernah akan ada manusia yang sempurna. Kelebihan pasangan kita adalah sesuatu yang harus kita syukuri, kita jaga dan pupuk agar tetap bersemi, lalu kita jadikan teladan bagi diri pribadi. Tapi kekurangannya, bukanlah harus kita membenci, tapi kita tutupi dengan kebijaksanaan, dan kita coba bersama untuk memperbaiki... Saling memberi, saling menerima..

Semoga Allah meridhoi, setiap keputusan yang kita buat, setiap jalan yang kita pilih..
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, June 15, 2005

Dan Bumi pun Menangis..

Hujan hari ini..
Seakan mensyiarkan bahwa langit dan bumi ikut menangis bersama ribuan, bahkan jutaan kader dakwah yang bersedih.
Bersedih, karena kehilangan satu sumber mata air keIslaman. Sumber kebijakan, sumber pengetahuan, sumber keilmuan..
Bersedih, karena merasa diri tak sebanding dengan amal yang telah beliau persembahkan untuk dakwah ini..
Bergidik ngeri ketika mempertanyakan pada diri sendiri, "Bagaimanakah keadaan kita ketika Izrail diperintahkan Allah untuk mengambil ruh yang bersemayam pada jasad kita?"
Bersedih, karena merasa iri terhadap disegerakannya pertemuan dengan Rabbul 'Izzati..

Puluhan tulisan saya baca hari ini, tentang beliau. Sebagian besar dari orang-orang yang saya kagumi.. dan entah kenapa deras air mata ini turun..

Saya tidak mengenal beliau secara pribadi. Hanya melalui tulisan-tulisannya di beberapa majalah, dan buku-buku beliau yang selalu mengantar diri untuk berkaca, dan kemudian menghadirkan semangat baru setiap kali selesai membacanya. Semangat mujahadah, semangat tadhiyah...
Beberapa kali saya menghadiri forum yang menghadirkan beliau sebagai muwajih.. Selalu saja do'a-do'a yang beliau lantunkan membuat hati ini bergetar, pelupuk mata menghangat, lalu tanpa dapat ditahan air pun mengalir dari sudut mata. Padahal sungguh, saya tidak mengenalnya secara pribadi..

Malam tadi puluhan SMS hadir untuk memberitakan hal yang sama. Ustadz sudah berpulang ke hadirat Allah Swt. Antara percaya dan tidak, tiba-tiba saja ada rasa perih menyusup ke dalam dada. Astaghfirullah... Apakah ini tanda cintaMu yang sangat besar kepada beliau, Rabb? Sehingga Engkau sudah begitu rindu untuk bertemu dengan ruh mulia itu? Ah, sangat tidak pantas diri ini mempertanyakan tentang ketetapanMu.

Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'un..
Memang segala yang ada di langit dan bumi ini adalah milikMu, Ya Maalikul Mulki..

Hujan hari ini..
Seakan mensyiarkan bahwa langit dan bumi ikut menangis..

Selamat jalan, Ustadz...

http://pk-sejahtera.org/modules/news/article.php?mn=1&storyid=3117
»»  Baca Selanjutnya...

Friday, June 10, 2005

Hati-hati Jaga Hati..

Yang namanya kabar gembira, mungkin memang sulit dihalang-halangi untuk tersebar luas. Bulan kemarin, bisa dihitung dengan jari teman-temanku (selain keluarga, tentunya) yang mengetahui tentang rencana pernikahanku akhir bulan ini. Alasanku menunda pemberitahuan itu, sebenernya simpel aja sih, tidak ingin membuat heboh dunia... hehehe :D

Tapi mulai awal bulan ini, aku kerepotan sendiri menghadapi tuntutan mereka, "Yen.... udah boleh ya, dikasih tau ke orang-orang.. Ayo dong, mo disebarluaskan kapan nih?"
Biasanya aku cuma nyengir aja. Aku tau, mereka bermaksud baik, karena mereka ikut bahagia dan begitu ingin teman-teman yang lain pun merasakannya. Tapi sebenernya masih pingin menolak sih, ntar aja deh.............. Soalnya kalo pengumuman udah disebar, pasti ujian untuk hati ini akan lebih dahsyat lagi. Sekarang aja, udah lumayan kelenger ... [Trus kenapa diposting disini dong? Hehe, karena dalam waktu dekat emang bakal di-launching.. ^_*]

Entah kenapa, beberapa minggu terakhir ini aku beralih profesi menjadi konsultan perkawinan. Mulai dari yang lagi men'jatuh'kan cinta bukan pada tempat yang seharusnya [jadi inget postingan ini], baru mau proses, yang mau 'mengajukan diri', tentang kriteria, tentang ta'aruf, tentang khitbah, wuaaaah... pokoknya ikutan pusing deh. Mulai dari teman SMA, kuliah, kantor, sampe teman-teman yang hanya dikenal melalui layar segiempat bernama komputer...

Sebenernya sih, enggak pingin mengatakan sesuatu yang belum tentu bisa aku kerjakan. Berat loh konsekuensinya!!

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shaf: 2-3)

Tentang penjagaan hati, tentang proses yang bersih, tentang persiapan... Siapalah aku hingga bisa menasihati orang lain sebegitu hebatnya? Tapi toh kalau menunggu diri ini seluruhnya baik, pesan Rasul tidak akan pernah aku sampaikan. Bukankah menyampaikan walau hanya satu ayat, adalah amanah dari junjungan kita tercinta? Sampaikan! Dan teruslah memperbaiki diri... Astaghfirullah... memang bukan hal yang mudah ya?

[mikir lagi, jadi inti dari postingan ini apa sih sebenernya??? *nyengir sambil garuk2 kepala*]


Ket:
ta'aruf = artinya perkenalan, biasa digunakan untuk menamai proses awal menuju pernikahan
khitbah = lamaran/pinangan
»»  Baca Selanjutnya...

Wednesday, June 08, 2005

Nilai Sebuah Kejujuran

Kututup pembicaraanku dengan seorang sahabat malam itu dengan perasaan tidak karuan. Berulang kali kata sabar kuucapkan untuk membesarkan hati beliau. Niat awalku ingin meminta kehadirannya dalam suatu acara, berbuntut panjang menjadi diskusi mengenai permasalahan rumah tangga.

Kata orang sih, setiap rumah tangga pasti akan menghadapi cobaan. Ada yang berat, ada yang ringan, ada yang sedang-sedang saja. Ya.. seperti janji Allah bahwa ujian itu tidak akan ditimpakan di luar kesanggupan hamba-Nya untuk menanggung, dan kesanggupan orang memang berbeda-beda, kan? Untukku yang belum mengenal kehidupan rumah tangga yang sebenarnya, baru mengetahuinya sebatas teori. Teori tentang butuhnya komunikasi, tentang menyikapi perbedaan, tentang kesabaran dan rasa syukur, tentang bersikap lemah lembut, tentang kejujuran, dan seterusnya.

"Bayangin, Yen.. Sepuluh tahun dia bohong. Sepuluh tahun usia pernikahan kami, kenapa justru sekarang...?" Aku mencoba menghadirkan wajah sahabatku dan dua orang anak perempuannya. Sebenarnya agak sulit bagiku untuk mempercayai cerita beliau. Selama ini yang kutahu, keluarga mereka sangat harmonis. Tapi, ternyata di baliknya tersimpan sebuah bom waktu. Dan mungkin, ini adalah waktu yang tepat untuk meledakkan bom tersebut.

Kejujuran itu pahit, benarkah? Jika kita memutuskan untuk melakukan suatu kedustaan, maka kita akan melakukan ribuan kedustaan lain untuk menutupinya. Hingga suatu saat, ada kondisi dimana mau tidak mau kejujuran itu harus kita katakan, maka benarlah bahwa ia akan terasa sangat pahit. Bahkan tak jarang, ada hal yang harus kita ikhlaskan untuk lepas dari genggaman.

Ingatkah kalian tentang sebuah film yang berjudul LIAR-LIAR? Film ini berkisah tentang seorang anak yang selalu merasa dibohongi oleh ayahnya, lalu dihari ulang tahunnya dia memohon agar satu hari, hanya satu hari, ayahnya tidak dapat berkata bohong. Awalnya, semua menjadi berantakan. Keluarga, pekerjaan, interaksi dengan orang-orang tercintanya, janji-janji yang dibuat. Lalu, satu demi satu keadaan mulai membaik hingga akhirnya, semua terselesaikan tanpa perlu mementaskan satupun kebohongan. Walaupun film itu adalah rekaan semata, tapi ada pesan moral yang ingin disampaikan. Bahwa kejujuran itu tidak akan pernah membawa dampak buruk bagi kita. Jadi, kenapa kita harus takut untuk jujur?

Sebagian orang menganggap bahwa mereka akan selamat dengan sebuah dusta. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah, mereka menunda bencana yang kecil, dan datang menyambut bencana yang lebih besar lagi. Ketika kita jujur saat ini, memang pasti akan menemukan suatu konsekuensi yang ada kalanya tidak enak. Tapi, konsekuensi itu akan selesai dalam sekejap, dan hari esok akan kita jelang dengan penuh ketenangan. Timbanglah hal ini dengan agama. Ketika kita berusaha untuk senantiasa jujur di dunia, maka kita tidak akan menghadapi hari penghisaban dengan kekhawatiran atas terbongkarnya kedustaan kita. Padahal Raqib dan Atid, tidak pernah luput mencatat satu per sekian detikpun yang kita lewati di dunia.

"Tapi Yen, sejak dia terus terang kepadaku tentang kebohongannya selama ini. Aku jadi tenang. Sekarang aku enggak terlalu ambil pusing apa yang dia kerjakan saat tidak di rumah. Toh, dia sendiri yang sudah berjanji akan bertobat. Sekarang tinggal urusannya sama Allah..." kuingat lagi sepenggal ucapan sahabatku.

Subhanallah... Ketenangan! Mungkin itulah yang dijanjikan Allah untuk setiap hamba yang ridho terhadap ketetapan-Nya. Padahal dari apa yang aku dengar, ujian yang beliau hadapi ini bukan sesuatu yang mudah. Mudahkah untuk menerima kenyataan bahwa kita telah diduakan tanpa sepengetahuan kita? Mudahkah untuk menerima kenyataan tentang bejatnya kelakuan seseorang yang selama ini kita anggap sebagai pemimpin? Mudahkah untuk menerima kenyataan bahwa kesetiaan kita selama ini hanya dianggap sebelah mata? Tentu tidak mudah, bukan?

Pada akhirnya, setiap orang harus memilih.
Dan ketika pilihan itu telah ditetapkan, hanya sabar dan syukur yang menjadi senjata kita agar selamat dalam menjalani konsekuensinya...


Jakarta @ 040605
Untuk seorang perempuan yang tetap memilih untuk setia..
»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, June 02, 2005

Tanggung Jawab Masa Depan

Pagi ini, ada satu berita yang membuat saya terharu.
Di tengah hiruk pikuk Pilkada yang penuh intrik dan diwarnai bentrok, di tengah berita terjadinya kembali ledakan-ledakan di beberapa kota di Indonesia, berita-berita tentang beberapa kasus korupsi yang mulai disidangkan, atau tentang maskapai penerbangan yang mulai berguguran... terselip satu berita yang membanggakan, setidaknya untuk saya...

Liputan6.com, Tebo: Penduduk Desa Muaro Sekalo dan Desa Semambu,
Kabupaten Tebo, Jambi, marah. Kegeraman penduduk ini dipicu maraknya pembalakan
liar di daerah mereka. Lantaran itulah, baru-baru ini, mereka memutus jembatan
yang menghubungkan wilayah mereka. Langkah ini ditempuh untuk menghalangi mobil
pengangkut hasil jarahan hutan. Dengan demikian pembalakan liar di hutan negara
dapat dihentikan.

... selengkapnya baca di sini

Subhanallah...!! Rabb, Engkau Yang Maha Membolak-balik hati... Semoga kejadian ini adalah satu indikasi bahwa bangsa kita mulai mengenal arti tanggung jawab yang sesungguhnya, satu harapan akan cerahnya masa depan anak cucu kita... Semoga Engkau tidak mengazab kami karena perusakan yang kami lakukan...

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A'raaf: 56)
»»  Baca Selanjutnya...