Tuesday, March 08, 2005

My Dear Friend

Nothing lasts forever..
Ketika seorang sahabat memilih untuk berhenti berbagi dan 'sekedar' menjadi seorang teman, bagaimana perasaanmu?

Seperti film, ingatan itu berputar di otakku.
Beliau adalah teman sekelasku di SMP selama 3 tahun. Lalu ketentuan Allah menuliskan kami untuk melanjutkan ke SMA yang sama, dan selama 1 tahun beliau tetap menjadi teman sekelasku. Waktu bergulir.. masa remaja mempertemukan kami dalam wadah persahabatan. Bukan hanya berdua, tapi berdua belas.

Bermain bersama, belajar bersama, tertawa dan menangis bersama. Merenda waktu dan kenangan dalam keceriaan masa SMA..

Sebuah pepatah berkata: piring yang terlalu dekat berdampingan, akan mudah terpecah karena gesekan.
Itu pula yang terjadi di antara kami. Masalah yang kecil, suddenly blew up as if it was THAT important! Mencoba memaafkan, mencoba mengikhlaskan, mencoba menulis di atas pasir agar angin waktu mengikisnya habis.. Tapi mungkin, lubang itu demikian besar, luka itu demikian perih...

Berjuta kata seandainya bermain di otakku. "Seandainya dulu rasa itu kamu katakan, seandainya dulu 'buku kuning' itu tidak pernah tertulis, seandainya saja pertemuan-pertemuan itu dipaksakan untuk kamu hadiri..." Astaghfirullah.. Aku tidak ingin terjebak dalam angan-angan kosong. Yesterday is a history, no way you can change it!!

Bukan sang waktu yang salah ketika persahabatan tak lagi kekal.
Keinginan untuk mempertahankannya tetap ada. SMS-SMS silaturahmi, telepon-telepon sapaan, pertemuan kecil dalam beberapa waktu istimewa.. Tapi jarak itu sudah terbentang demikian lebar, jurang itu sudah tergali demikian dalam, dan kamu pun tidak berani untuk membangun sebuah jembatan demi melaluinya. Padahal kami siap menyambut kembalimu kapan saja kamu membutuhkannya.

Should we bend down to ask for ur forgiveness?
Allah, mungkin kami telah bersikap tidak adil terhadap sahabat kami.
Status 'sahabat' demikian bangga kami sandang, tanpa menjalani konsekuensi di baliknya.
Astaghfirullah.. ampuni kami ya Rabb..

Kemanusiaanku mengakui bahwa langkah yang beliau ambil adalah wajar, tapi keegoisanku seakan ingin menangis dan berteriak menahan kepergiannya...

--
For my dear friend.. Sebelas takkan pernah sama artinya dengan Dua Belas..

No comments: