Sabtu, 26.02.05 jam 09.30 pm
Berawal dari sms seorang teman 4 hari yang lalu, mengingatkan untuk mulai mengisi kajian rutin di salah satu sekolah di dekat rumahku hari Sabtu ini. Lalu aku ingat, seharusnya pagi ini juga ada satu lagi amanah kelompok yang harus aku tunaikan. Makanya, sejak kemarin aku sibuk. Bolak-balik telepon, cari-cari dan baca-baca buku, biasa.. nyiapin materi. (Duh, jadi malu.. ketauan nih, kerjanya SKS ^_^...).
Ternyata kesibukanku ini menarik perhatian Mama. Maklum, dulu waktu di Bandung aku tidak sempat banyak berbagi cerita saat Mama berkunjung. Jadilah Mamaku tercinta begitu bingung melihat anak manisnya ini jungkir balik mempersiapkan mentoring. (hehehe.. agak hiperbola ya??). Mama mulai ikut nimbrung dalam kesibukanku. Nanya-nanya tentang mentoringnya: dimana, siapa pesertanya, materinya, baca buku apa, dst. Ada satu poin pertanyaan beliau yang untuk aku pribadi, hal yang lucu, tapi mungkin untuk beliau itu selalu ingin ditanyakan. "Yen, kalo mentoring begini dibayar engga?" Hah?? Kaget aku. Hihihi, jujur saja aku ketawa waktu Mama nanya begitu. Maaf ya, Ma.. ^_^.
Teringat dulu masa-masa aku jadi Senator mewakili himpunan di Kongres dan hampir tiap hari pulang malam untuk sebuah agenda yang berjudul: Sidang!! Malahan pernah pulang pagi loh! Astaghfirullah.. Capek? Jelas! Ibadah berantakan, kuliah juga lumayan keteteran.. Mana aku satu-satunya perempuan di rumah, jadi tanggung jawab pekerjaan beberes dan bebersih ada di pundakku. Tapi aku coba menikmatinya sambil mencari pembelajaran di baliknya, dan alhamdulillah.. masa-masa itu sudah terlewatkan. Kata Papa: "Enakan juga jadi anggota DPR sekalian Yen, kalo sidang dibayar. Ini mah, boro-boro dibayar. Yang ada juga, malah ngerepotin orang serumah." (Hehe.. soalnya aku langganan minta jemput sama Kaka' kalo pulang malam. Harap maklum sodara-sodara, rumahku jauuuh dari kampus..). Aku jawab sama Papa: "Ya.. namanya juga mahasiswa..".
Back to pertanyaan Mama, aku lumayan bingung jawabnya. Sambil masih tetep nyengir, aku bilang.. "Siapa yang mo bayar Ma?". Trus mengalirlah diskusi kami tentang mentoring and stuff!! Duh Mama, tidak layak banget untukku meminta bayaran. Kalo bisa malah, aku mau bayar berapapun untuk tetap mendapatkan ladang amal ini. Ah Mama, kami hanya berusaha untuk menjadi salah satu komponen pembangkit ummat ini. Cukuplah Allah yang mencatat segala amal kami, hanya bayaran dari Allah yang kami harapkan… Emang sih, capek!! Belum lagi jika harus ke tempat yang bisa dibilang cukup jauh, dan ternyata.. acaranya engga jadi.. Hiks..
Seakan teguran dari Allah atas perasaan 'letih'ku. Seorang adik mengirim sms dengan isi yang cukup sederhana, tapi mampu membayar lunas semua rasa letih itu!! Sebagian isi smsnya berbunyi: "Teh, saya bersyukur ada Teh Yentri di Jakarta." Aku sampai bingung, ada apa nih?? Tapi, subhanallah.. Sungguh, mungkin inilah bayaran yang diberikan Allah kontan untuk setiap penyeru ke jalan-Nya, walaupun aku masih belum berani untuk menyebut diri bagian dari barisan mulia itu..
Astaghfirullah.. aku benar-benar tersudut oleh pikiranku sendiri. Kok sempet-sempetnya sih Yen, mikirin sebuah keletihan dunia, padahal nikmat yang didapatkan jauh lebih besar???
Ya Ghaffar, ampuni lintasan pikiranku yang tidak pada tempatnya..
Ya Rahman, terima kasih atas teguran yang luar biasa indah ini...
Nikmat itu...
Melihat tingkah polah mereka, aku terhibur.. walaupun itu mengingatkanku masih banyak pe-er yang harus aku selesaikan.
Setiap kisah yang mereka bagi, membuatku seakan ingin selalu melindungi mereka, berada di samping mereka, menggenggam erat tangan mereka, membuat mereka merasa tidak sendirian!!
Setiap perhatian kecil yang mereka berikan untukku, membuatku tersanjung.
Setiap doa yang kulantunkan dengan merekam wajah mereka di ingatan, selalu saja berbuah menjadi air mata, ketika teringat banyak hal yang belum aku lakukan..
Semua telepon, sms, surat, email, message mereka di YM, membuatku tak ingin menukar apapun dengan kenikmatan ini..
[Begini kali ya rasanya, kalo udah cinta!!]
Aku pernah beberapa kali mengalami perpisahan dengan adik-adikku. Sunatullah memang, setiap pertemuan pasti akan diakhiri dengan sebuah perpisahan. Tapi ketika hati-hati itu sudah terikat demikian kuat, selalu ada tetes air mata yang jatuh menjelang momen-momen terakhir itu… Teringat semua kesiaan kata dan perbuatan, teringat semua hal yang belum sempat aku persembahkan, teringat semua kata dan tingkah mereka yang pasti membuatku rindu! Sungguh, merupakan nikmat yang hanya bisa dirasakan sendiri..
Tidak!! Bayaran bukanlah ukuran. Kenikmatan ini tidak bisa ditukar dengan apapun!! Fabiayyi-alaa irabbikuma tukadzdziban? Nikmat Rabbmu yang mana lagikah yang hendak kamu dustakan?
Fawatstsiqillahumma raabithotaha..
Ya Rabb, eratkanlah ikatan hati-hati kami..
--
For my Mommy, I Love U so much! Thanks for asking...
No comments:
Post a Comment