Tuesday, August 26, 2008

sibuk-kah?

Bekerja dalam lingkup jama'ah memang bukan sesuatu hal yang mudah. Karena banyaknya orang yang terlibat, dibutuhkan kelapangan dada yang ekstra untuk segala hal yang mungkin terjadi karena benturan yang ada. Ber-amal jama'i sesungguhnya (dan seharusnya) akan mempermudah sesuatu yang sulit, memperingan sesuatu yang berat... tapi ternyata amal dakwah itu memang hanya akan dipikul oleh sedikit orang. Letih? Capek? ya.. begitulah sunatullah dakwah bukan??

17 Agustus 2008 (syuro terakhir menuju bazar serentak dpc)

kok yang hadir hanya tiga orang akhwat dan dua ikhwan (itupun sudah termasuk ahlul bait). pada kemana ya, sibuk tujuh belasan-kah (^_^). amanah yang sudah dibagi-bagi, kok jadi ga jelas apa hasilnya...??? yang hadir pun sibuk ber-husnudzon setelah beberapa orang tidak bisa dikonfirmasi... "Kita kumpul lagi jum'at sore ya, langsung ngilo2in barang untuk bazaar"

Jum'at, 22 Agustus 2008 pagi

"Mba, barangnya baru di anter besok jam 11, jadi kumpulnya langsung besok aja jam 1an ya mba." sms sang ketua. sedikit kecewa sih, karena ummi dan abi sudah membatalkan beberapa rencana untuk bisa hadir sore ini...

Sabtu, 23 Agustus 2008 jam 13.30

Jreng... saat ummi dan abi hadir di tempat yang sudah dijanjikan... wek wew, yang ada baru kami berdua plus karung-karung gula, beras, terigu n jerigen minyak yang harus dikerjain... deg-deg plas, bisakah selesai untuk bazar besok dengan sdm minim begini??? sibuk melirik jam, karena ummi jam 3 seharusnya menghadiri acara lain (yang akhirnya baru ummi hadiri jam 4.30). alhamdulillah satu demi satu berdatangan (maksudnya, sampe ummi ijin meninggalkan tempat, baru dua orang lagi yang dateng) :D hehe, subhanallah.. ikhwan-akhwat teh emang orang-orang yang zuper zibuk... abi-pun akhirnya berkorban ga jadi syuro karena gemes ngeliat karung2 yang masih tergolek tak berdaya...

alhamdulillah selesai, tersisa satu karung terigu yang sengaja disisain (nih ketua pingin dijitak deh, padahal ibu2 udah pada bilang untuk di-semuain!!)

24 Agustus 2008

secara di rumah (rencananya) ga akan ada orang hari ini, jadilah ummi dan abi pagi2 udah siapin anak2 untuk dititip ke rumah nenek (mertua di pondok labu) biar ada yang ngurus sementara kita bazaar...

nyampe di tempat jam 7.30, lah... kok belon rapih yak :D

hehe... alhamdulillah walaupun terseok-seok, bazaarnya sukses berat... penyuluhan tentang diabetes, cek gula darah n asam urat, pengobatan gratis, bazar sembako (subsidinya nyampe hampir 400ribu!!) n bazar barbeku yang menghasilkan 280rb (lumayan ga sih) :p plus lelang ac, mesin cuci n vcd player...

"intanshurullaha yanshurkum, wayutsabbit aqdaamakum"

'ala kulli hal.. alhamdulillah...

»»  Baca Selanjutnya...

Thursday, August 14, 2008

empati

suami sering sekali mengajar saya untuk empati, terutama kepada sesama ikhwah. walaupun kehidupan kami tidak jauh dari kata 'ngepas' (^_^) tapi alhamdulillah masih bisa ngisi tabungan untuk pendidikan anak-anak... (dengan super2 ngirits :D)

"subhanallah ya de, pak papang itu anaknya dua, istri engga kerja, gaji beliau juga cuma 800 rb per bulan. tapi bisa ngontrak sendiri tuh..."

"liat tuh de, pa yopi. anaknya tiga, ngontrak juga, istri cuma kerja jadi guru, bikin usaha tapi masih maju mundur."

"...dan mereka tetap hadir saat kerja dakwah membutuhkan tenaga..."
....

terkadang saya merasa miris juga. melihat anak-anak ikhwah yang bajunya kucel bin kumal, rambut awut2an, jilbab kotor dan celana yang udah kekecilan... miris... saya bilang begini bukan berarti kami berada di atas garis kemiskinan. lha wong gaji suami juga ga sesuai umr jakarta ko. tapi masih banyak yang bisa disyukuri... suami pernah bertanya "ade pernah mikir ga, gimana perasaan temen2 ade saat ade dateng syuro ato liqo liat hana ato rifqi pake baju bagus?" DEGH!! kaget juga sih... alhamdulillah, walaupun saya sangat jarang membelikan pakaian atau mainan untuk anak-anak, tapi nenek dan bundanya sangat rajin membelikan (ga mungkin dong ditolak :p). lagi-lagi saya diajarkan untuk bersyukur...

»»  Baca Selanjutnya...

tentang seorang kaya

cerita ini hanya selingan dari cerita-cerita kehidupan lainnya. tentang seorang wanita paruh baya yang menjadi janda kaya raya sejak suaminya yang mantan petinggi salah satu bank terbesar di Indonesia meninggal. beliau ditinggalkan warisan sebuah perusahaan tanker dan beberapa tanah serta rumah mewah. awalnya mendengar cerita tentang beliau, saya membayangkan seorang wanita yang tegar, cerdas, dikelilingi dengan anak-anak yang mandiri. kalau dunia bisa menjadi salah satu parameter kesuksesan seseorang, mungkin beliau termasuk sukses....

tapi ternyata tidak sesukses yang saya bayangkan, dan saya merasa beruntung Allah tidak memberikan amanah kekayaan seperti yang beliau miliki. kemarin dulu salah seorang karyawannya bercerita (beliau sudah bekerja untuk keluarga wanita tersebut hampir 10 tahun), keluarga itu ternyata sudah menjadi berantakan sejak sang suami meninggal dunia. wanita itu menghabiskan harta sang suami dengan berfoya-foya. beliau memiliki tiga orang anak, dua wanita dan satu laki-laki. perusahaan yang dimiliki suaminya saat ini dijalankan oleh anak pertamanya yang juga wanita. tapi sayangnya, ternyata anak pertamanya ini sama sekali tidak tahu, dan tidak dipersiapkan untuk memimpin sebuah perusahaan. cerita karyawannya, sang direktur banyak 'dikibulin' sama bawahan2nya yang jauh lebih cerdas, perusahaan mulai digerogoti, entah sampai kapan bisa bertahan, suami sang anak pun sama tidak cerdasnya dalam mengelola perusahaan... dua mobil mewah yang wanita ini miliki juga tidak lagi berfungsi, karena memang tidak dirawat, dan tidak ada yang peduli. anak beliau yang laki-laki, tidak menyelesaikan kuliah dan saat ini tidak bekerja apapun (baca: jadi parasit!). itu hanya beberapa puzzle cerita yang saya dengar. belum lagi tentang pendidikan agama yang sama sekali tidak diberikan.... hhhhh... mendengarnya, saya menghela nafas panjang...

bersyukur... bahwa Allah tidak (mungkin belum) memberikan amanah kekayaan yang banyak pada saya dan suami. umar ra. pernah menangis melihat ghanimah, karena beliau lebih takut terhadapnya daripada terhadap musuh yang menghunus pedang...
bersyukur... bahwa Allah masih berkenan memberikan cahaya hidayah pada kami sehingga yakin bahwa pendidikan agama adalah yang terpenting bagi anak-anak yang menjadi amanah kami...
bersyukur...

»»  Baca Selanjutnya...